Kehidupan masyarakat pada masa berburu ditandai dengan bergantungnya masyarakat pada alam. Kebutuhan makanan didapatkan dari berburu hewan dan mengumpulkan umbi-umbian, buah-buahan, dan dedaunan yang ditemukan di sekitar mereka. Kehidupan juga masih bersifat sementara dan berpindah tempat (nomaden) untuk mencari sumber makanan dan air. Mereka hidup dalam kelompok kecil sehingga memudahkan mobilisasi dari satu daerah ke daerah lainnya. Maka, perbedaan mendasar masyarakat pada masa berburu dengan bercocok tanam dalam aspek ekonomi dan sosial ditunjukkan pada mata pencahariannya, di mana pada masa berburu masih sangat bergantung pada alam sedangkan pada masa bercocok tanam telah mengenal pengolahan lahan. Selain itu pada masa berburu masyarakat masih hidup dalam kelompok kecil dan nomaden, sedangkan masyarakat bercocok tanam telah hidup menetap dalam kelompok yang lebih besar. Perbedaan masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana dan tingkat lanjut
Oleh: Rina Kastori, Guru SMPN 7 Muaro Jambi KOMPAS.com - Seiring berjalannya waktu dan makin meningkatnya kebutuhan, manusia berkembang dalam menggunakan akalnya. Berbagai kegiatan dan peralatan makin banyak ragamnya. Oleh karena itu, teknologi dan kebudayaan yang dihasilkan masyarakat pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, lebih berkembang dibanding masa sebelumnya. Walau demikian, alam tetap menjadi sumber utama kehidupan mereka. Pada masa itu, manusia mulai hidup menetap, meski hanya sementara. Mereka juga mulai mengenal cara bercocok tanam sederhana. Meski sebagian dari mereka masih bergantung pada faktor alam. Kehidupan masyarakat pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut mencakup: Kehidupan sosial ekonomiKehidupan manusia pada masa ini masih dipengaruhi oleh cara hidup di masa sebelumnya. Baca juga: Masa Bercocok Tanam: Ciri-ciri dan Kehidupannya Mereka masih berburu, menangkap ikan, mencari kerang, dan mengumpulkan makanan dari lingkungan di sekitarnya. Walau begitu, kehidupan manusia mengalami perubahan yang besar, di mana mereka mulai secara berkelompok hidup menetap, dengan gua sebagai tempat tinggalnya. Biasanya yang dipilih adalah gua di lereng bukit dan dekat dengan mata air. Mereka juga sudah mulai bercocok tanam untuk menghasilkan makanan sendiri, dan menyesuaikan dengan kondisi lingkungan yang tidak menentu. Kala itu, manusia juga menanam padi, umbi-umbian, dan kacang-kacangan. Mereka juga mulai mencoba beternak dengan menjinakkan hewan. Meski begitu, tradisi berpindah serta mengumpulkan makanan masih dominan, dan menjadi aktivitas keseharian mereka. Baca juga: Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan: Ciri-cirinya serta Kehidupan di Berbagai Bidang Kehidupan budayaSelama tinggal di gua, manusia zaman itu, melukis di dinding gua yang menggambarkan suatu pengalaman, perjuangan, dan harapan hidup. Lukisan tersebut dibuat dengan menggores dinding atau memberi warna merah, hitam, dan putih. Bentuknya ada yang berupa gambar tangan, binatang, atau lainnya. Lukisan dinding gua menandakan berkembangnya kepercayaan manusia saat itu. Pada masa ini, kebudayaan masyarakat makin berkembang ke arah yang lebih maju. Hal tersebut dapat dilihat dari peralatan yang dihasilkan, di mana kemampuan manusia dalam membuat alat atau perkakas berkembang pesat. Alat batu yang dibuat bentuknya lebih halus daripada masa sebelumnya. Alat-alat tersebut, antara lain:
Baca juga: Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut diperkirakan terjadi pada zaman Mesolitikum, ditandai dengan munculnya kebudayaan kjokkenmoddinger dan abris sous roche: KjokkenmoddingerBerasal dari kata kjokken, berarti dapur dan modding artinya sampah. Kjokkenmoddinger artinya sampah dapur. Sampah ini dapat ditemukan di sepanjang pantai Sumatera Utara, antara lain Langsa (Aceh) hingga Medan. Kjokkenmoddinger berupa bukit atau tumpukan tinggi dan memanjang dari kerang dan siput yang telah menjadi fosil, Sampah itu menunjukkan adanya penduduk pantai yang tinggal dalam rumah bertonggak. Makanannya berupa siput dan kerang. Siput itu dipatahkan ujungnya, kemudian diisap isinya. Sementara kulit siput dan kerang dibuang selama bertahun-tahun, mungkin ratusan atau ribuan tahun. Baca juga: Manusia Masa Praaksara di Indonesia Karena terus terjadi, sampah itu akhirnya menumpuk menjadi bukit kerang setinggi beberapa meter. Bukit itulah yang dinamakan kjokkenmoddinger. Jadi, kjokkenmoddinger adalah timbunan kulit kerang serta siput yang menggunung dan sudah menjadi fosil. Pada tempat tersebut juga ditemukan kapak sumatera atau pebble, sejenis kapak pendek, dan sejenis batu pipisan. Abris sous rocheHasil penemuan kedua dari kebudayaan masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, adalah abris sous roche. Merupakan sebuah gua yang digunakan sebagai tempat tinggal manusia prasejarah. Gua itu sebenarnya lebih menyerupai ceruk dalam batu karang, yang cukup untuk memberi perlindungan dari hujan dan panas. Baca juga: Sistem Kepercayaan Manusia Purba Masa Praaksara Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Jawaban: Ciri-ciri kehidupan pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana ini antara lain:
Ciri-ciri kehidupan pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut:
Penjelasan: semoga membantu |