Show Ketika Yesus Kristus datang ke dunia, Dia tidak hanya datang sebagai Penebus, tetapi juga sebagai Pelayan. Dia melayani dan menghibur orang-orang yang sakit di dalam penderitaan mereka. Dia menyembuhkan tubuh sekaligus jiwa, dan jamahan-Nya berdampak hingga hidup yang kekal. Apa yang bisa kita pelajari dari Tuhan kita, Sang Teladan utama dalam melayani orang lain? Dia memperoleh kuasa yang berasal dari pengenalan akan diri-Nya sendiri. Sebagai manusia, sama seperti kita, Yesus juga rentan terhadap kelelahan, keletihan, keputusasaan, dan frustrasi (Markus 6:31). Ingatlah ketika berada di Taman Getsemani, menjelang kematian-Nya, Yesus juga merasakan beban tanggung jawab yang besar—dan ingin bebas dari tanggung jawab itu (Lukas 22:42). Namun, Dia juga tahu bahwa sebagai Putra Allah, tersedia bagi-Nya kuasa Allah yang tiada habisnya (Yohanes 6:35-38). Jadi, Dia memakai kuasa yang berasal dari hubungan-Nya tersebut, dengan hidup dalam persekutuan yang intim dengan Bapa surgawi-Nya melalui pelayanan Roh Kudus. Ini memberinya kesanggupan sekaligus keintiman dengan Allah yang membentuk setiap tindakan, pemikiran, percakapan, dan motivasi pelayanan-Nya. Kita juga perlu mendasarkan peran dan tugas pelayanan kasih terhadap sesama pada identitas kita sebagai anak-anak Allah. Kemudian kita boleh memakai kekayaan kuasa-Nya yang tiada tara, dengan percaya bahwa Allah tidak hanya mengerti kebutuhan dan kerinduan kita yang terdalam, tetapi juga selalu siap untuk memenuhi semua itu. Dia menaruh kepercayaan-Nya kepada Bapa. Ketika Iblis mencobai-Nya, Yesus menyikapinya dengan keyakinan yang teguh. Dia mampu melakukannya karena Dia mengenal siapa diri-Nya, dan juga sumber kuasa-Nya (Matius 4:1-10). Ketika Pontius Pilatus menanyai-Nya, Yesus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaannya dengan penuh kuasa—sekali lagi karena Allah Bapa yang Dia percayai (Yohanes 18:33-37). Kapan pun krisis datang, Yesus tidak panik, memanipulasi keadaan, atau mencoba menimpakan kesalahan kepada yang lain. Sebaliknya, Dia berdiri dengan keyakinan dalam identitas-Nya sebagai Putra Allah dan memperkatakan kebenaran. Banyak dari kita cenderung hidup dalam kepanikan, berbicara dan berperilaku seolah-olah Allah kehilangan kuasa-Nya atas dunia ini. Namun, Yesaya 32:17 mengingatkan kita bahwa kebenaran Allah akan berbuah kedamaian, ketenangan, dan keyakinan yang kekal. Dia berdoa setiap waktu. Betapa pun sibuknya Dia, Yesus selalu meluangkan waktu menarik diri dari aktivitas-Nya untuk berdoa (Markus 1:35, Lukas 6:12). Dia tahu bahwa tinggal dalam persekutuan dengan Sang Bapa akan menyegarkan roh-Nya dan memberi-Nya kekuatan serta keberanian untuk menghadapi penolakan dalam pelayanan-Nya. Kehidupan doa pribadi Yesus itulah yang menopang pelayanan-Nya di tengah umat. Di masa pergumulan kita, perlu bagi kita meluangkan waktu bersama Allah. Kita perlu sungguh-sungguh bersandar pada kekuatan-Nya dan berseru kepada-Nya untuk meminta hikmat. Kapan terakhir kali Anda bersekutu secara pribadi dengan Allah? Kapan terakhir kali Anda mengambil waktu istirahat yang sangat dibutuhkan tubuh dan jiwa kita—untuk tidur, melihat matahari terbenam, atau mencurahkan segala keluh-kesah Anda kepada Allah? Di saat yang lain, Dia berdoa bersama sahabat-sahabat-Nya. Bagi Yesus, doa bukan hanya saat persekutuan dengan Bapa, tetapi juga saat keintiman dengan teman-teman terdekat. Dia bisa saja menjadikan doa-Nya sebagai waktu untuk menyendiri, tetapi Dia memilih mengundang orang lain untuk bergabung dengan-Nya (Lukas 11:1-4). Kita juga membutuhkan persekutuan dan dukungan dari teman-teman serta orang-orang terkasih. Jiwa kita disegarkan ketika mengetahui bahwa mereka memahami pergumulan kita. Dia secara terbuka bersyukur dan mengembalikan kemuliaan kepada Allah. Setelah sepanjang hari melayani orang banyak, Yesus tidak segera menarik diri dan bersembunyi. Sebaliknya, Dia secara terbuka bersyukur dan memuji Allah, sehingga orang-orang menyadari kebaikan dan pemeliharaan Bapa-Nya (Matius 14:19). Yesus melakukan hal yang sama setiap kali Dia menghadapi keraguan, kesulitan, dan kritik. Alih-alih bersungut-sungut atau menyalahkan Tuhan, Dia mengubah itu semua menjadi kesempatan untuk memuliakan Allah. Ketika kita berbicara tentang keadaan kita sendiri, kita juga dapat memilih untuk menunjukkan kebenaran dalam percakapan kita dengan orang lain. Alih-alih mengeluh, bersikap seolah-olah Allah telah menjerumuskan kita, lalu menarik perhatian pada diri kita sendiri, kita dapat memilih untuk memuliakan Allah dan berbicara tentang keyakinan kita kepada-Nya. Dia membagi beban pelayanan kepada orang lain. Sekalipun Yesus memiliki kuasa untuk melakukan segala mukjizat, Dia tidak selalu melakukan semuanya sendiri. Terkadang Dia memilih untuk mendelegasikan pekerjaan dan tanggung jawab kepada murid-murid-Nya. Misalnya, ketika memberi makan lima ribu orang, Dia meminta murid-muridnya yang membagikan lima roti dan dua ikan—meskipun Dia dapat dengan mudah membuat makanan itu muncul di tangan setiap orang (Markus 6:30-44). Kita bisa membayangkan bahwa Dia melakukan itu karena para murid perlu belajar sesuatu dari pengalaman itu—bisa jadi kesempatan untuk terlibat dalam suatu karya mukjizat, sehingga mereka dapat merasakan berkat Allah untuk diri mereka sendiri. Teman-teman Anda mungkin ingin membantu Anda karena mereka peduli kepada Anda. Jika Anda bersikeras melakukan semuanya sendiri, itu mungkin menunjukkan bahwa Anda tidak menghargai atau mempercayai mereka. Izinkan mereka membantu. Tunjukkan bahwa sebagai sahabat, Anda bersedia menerima bantuan mereka. Dia berduka atas kematian orang-orang yang Dia kasihi dengan sudut pandang kekekalan. Ketika Dia mendengar bahwa Yohanes Pembaptis telah dibunuh, Yesus pergi untuk berduka sendirian (Matius 14:13). Ketika diberi tahu bahwa Lazarus telah mati, Dia berkabung bersama Maria dan Marta, meskipun Dia akan membangkitkan Lazarus dari kematian (Yohanes 11:32-35). Yesus tahu bagaimana perasaan kita. Dia mengenal kedalaman duka kita dan memahami perasaan kehilangan serta kepedihan yang kita rasakan ketika kita merawat orang lain. Namun, dukacita kita bukanlah dukacita tanpa pengharapan; kita diberikan sudut pandang dari kekekalan. Kita berduka dengan kesadaran penuh bahwa Allah telah menulis akhir dari seluruh kisah kita—akhir yang menjanjikan penebusan dan masa depan yang melampaui apa yang kita lihat dan alami sekarang.
Diterjemahkan dari He Walks with Me: Devotions for Your Caregiving Journey with God © 2018 Our Daily Bread Ministries Bab 24: Mengikuti Teladan Yesus Kristus
Bab 24 “Kita hendaknya di setiap kesempatan bertanya kepada diri kita sendiri, ‘Apa yang akan Yesus lakukan?’ dan kemudian menjadi lebih berani menindaki jawabannya.”
Presiden Thomas S. Monson, yang melayani sebagai penasihat kedua untuk Presiden Hunter, mengatakan bahwa dia “hidup sesuai dengan yang dia ajarkan, berdasarkan pola Juruselamat yang dia layani.”1 Seorang teman dekat mengamati bahwa “sifat-sifat yang dicontohkan oleh Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus, ditunjukkan dengan indahnya dalam kehidupan Presiden Hunter yang luar biasa dan tak mementingkan diri. Seluruh umat manusia adalah temannya.”2 Seorang rekan lainnya yang bekerja erat dengan Presiden Hunter selama lebih dari tiga puluh tahun berkata, “[Dia] secara naluri tahu jalan yang akan dia ikuti. Jalan itu adalah meniru karakter Juruselamatnya, Yesus Kristus.”3 Sepanjang pelayanannya, Presiden Hunter dengan penuh kasih mendorong anggota Gereja untuk mengikuti teladan Juruselamat. Dalam pernyataan pertamanya sebagai Presiden Gereja, dia berkata: “Saya ingin mengajak semua anggota Gereja untuk hidup dengan perhatian yang lebih besar pada kehidupan dan teladan Tuhan Yesus Kristus, khususnya kasih dan pengharapan serta rasa iba yang Dia tunjukkan. Saya berdoa agar kita dapat memperlakukan satu sama lain dengan lebih banyak kebaikan hati, lebih banyak sopan santun, lebih banyak kerendahan hati dan kesabaran serta pengampunan. Kita memang memiliki pengharapan yang tinggi terhadap satu sama lain, dan semua orang dapat memperbaiki diri. Dunia kita berseru untuk menjalankan perintah-perintah Allah dengan lebih disiplin. Tetapi cara kita mendorong itu, seperti yang Tuhan perintahkan kepada Nabi Joseph di sel tahanan yang dingin di Penjara Liberty, adalah ‘dengan bujukan, dengan kepanjangsabaran, dengan kelemahlembutan dan kelembutan hati, dan dengan kasih yang tidak dibuat-buat; … tanpa kemunafikan, dan tanpa tipu daya’ (A&P 121:41–42).”4 Words That Cannot Be Written “Jika kita ingin mengikuti teladan Kristus dan berjalan di jejak-Nya, kita harus berupaya untuk melakukan hal-hal yang sama mengikuti pola yang telah Dia berikan.” 1 Menjadi terang adalah menjadi teladan—orang yang memberikan contoh dan merupakan model untuk orang lain ikuti .… [Kita telah membuat perjanjian] untuk mengikuti Kristus, teladan luar biasa itu. Kita memiliki tanggung jawab untuk belajari dari-Nya, apa yang Dia ajarkan dan apa yang Dia lakukan selama pelayanan-Nya di bumi. Setelah mempelajari pelajaran-pelajaran ini, kita diperintahkan untuk mengikuti teladan-Nya, dan ini adalah beberapa teladan yang Dia berikan bagi kita: 1. Kristus patuh dan gagah berani di kehidupan prafana, sehingga memperoleh hak istimewa untuk datang ke dalam kefanaan dan menerima tubuh berupa daging dan tulang. 2. Dia dibaptis agar pintu menuju kerajaan selestial akan dibukakan. 3. Dia memegang imamat dan menerima semua tata cara Injil yang menyelamatkan dan mempermuliakan. 4. Yesus melayani selama kira-kira tiga tahun dalam sebuah pelayanan mengajarkan Injil, memberikan kesaksian tentang kebenaran, dan mengajarkan kepada manusia apa yang harus mereka lakukan untuk menemukan sukacita dan kebahagiaan dalam kehidupan ini serta kemuliaan kekal di dunia yang akan datang. 5. Dia melaksanakan tata cara termasuk pemberkatan anak, pembaptisan, pemberkatan orang sakit, dan penahbisan pada imamat. 6. Dia melakukan mukjizat-mukjizat. Atas perintah-Nya yang buta diberikan penglihatan, yang tuli mendengar, yang lumpuh melompat, dan yang mati kembali hidup. 7. Selaras dengan pikiran dan kehendak Bapa, Yesus menjalankan kehidupan yang sempurna tanpa dosa dan memperoleh semua sifat ke-Allah-an. 8. Dia mengatasi dunia; yaitu, dia mengekang setiap nafsu dan telah bangkit melampaui kondisi badani dan hawa nafsu sehingga Dia hidup dan berjalan sebagaimana dibimbing oleh Roh. 9. Dia mendatangkan Pendamaian, dengan demikian menebus manusia dari kematian [rohani dan jasmani] yang disebabkan oleh kejatuhan Adam. 10. Sekarang, dibangkitkan dan dimuliakan, Dia telah memperoleh segala kuasa di surga dan di bumi, telah menerima kegenapan dan adalah satu dengan Bapa. Jika kita ingin mengikuti teladan Kristus dan berjalan di jejak-Nya, kita harus berupaya melakukan hal-hal yang sama mengikuti pola yang telah Dia berikan.”5 Adalah penting untuk mengingat bahwa Yesus mampu berbuat dosa, bahwa Dia dapat menyerah pada godaan, bahwa rencana kehidupan dan keselamatan dapat digagalkan, tetapi Dia tetap setia. Seandainya tidak terdapat kemungkinan Dia menyerah pada bujukan Setan, akibatnya adalah tidak akan ada ujian yang sesungguhnya, tidak ada kemenangan yang murni sebagai hasilnya. Seandainya Dia dilucuti dari kemampuan untuk berdosa, Dia dilucuti dari hak pilihan-Nya. Justru Dialah yang telah datang untuk mengamankan dan memastikan hak pilihan manusia. Dia harus mempertahankan kesanggupan dan kemampuan untuk berdosa seandainya Dia ingin melakukannya.6 Hingga di akhir kehidupan fana-Nya Yesus menunjukkan keluhuran roh-Nya dan besarnya kekuatan-Nya. Bahkan pada menjelang akhir hidup-Nya, Dia tidak secara mementingkan diri memikirkan kesedihannya sendiri atau merenungkan rasa sakit yang segera datang. Dia dengan bersemangat mengurus kebutuhan saat ini dan masa depan dari para pengikut terkasih-Nya. Dia mengetahui keselamatan mereka masing-masing, secara individu dan sebagai gereja, bergantung hanya pada kasih mereka yang tanpa syarat terhadap satu sama lain. Seluruh energi-Nya tampaknya telah diarahkan pada kebutuhan mereka, sehingga mengajarkan melalui teladan apa yang Dia ajarkan melalui ajaran. Dia memberi mereka kata-kata penghiburan dan perintah serta peringatan.7 Selama pelayanan fana-Nya di antara pengikut-Nya di Tanah Suci maupun dalam pelayanan pascafana-Nya di antara domba-Nya yang tercerai-berai di Belahan Bumi Sebelah Barat, Tuhan menunjukkan kasih dan kepedulian-Nya bagi individu. Di antara kerumunan banyak orang, Dia merasakan sentuhan tunggal seorang wanita yang meminta bantuan untuk penyakit yang telah dia derita selama kira-kira dua belas tahun (lihat Lukas 8:43–48). Pada kesempatan lain, Dia memandang melampaui prasangka sempit seperti orang banyak yang mengutuk dan dosa perempuan itu yang berdiri tertuduh. Barangkali merasakan kesediaan perempuan itu untuk bertobat, Kristus memilih untuk melihat nilai individunya dan meminta dia untuk tidak berbuat dosa lagi (lihat Yohanes 8:1–11). Pada kesempatan lain, “Dia mengambil anak-anak kecil mereka, satu demi satu, dan memberkati mereka, dan berdoa kepada Bapa untuk mereka.” (3 Nefi 17:21; cetak miring ditambahkan). Sewaktu pengadilan di Getsemani dan Kalvari semakin dekat, dengan banyak yang membebani benak-Nya, Juruselamat menyempatkan waktu untuk mencermati seorang janda yang memasukkan uang dua pesernya (lihat Markus 12:41–44). Dengan cara serupa, pandangan-Nya tertuju pada Zakheus yang berperawakan kecil yang, karena tidak dapat melihat karena banyaknya orang yang berkerumun di sekeliling Juruselamat, telah memanjat pohon ara agar dapat melihat Putra Allah (lihat Lukas 19:1–5). Sementara bergantung dalam keperihan di atas kayu salib, Dia mengabaikan penderitaan-Nya sendiri dan memberikan perhatian kepada perempuan yang sedang menangis yang telah memberi Dia kehidupan (lihat Yohanes 19:25–27). Betapa teladan yang menakjubkan untuk kita ikuti! Bahkan di tengah dukacita dan rasa sakit pribadi yang luar biasa, Sang Teladan kita mengulurkan tangan untuk memberkati orang lain .… Kehidupan-Nya bukanlah kehidupan yang berfokus pada apa yang tidak Dia miliki. Itu adalah kehidupan yang mengulurkan tangan dalam pelayanan kepada orang lain.8 2 Marilah kita mengikuti Putra Allah dalam segala jalan dan cara hidup.Salah satu pertanyaan paling penting yang pernah diajukan kepada manusia fana diajukan oleh Putra Allah sendiri, Juruselamat dunia. Kepada sekelompok murid di Dunia Baru, sekelompok orang yang bersemangat untuk diajar oleh-Nya dan bahkan lebih bersemangat lagi karena Dia akan segera meninggalkan mereka, Dia bertanya, “Orang macam apakah seharusnya kamu adanya?” Kemudian pada saat yang sama Dia memberikan jawaban ini: “Bahkan seperti Aku” (3 Nefi 27:27). Dunia penuh dengan orang yang bersedia memberi tahu kita, “Lakukan seperti yang saya katakan.” Pastinya kita tidak kekurangan pemberi nasihat tentang setiap topik. Tetapi kita memiliki begitu sedikit orang yang siap mengatakan, “Lakukan seperti yang saya lakukan.” Dan, tentu saja, hanya Satu orang dalam sejarah manusia yang dapat secara sah dan pantas membuat pernyataan itu. Sejarah memberikan banyak contoh pria dan wanita yang baik, tetapi bahkan manusia fana terbaik sekalipun memiliki kelemahannya. Tak seorang pun dapat melayani sebagai teladan yang sempurna ataupun sebagai pola yang tanpa cela untuk diikuti, betapapun mereka mungkin berniat baik. Hanya Kristus dapat menjadi teladan kita, “bintang timur [kita] yang gilang-gemilang” (Wahyu 22:16). Hanya Dia yang dapat mengatakan tanpa keraguan apa pun, “Ikutlah Aku, belajarlah pada-Ku, [dan] lakukanlah hal-hal yang telah kamu lihat Aku lakukan. Minumlah dari air-Ku dan makanlah dari roti-Ku. Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Aku adalah hukum dan terang. Lihatlah kepada-Ku dan engkau akan hidup. Kamu harus saling mengasihi seperti Aku telah mengasihi kamu” (lihat Matius 11:29; 16:24; Yohanes 4:13–14; 6:35, 51; 7:37; 13:34; 14:6; 3 Nefi 15:9; 27:21). Wah, betapa itu panggilan yang jelas dan bergaung! Betapa itu merupakan kepastian dan teladan di zaman ketidakpastian dan ketiadaan teladan. .… Betapa kita hendaknya bersyukur bahwa Allah telah mengutus Putra Tunggal-Nya ke bumi … untuk memberikan teladan sempurna tentang kehidupan yang benar, tentang kebaikan hati dan belas kasihan serta rasa iba, agar seluruh umat manusia dapat mengetahui caranya hidup, mengetahui caranya memperbaiki diri, dan mengetahui caranya menjadi lebih seperti Allah. Marilah kita mengikuti Putra Allah dalam segala jalan dan dalam segala cara hidup. Marilah kita menjadikan Dia teladan kita dan penuntun kita. Kita hendaknya di setiap kesempatan bertanya kepada diri kita sendiri, “Apa yang akan Yesus lakukan?” dan kemudian menjadi lebih berani untuk menindaki jawabannya. Kita harus mengikuti Kristus, dalam arti terbaik dari kata tersebut. Kita harus melakukan pekerjaan-Nya seperti Dia melakukan pekerjaan Bapa-Nya. Kita hendaknya mencoba menjadi seperti Dia, bahkan seperti yang anak Pratama nyanyikan, “Coba, coba, coba” (Children’s Songbook, hlm. 55). Sejauh yang dimungkinkan oleh kekuatan fana kita, kita hendaknya melakukan setiap upaya untuk menjadi lebih seperti Kristus—satu-satunya teladan yang sempurna dan tanpa dosa yang pernah dilihat dunia ini.9 Berulang kali selama pelayanan fana Tuhan kita, Dia menyampaikan panggilan yang sekaligus merupakan undangan dan tantangan. Kepada Petrus dan saudaranya Andreas, Kristus berfirman, “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” (Matius 4:19). Kepada anak muda kaya yang menanyakan apa yang harus dia lakukan untuk memiliki kehidupan kekal, Yesus menjawab, “Pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin … kemudian datanglah kemari dan ikutlah Aku.” (Matius 19:21). Dan kepada kita masing-masing Yesus berkata, “Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku.” (Yohanes 12:26).10 Marilah kita menelaah setiap ajaran Guru dan membaktikan diri kita lebih sepenuhnya pada teladan-Nya. Dia telah memberi kita “segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh.” Dia telah “memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib” dan telah “menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar: supaya olehnya [kita] boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi” (2 Petrus 1:3–4).11 Mereka yang mengikuti Kristus berupaya mengikuti teladan-Nya. Penderitaan-Nya untuk dosa, kelemahan, dukacita, dan penyakit kita hendaknya memotivasi kita untuk dengan cara serupa mengulurkan tangan dalam kasih amal dan rasa iba kepada orang-orang di sekeliling kita .… … Carilah kesempatan untuk melayani. Janganlah terlalu khawatir mengenai status. Ingatkah Anda nasihat Juruselamat tentang mereka yang mencari “tempat terdepan” atau “tempat terhormat”? “Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.” (Matius 23:6, 11). Adalah penting untuk diapresiasi. Tetapi fokus kita hendaknya pada kesalehan, bukan pengakuan; pada pelayanan, bukan status. Pengajar berkunjung yang setia, yang secara diam-diam melakukan tugasnya bulan demi bulan, adalah sama pentingnya bagi pekerjaan Tuhan dengan mereka yang menduduki apa yang sebagian orang pandang sebagai kedudukan yang lebih terkemuka di Gereja. Keterlihatan tidaklah setara dengan nilai.12 Salah satu cara kita dapat memolakan kehidupan kita mengikuti teladan Juruselamat adalah dengan mengikuti perintah-Nya kepada Petrus: “Gembalakanlah domba-domba-Ku .… Gembalakanlah domba-domba-Ku” (Yohanes 21:15–17). 3 Keselamatan kita bergantung pada komitmen kita untuk mengikuti Juruselamat.Ajakan Tuhan untuk mengikuti-Nya bersifat individu dan pribadi, dan itu mendesak. Kita tidak dapat berdiri selamanya di antara dua pendapat. Kita masing-masing pada suatu saat harus menghadapi pertanyaan teramat penting: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” (Matius 16:15). Keselamatan pribadi kita bergantung pada jawaban kita terhadap pertanyaan itu dan komitmen kita terhadap jawaban itu. Jawaban Petrus yang terungkap adalah “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” (Matius 16:16). Banyak saksi dapat memberikan jawaban yang sama dengan kekuatan yang sama, dan saya bergabung bersama mereka dalam rasa syukur yang rendah hati. Tetapi kita masing-masing harus menjawab pertanyaan itu bagi diri kita sendiri—jika tidak sekarang, maka kelak; karena pada hari terakhir, setiap lutut akan bertekuk dan setiap lidah akan mengaku bahwa Yesus adalah Kristus. Tantangan kita adalah untuk menjawab dengan benar dan hidup sesuai dengannya sebelum itu menjadi terlambat selamanya. Karena Yesus sesungguhnya adalah Kristus, apa yang harus kita lakukan? Pengurbanan puncak Kristus dapat menghasilkan hasil sepenuhnya dalam kehidupan kita hanya ketika kita menerima ajakan untuk mengikuti-Nya [lihat A&P 100:2]. Panggilan ini bukanlah tak relevan, tak realistis, atau tak mungkin. Mengikuti seseorang berarti memerhatikan dia atau mendengarkan dia dengan saksama; menerima wewenangnya, menjadikan dia sebagai pemimpin, dan mematuhinya; mendukung dan membela gagasannya; serta menjadikan dia sebagai teladan. Kita masing-masing dapat menerima tantangan ini. Petrus berkata, “Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya (1 Petrus 2:21). Sama halnya ajaran-ajaran yang tidak selaras dengan ajaran Kristus adalah palsu, demikian pula kehidupan yang tidak selaras dengan teladan Kristus adalah salah arah, dan mungkin tidak mencapai takdirnya yang berpotensi tinggi .… Kesalehan harus dimulai dengan kehidupan individu kita sendiri. Itu harus dipadukan ke dalam kehidupan keluarga. Orangtua memiliki tanggung jawab untuk mengikuti asas-asas Injil Yesus Kristus dan mengajarkannya kepada anak-anak mereka [lihat A&P 68:25–28]. Agama harus menjadi bagian dari cara hidup kita. Injil Yesus Kristus harus menjadi pengaruh yang memotivasi dalam segala yang kita lakukan. Harus ada lebih banyak upaya batiniah untuk mengikuti teladan luar biasa yang diberikan oleh Juruselamat jika kita ingin menjadi lebih seperti Dia. Ini menjadi tantangan besar kita.13 Jika kita dapat memolakan hidup kita mengikuti Sang Guru, serta menjadikan ajaran dan teladan-Nya sebagai pola utama bagi hidup kita sendiri, kita tidak akan kesulitan untuk menjadi konsisten dan loyal dalam semua segi kehidupan, karena kita akan berkomitmen pada standar tingkah laku dan keyakinan yang satu, yang sakral. Apakah di rumah ataupun di tempat berbelanja, apakah di sekolah ataupun lama setelah sekolah tinggal kenangan, apakah kita bertindak sama sekali sendirian ataupun dalam kebersamaan dengan serombongan orang lain, arah kita akan jelas dan standar-standar kita akan nyata. Kita akan telah bertekad, seperti yang Nabi Alma katakan, “untuk berdiri sebagai saksi bagi Allah di segala waktu dan dalam segala hal, dan di segala tempat di mana [kita] boleh berada, bahkan sampai kematian” (Mosia 18:9).14 4 Kita hendaknya menyediakan tempat bagi Kristus.Pada malam itu di Betlehem tidak ada kamar bagi-Nya di penginapan, dan ini bukanlah satu-satunya saat selama tiga puluh tiga tahun perjalanan-Nya dalam kefanaan di mana tidak ada tempat bagi-Nya. Herodes mengutus serdadu ke Betlehem untuk membunuh anak-anak. Tidak ada tempat bagi Yesus dalam daerah kekuasaan Herodes, maka orangtua-Nya membawa-Nya ke Mesir. Selama pelayanan-Nya, ada banyak orang yang tidak menyediakan tempat bagi ajaran-ajaran-Nya—tidak ada tempat bagi Injil yang Dia ajarkan. Tidak ada tempat bagi mukjizat-mukjizat-Nya, bagi berkat-berkat-Nya, tidak ada tempat bagi kebenaran-kebenaran ilahi yang Dia firmankan, tidak ada tempat bagi kasih atau iman-Nya. Dia berfirman kepada mereka, “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya” (Matius 8:20). Bahkan di zaman kita, walaupun dua ribu tahun telah berlalu, ada banyak orang yang mengatakan hal yang sama dengan yang dikatakan pada malam itu di Betlehem. “Tidak ada tempat, tidak ada tempat” (lihat Lukas 2:7). Kita menyediakan tempat bagi pemberian-pemberian, tetapi kadang-kadang tempat tidak disediakan bagi si pemberi. Kita memiliki tempat untuk komersialisasi Natal dan bahkan pencarian kesenangan pada hari Sabat, tetapi ada kalanya ketika tidak ada tempat untuk ibadat. Pikiran kita dipenuhi dengan hal-hal lain—tidak ada tempat.15 Walaupun akan menjadi pemandangan yang indah melihat lampu-lampu Natal … , adalah lebih penting bila kehidupan manusia diterangi dengan suatu penerimaan akan Dia yang adalah terang dunia [lihat Alma 38:9; A&P 10:70]. Sungguhlah kita hendaknya menjunjung Dia sebagai penuntun dan teladan kita. Pada malam menjelang kelahiran-Nya, malaikat bernyanyi, “Damai sejahtera di bumi di antara manusia” (Lukas 2:14). Jika manusia mau mengikuti teladan-Nya, ini akan menjadi dunia dengan kedamaian dan kasih bagi semua orang.16 Apa tanggung jawab kita dewasa ini sebagai anggota Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir? Yakni untuk memastikan bahwa kehidupan individu kita tercerminkan dalam perkataan dan perbuatan Injil sebagaimana yang diajarkan oleh Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Semua yang kita lakukan dan ucapkan hendaknya mengikuti pola teladan satu-satunya orang tanpa dosa yang pernah berjalan di bumi, yaitu Tuhan Yesus Kristus .17
Matius 16:24–27; Yohanes 10:27–28; 14:12–15; 1 Petrus 2:21–25; 2 Nefi 31:12–13; 3 Nefi 12:48; 18:16; 27:20–22; A&P 19:23–24 Sediakan buku nyanyian untuk setiap orang. Ajaklah peserta untuk menemukan dan berbagi sebuah nyanyian pujian yang berkaitan dengan petikan tertentu yang mereka baca di dalam bab. Catatan
|