ABA merupakan hormon yang berperan untuk penutupan stomata

Asam absisat
ABA merupakan hormon yang berperan untuk penutupan stomata
Identifikasi
SingkatanABA
Nomor CAS[21293-29-8]
PubChem5280896
SMILESO=C1C=C(/[C@](O)(C=CC(=C/C(=O)O)C)C(C)(C)C1)C
InChI1/C15H20O4/c1-10(7-13(17)18)5-6-15(19)11(2)8-12(16)9-14(15,3)4/h5-8,19H,9H2,1-4H3,(H,17,18)/b6-5+,10-7-/t15-/m1/s1
Sifat
Rumus molekulC15H20O4
Titik lebur 
Titik didih

120 °C (menyublim)

Kelarutansangat larut dalam aseton, EtOH dan CHCl3
Kecuali dinyatakan sebaliknya, data di atas aci
pada temperatur dan tekanan standar (25°C, 100 kPa)

Sangkalan dan referensi

Asam absisat adalah molekul seskuiterpenoid (memiliki 15 atom karbon) yang merupakan salah satu hormon tumbuhan.[2] Selain dihasilkan secara alami oleh oleh tumbuhan, hormon ini juga dihasilkan oleh alga hijau dan cendawan.[2] Hormon ini ditemukan pada tahun 1963 oleh Frederick Addicott. Addicott berhasil mengisolasi senyawa abscisin I dan II dari tumbuhan kapas.[2] Senyawa abscisin II kelak dinamakan dengan asam absisat, disingkat ABA[2]. Pada ketika yang bersamaan, dua kumpulan peneliti lain yang masing-masing dipimpin oleh Philip Wareing dan Van Steveninck juga melaksanakan penelitian terhadap hormon tersebut.[2]

Fungsi

ABA merupakan hormon yang berperan untuk penutupan stomata

Pada tanaman kapas yang tahan kadar garam tinggi ditemukan hal telah tersedia peningkatan konsentrasi ABA pada anggota akar, daun, dan xilem.

Asam absisat memerankan penting pemulaian (inisiasi) dormansi biji.[3] Dalam kondisi dorman atau "istirahat", tidak terjadi pertumbuhan dan aktivitas fisiologis selesai sementara.[3] Proses dormansi biji ini penting sebagai menjaga agar biji tidak berkecambah sebelum waktu yang tidak dikehendaki.[3] Hal ini terutama sangat dibutuhkan pada tumbuhan tahunan dan tumbuhan dwimusim yang bijinya memerlukan cadangan makanan di musim dingin ataupun musim panas panjang[3]

Tumbuhan menghasilkan ABA sebagai maturasi biji dan menjaga biji agar berkecambah di musim yang diminta.[3]

ABA juga sangat penting sebagai menghadapi kondisi cekaman lingkungan, seperti kekeringan. Hormon ini merangsang penutupan stomata pada epidermis daun dengan menurunkan tekanan osmotik dalam sel dan menyebabkan turgor sel[4]. Akibatnya, kehilangan air tanaman yang disebabkan oleh transpirasi melalui stomata dapat dicegah. ABA juga mencegah kehilangan air dari tubuh tumbuhan dengan membentuk lapisan epikutikula atau lapisan lilin.[4] Selain itu, ABA juga dapat menstimulasi pengambilan air melalui akar. [5] Selain sebagai menghadapi kekeringan, ABA juga berfungsi dalam menghadapi lingkungan dengan suhu rendah dan kadar garam atau salinitas yang tinggi.[6] Peningkatan konsentrasi ABA pada daun dapat diinduksi oleh konsentrasi garam yang tinggi pada akar.[6]. Dalam menghadapi musim dingin, ABA akan menghentikan pertumbuhan primer dan sekunder[4] Hormon yang dihasilkan pada tunas terminal ini akan memperlambat pertumbuhan dan memicu perkembangan primordia daun menjadi sisik yang berfungsi melindungi tunas dorman selama musim dingin.[4]. ABA juga akan menghambat pembelahan sel kambium pembuluh. [4]

Biosintesis

Biosintesis ABA dapat terjadi berpegang pada kebenaran secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan karotenoid, suatu pigmen yang dihasilkan oleh kloroplas.[7] Telah tersedia dua jalur metabolisme yang dapat ditempuh sebagai menghasilkan ABA, yaitu jalur asam mevalonat (MVA) dan jalur metileritritol fosfat (MEP).[7] Secara tidak langsung, ABA dihasilkan dari oksidasi senyawa violaxanthonin menjadi xanthonin yang akan dikonversi menjadi ABA.[7] Sedangkan pada beberapa jenis cendawan patogenik, ABA dihasilkan secara langsung dari molekul isoprenoid C15, yaitu farnesil difosfat.[7]

Transportasi dalam tubuh tumbuhan

Pengangkutan hormon ABA dapat terjadi berpegang pada kebenaran di xilem maupun floem dan arah pergerakannya bisa naik atau turun.[8] Transportasi ABA dari floem menuju ke daun dapat dirangsang oleh salinitas (kegaraman tinggi).[8] Pada tumbuhan tertentu, terdapat perbedaan transportasi ABA dalam siklus hidupnya.[8] Daun muda memerlukan ABA dari xilem dan floem, sedangkan daun dewasa merupakan sumber dari ABA dan dapat ditranspor ke luar daun.[8]

Referensi

  1. ^ Abscisic Acid Chemical Name
  2. ^ a b c d e (Inggris)Salisbury FB, Ross CW (1992). Plant Physiology. Belmont. 
  3. ^ a b c d e (Inggris)Linda RB (2007). Introductory Botany: Plants, People, and the Environment. Brooks Cole. ISBN 978-0-534-46669-5. 
  4. ^ a b c d e (Inggris)Campbell NA, Reece JB (2004). Biology, 7th Edition. Benjamin Cummings. ISBN 978-0-8053-7146-8. 
  5. ^ (Inggris)Lerner HR (1999). Plant Responses to Environmental Stresses: From Phytohormones to Genome Reorganization: From Phytohormones to Genome Reorganization. CRC Press. ISBN 978-0-8247-0044-7. 
  6. ^ a b (Inggris)Arteca RN (1995). Plant growth substances: principles and applications. Springer. ISBN 978-0-412-03911-9. 
  7. ^ a b c d (Inggris)Peter J. Davies (2005). Plant hormones: biosynthesis, signal transduction, action!. Springer. ISBN 978-1-4020-2684-3. 
  8. ^ a b c d (Inggris)W. Dieter Jaschke, Andreas D. Peuke1, John S. Pate, Wolfram Hartung (1997). "Transport, synthesis and catabolism of abscisic acid (ABA) in intact plants of castor bean (Ricinus communis L.) under phosphate deficiency and moderate salinity". * Journal of Experimental Botany 48 (9): 1737–1747. 


edunitas.com


Page 2

Asam absisat
ABA merupakan hormon yang berperan untuk penutupan stomata
Identifikasi
SingkatanABA
Nomor CAS[21293-29-8]
PubChem5280896
SMILESO=C1C=C(/[C@](O)(C=CC(=C/C(=O)O)C)C(C)(C)C1)C
InChI1/C15H20O4/c1-10(7-13(17)18)5-6-15(19)11(2)8-12(16)9-14(15,3)4/h5-8,19H,9H2,1-4H3,(H,17,18)/b6-5+,10-7-/t15-/m1/s1
Sifat
Rumus molekulC15H20O4
Titik lebur 
Titik didih

120 °C (menyublim)

Kelarutansangat larut dalam aseton, EtOH dan CHCl3
Kecuali dinyatakan sebaliknya, data di atas aci
pada temperatur dan tekanan standar (25°C, 100 kPa)

Sangkalan dan referensi

Asam absisat adalah molekul seskuiterpenoid (memiliki 15 atom karbon) yang merupakan salah satu hormon tumbuhan.[2] Selain dihasilkan secara alami oleh oleh tumbuhan, hormon ini juga dihasilkan oleh alga hijau dan cendawan.[2] Hormon ini ditemukan pada tahun 1963 oleh Frederick Addicott. Addicott berhasil mengisolasi senyawa abscisin I dan II dari tumbuhan kapas.[2] Senyawa abscisin II kelak dinamakan dengan asam absisat, disingkat ABA[2]. Pada ketika yang bersamaan, dua kumpulan peneliti lain yang masing-masing dipimpin oleh Philip Wareing dan Van Steveninck juga melaksanakan penelitian terhadap hormon tersebut.[2]

Fungsi

ABA merupakan hormon yang berperan untuk penutupan stomata

Pada tanaman kapas yang tahan kadar garam tinggi ditemukan hal telah tersedia peningkatan konsentrasi ABA pada anggota akar, daun, dan xilem.

Asam absisat memerankan penting pemulaian (inisiasi) dormansi biji.[3] Dalam kondisi dorman atau "istirahat", tidak terjadi pertumbuhan dan aktivitas fisiologis selesai sementara.[3] Proses dormansi biji ini penting sebagai menjaga agar biji tidak berkecambah sebelum waktu yang tidak dikehendaki.[3] Hal ini terutama sangat dibutuhkan pada tumbuhan tahunan dan tumbuhan dwimusim yang bijinya memerlukan cadangan makanan di musim dingin ataupun musim panas panjang[3]

Tumbuhan menghasilkan ABA sebagai maturasi biji dan menjaga biji agar berkecambah di musim yang diminta.[3]

ABA juga sangat penting sebagai menghadapi kondisi cekaman lingkungan, seperti kekeringan. Hormon ini merangsang penutupan stomata pada epidermis daun dengan menurunkan tekanan osmotik dalam sel dan menyebabkan turgor sel[4]. Akibatnya, kehilangan air tanaman yang disebabkan oleh transpirasi melalui stomata dapat dicegah. ABA juga mencegah kehilangan air dari tubuh tumbuhan dengan membentuk lapisan epikutikula atau lapisan lilin.[4] Selain itu, ABA juga dapat menstimulasi pengambilan air melalui akar. [5] Selain sebagai menghadapi kekeringan, ABA juga berfungsi dalam menghadapi lingkungan dengan suhu rendah dan kadar garam atau salinitas yang tinggi.[6] Peningkatan konsentrasi ABA pada daun dapat diinduksi oleh konsentrasi garam yang tinggi pada akar.[6]. Dalam menghadapi musim dingin, ABA akan menghentikan pertumbuhan primer dan sekunder[4] Hormon yang dihasilkan pada tunas terminal ini akan memperlambat pertumbuhan dan memicu perkembangan primordia daun menjadi sisik yang berfungsi melindungi tunas dorman selama musim dingin.[4]. ABA juga akan menghambat pembelahan sel kambium pembuluh. [4]

Biosintesis

Biosintesis ABA dapat terjadi berpegang pada kebenaran secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan karotenoid, suatu pigmen yang dihasilkan oleh kloroplas.[7] Telah tersedia dua jalur metabolisme yang dapat ditempuh sebagai menghasilkan ABA, yaitu jalur asam mevalonat (MVA) dan jalur metileritritol fosfat (MEP).[7] Secara tidak langsung, ABA dihasilkan dari oksidasi senyawa violaxanthonin menjadi xanthonin yang akan dikonversi menjadi ABA.[7] Sedangkan pada beberapa jenis cendawan patogenik, ABA dihasilkan secara langsung dari molekul isoprenoid C15, yaitu farnesil difosfat.[7]

Transportasi dalam tubuh tumbuhan

Pengangkutan hormon ABA dapat terjadi berpegang pada kebenaran di xilem maupun floem dan arah pergerakannya bisa naik atau turun.[8] Transportasi ABA dari floem menuju ke daun dapat dirangsang oleh salinitas (kegaraman tinggi).[8] Pada tumbuhan tertentu, terdapat perbedaan transportasi ABA dalam siklus hidupnya.[8] Daun muda memerlukan ABA dari xilem dan floem, sedangkan daun dewasa merupakan sumber dari ABA dan dapat ditranspor ke luar daun.[8]

Referensi

  1. ^ Abscisic Acid Chemical Name
  2. ^ a b c d e (Inggris)Salisbury FB, Ross CW (1992). Plant Physiology. Belmont. 
  3. ^ a b c d e (Inggris)Linda RB (2007). Introductory Botany: Plants, People, and the Environment. Brooks Cole. ISBN 978-0-534-46669-5. 
  4. ^ a b c d e (Inggris)Campbell NA, Reece JB (2004). Biology, 7th Edition. Benjamin Cummings. ISBN 978-0-8053-7146-8. 
  5. ^ (Inggris)Lerner HR (1999). Plant Responses to Environmental Stresses: From Phytohormones to Genome Reorganization: From Phytohormones to Genome Reorganization. CRC Press. ISBN 978-0-8247-0044-7. 
  6. ^ a b (Inggris)Arteca RN (1995). Plant growth substances: principles and applications. Springer. ISBN 978-0-412-03911-9. 
  7. ^ a b c d (Inggris)Peter J. Davies (2005). Plant hormones: biosynthesis, signal transduction, action!. Springer. ISBN 978-1-4020-2684-3. 
  8. ^ a b c d (Inggris)W. Dieter Jaschke, Andreas D. Peuke1, John S. Pate, Wolfram Hartung (1997). "Transport, synthesis and catabolism of abscisic acid (ABA) in intact plants of castor bean (Ricinus communis L.) under phosphate deficiency and moderate salinity". * Journal of Experimental Botany 48 (9): 1737–1747. 


edunitas.com


Page 3

Asam absisat
ABA merupakan hormon yang berperan untuk penutupan stomata
Identifikasi
SingkatanABA
Nomor CAS[21293-29-8]
PubChem5280896
SMILESO=C1C=C(/[C@](O)(C=CC(=C/C(=O)O)C)C(C)(C)C1)C
InChI1/C15H20O4/c1-10(7-13(17)18)5-6-15(19)11(2)8-12(16)9-14(15,3)4/h5-8,19H,9H2,1-4H3,(H,17,18)/b6-5+,10-7-/t15-/m1/s1
Sifat
Rumus molekulC15H20O4
Titik lebur 
Titik didih

120 °C (menyublim)

Kelarutansangat larut dalam aseton, EtOH dan CHCl3
Kecuali dinyatakan sebaliknya, data di atas aci
pada temperatur dan tekanan standar (25°C, 100 kPa)

Sangkalan dan referensi

Asam absisat adalah molekul seskuiterpenoid (memiliki 15 atom karbon) yang merupakan salah satu hormon tumbuhan.[2] Selain dihasilkan secara alami oleh oleh tumbuhan, hormon ini juga dihasilkan oleh alga hijau dan cendawan.[2] Hormon ini ditemukan pada tahun 1963 oleh Frederick Addicott. Addicott berhasil mengisolasi senyawa abscisin I dan II dari tumbuhan kapas.[2] Senyawa abscisin II kelak dinamakan dengan asam absisat, disingkat ABA[2]. Pada ketika yang bersamaan, dua kumpulan peneliti lain yang masing-masing dipimpin oleh Philip Wareing dan Van Steveninck juga melaksanakan penelitian terhadap hormon tersebut.[2]

Fungsi

ABA merupakan hormon yang berperan untuk penutupan stomata

Pada tanaman kapas yang tahan kadar garam tinggi ditemukan hal telah tersedia peningkatan konsentrasi ABA pada anggota akar, daun, dan xilem.

Asam absisat memerankan penting pemulaian (inisiasi) dormansi biji.[3] Dalam kondisi dorman atau "istirahat", tidak terjadi pertumbuhan dan aktivitas fisiologis selesai sementara.[3] Proses dormansi biji ini penting sebagai menjaga agar biji tidak berkecambah sebelum waktu yang tidak dikehendaki.[3] Hal ini terutama sangat dibutuhkan pada tumbuhan tahunan dan tumbuhan dwimusim yang bijinya memerlukan cadangan makanan di musim dingin ataupun musim panas panjang[3]

Tumbuhan menghasilkan ABA sebagai maturasi biji dan menjaga biji agar berkecambah di musim yang diminta.[3]

ABA juga sangat penting sebagai menghadapi kondisi cekaman lingkungan, seperti kekeringan. Hormon ini merangsang penutupan stomata pada epidermis daun dengan menurunkan tekanan osmotik dalam sel dan menyebabkan turgor sel[4]. Akibatnya, kehilangan air tanaman yang disebabkan oleh transpirasi melalui stomata dapat dicegah. ABA juga mencegah kehilangan air dari tubuh tumbuhan dengan membentuk lapisan epikutikula atau lapisan lilin.[4] Selain itu, ABA juga dapat menstimulasi pengambilan air melalui akar. [5] Selain sebagai menghadapi kekeringan, ABA juga berfungsi dalam menghadapi lingkungan dengan suhu rendah dan kadar garam atau salinitas yang tinggi.[6] Peningkatan konsentrasi ABA pada daun dapat diinduksi oleh konsentrasi garam yang tinggi pada akar.[6]. Dalam menghadapi musim dingin, ABA akan menghentikan pertumbuhan primer dan sekunder[4] Hormon yang dihasilkan pada tunas terminal ini akan memperlambat pertumbuhan dan memicu perkembangan primordia daun menjadi sisik yang berfungsi melindungi tunas dorman selama musim dingin.[4]. ABA juga akan menghambat pembelahan sel kambium pembuluh. [4]

Biosintesis

Biosintesis ABA dapat terjadi berpegang pada kebenaran secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan karotenoid, suatu pigmen yang dihasilkan oleh kloroplas.[7] Telah tersedia dua jalur metabolisme yang dapat ditempuh sebagai menghasilkan ABA, yaitu jalur asam mevalonat (MVA) dan jalur metileritritol fosfat (MEP).[7] Secara tidak langsung, ABA dihasilkan dari oksidasi senyawa violaxanthonin menjadi xanthonin yang akan dikonversi menjadi ABA.[7] Sedangkan pada beberapa jenis cendawan patogenik, ABA dihasilkan secara langsung dari molekul isoprenoid C15, yaitu farnesil difosfat.[7]

Transportasi dalam tubuh tumbuhan

Pengangkutan hormon ABA dapat terjadi berpegang pada kebenaran di xilem maupun floem dan arah pergerakannya bisa naik atau turun.[8] Transportasi ABA dari floem menuju ke daun dapat dirangsang oleh salinitas (kegaraman tinggi).[8] Pada tumbuhan tertentu, terdapat perbedaan transportasi ABA dalam siklus hidupnya.[8] Daun muda memerlukan ABA dari xilem dan floem, sedangkan daun dewasa merupakan sumber dari ABA dan dapat ditranspor ke luar daun.[8]

Referensi

  1. ^ Abscisic Acid Chemical Name
  2. ^ a b c d e (Inggris)Salisbury FB, Ross CW (1992). Plant Physiology. Belmont. 
  3. ^ a b c d e (Inggris)Linda RB (2007). Introductory Botany: Plants, People, and the Environment. Brooks Cole. ISBN 978-0-534-46669-5. 
  4. ^ a b c d e (Inggris)Campbell NA, Reece JB (2004). Biology, 7th Edition. Benjamin Cummings. ISBN 978-0-8053-7146-8. 
  5. ^ (Inggris)Lerner HR (1999). Plant Responses to Environmental Stresses: From Phytohormones to Genome Reorganization: From Phytohormones to Genome Reorganization. CRC Press. ISBN 978-0-8247-0044-7. 
  6. ^ a b (Inggris)Arteca RN (1995). Plant growth substances: principles and applications. Springer. ISBN 978-0-412-03911-9. 
  7. ^ a b c d (Inggris)Peter J. Davies (2005). Plant hormones: biosynthesis, signal transduction, action!. Springer. ISBN 978-1-4020-2684-3. 
  8. ^ a b c d (Inggris)W. Dieter Jaschke, Andreas D. Peuke1, John S. Pate, Wolfram Hartung (1997). "Transport, synthesis and catabolism of abscisic acid (ABA) in intact plants of castor bean (Ricinus communis L.) under phosphate deficiency and moderate salinity". * Journal of Experimental Botany 48 (9): 1737–1747. 


edunitas.com


Page 4

Asam absisat
ABA merupakan hormon yang berperan untuk penutupan stomata
Identifikasi
SingkatanABA
Nomor CAS[21293-29-8]
PubChem5280896
SMILESO=C1C=C(/[C@](O)(C=CC(=C/C(=O)O)C)C(C)(C)C1)C
InChI1/C15H20O4/c1-10(7-13(17)18)5-6-15(19)11(2)8-12(16)9-14(15,3)4/h5-8,19H,9H2,1-4H3,(H,17,18)/b6-5+,10-7-/t15-/m1/s1
Sifat
Rumus molekulC15H20O4
Titik lebur 
Titik didih

120 °C (menyublim)

Kelarutansangat larut dalam aseton, EtOH dan CHCl3
Kecuali dinyatakan sebaliknya, data di atas aci
pada temperatur dan tekanan standar (25°C, 100 kPa)

Sangkalan dan referensi

Asam absisat adalah molekul seskuiterpenoid (memiliki 15 atom karbon) yang merupakan salah satu hormon tumbuhan.[2] Selain dihasilkan secara alami oleh oleh tumbuhan, hormon ini juga dihasilkan oleh alga hijau dan cendawan.[2] Hormon ini ditemukan pada tahun 1963 oleh Frederick Addicott. Addicott berhasil mengisolasi senyawa abscisin I dan II dari tumbuhan kapas.[2] Senyawa abscisin II kelak dinamakan dengan asam absisat, disingkat ABA[2]. Pada ketika yang bersamaan, dua kumpulan peneliti lain yang masing-masing dipimpin oleh Philip Wareing dan Van Steveninck juga melaksanakan penelitian terhadap hormon tersebut.[2]

Fungsi

ABA merupakan hormon yang berperan untuk penutupan stomata

Pada tanaman kapas yang tahan kadar garam tinggi ditemukan hal telah tersedia peningkatan konsentrasi ABA pada anggota akar, daun, dan xilem.

Asam absisat memerankan penting pemulaian (inisiasi) dormansi biji.[3] Dalam kondisi dorman atau "istirahat", tidak terjadi pertumbuhan dan aktivitas fisiologis selesai sementara.[3] Proses dormansi biji ini penting sebagai menjaga agar biji tidak berkecambah sebelum waktu yang tidak dikehendaki.[3] Hal ini terutama sangat dibutuhkan pada tumbuhan tahunan dan tumbuhan dwimusim yang bijinya memerlukan cadangan makanan di musim dingin ataupun musim panas panjang[3]

Tumbuhan menghasilkan ABA sebagai maturasi biji dan menjaga biji agar berkecambah di musim yang diminta.[3]

ABA juga sangat penting sebagai menghadapi kondisi cekaman lingkungan, seperti kekeringan. Hormon ini merangsang penutupan stomata pada epidermis daun dengan menurunkan tekanan osmotik dalam sel dan menyebabkan turgor sel[4]. Akibatnya, kehilangan air tanaman yang disebabkan oleh transpirasi melalui stomata dapat dicegah. ABA juga mencegah kehilangan air dari tubuh tumbuhan dengan membentuk lapisan epikutikula atau lapisan lilin.[4] Selain itu, ABA juga dapat menstimulasi pengambilan air melalui akar. [5] Selain sebagai menghadapi kekeringan, ABA juga berfungsi dalam menghadapi lingkungan dengan suhu rendah dan kadar garam atau salinitas yang tinggi.[6] Peningkatan konsentrasi ABA pada daun dapat diinduksi oleh konsentrasi garam yang tinggi pada akar.[6]. Dalam menghadapi musim dingin, ABA akan menghentikan pertumbuhan primer dan sekunder[4] Hormon yang dihasilkan pada tunas terminal ini akan memperlambat pertumbuhan dan memicu perkembangan primordia daun menjadi sisik yang berfungsi melindungi tunas dorman selama musim dingin.[4]. ABA juga akan menghambat pembelahan sel kambium pembuluh. [4]

Biosintesis

Biosintesis ABA dapat terjadi berpegang pada kebenaran secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan karotenoid, suatu pigmen yang dihasilkan oleh kloroplas.[7] Telah tersedia dua jalur metabolisme yang dapat ditempuh sebagai menghasilkan ABA, yaitu jalur asam mevalonat (MVA) dan jalur metileritritol fosfat (MEP).[7] Secara tidak langsung, ABA dihasilkan dari oksidasi senyawa violaxanthonin menjadi xanthonin yang akan dikonversi menjadi ABA.[7] Sedangkan pada beberapa jenis cendawan patogenik, ABA dihasilkan secara langsung dari molekul isoprenoid C15, yaitu farnesil difosfat.[7]

Transportasi dalam tubuh tumbuhan

Pengangkutan hormon ABA dapat terjadi berpegang pada kebenaran di xilem maupun floem dan arah pergerakannya bisa naik atau turun.[8] Transportasi ABA dari floem menuju ke daun dapat dirangsang oleh salinitas (kegaraman tinggi).[8] Pada tumbuhan tertentu, terdapat perbedaan transportasi ABA dalam siklus hidupnya.[8] Daun muda memerlukan ABA dari xilem dan floem, sedangkan daun dewasa merupakan sumber dari ABA dan dapat ditranspor ke luar daun.[8]

Referensi

  1. ^ Abscisic Acid Chemical Name
  2. ^ a b c d e (Inggris)Salisbury FB, Ross CW (1992). Plant Physiology. Belmont. 
  3. ^ a b c d e (Inggris)Linda RB (2007). Introductory Botany: Plants, People, and the Environment. Brooks Cole. ISBN 978-0-534-46669-5. 
  4. ^ a b c d e (Inggris)Campbell NA, Reece JB (2004). Biology, 7th Edition. Benjamin Cummings. ISBN 978-0-8053-7146-8. 
  5. ^ (Inggris)Lerner HR (1999). Plant Responses to Environmental Stresses: From Phytohormones to Genome Reorganization: From Phytohormones to Genome Reorganization. CRC Press. ISBN 978-0-8247-0044-7. 
  6. ^ a b (Inggris)Arteca RN (1995). Plant growth substances: principles and applications. Springer. ISBN 978-0-412-03911-9. 
  7. ^ a b c d (Inggris)Peter J. Davies (2005). Plant hormones: biosynthesis, signal transduction, action!. Springer. ISBN 978-1-4020-2684-3. 
  8. ^ a b c d (Inggris)W. Dieter Jaschke, Andreas D. Peuke1, John S. Pate, Wolfram Hartung (1997). "Transport, synthesis and catabolism of abscisic acid (ABA) in intact plants of castor bean (Ricinus communis L.) under phosphate deficiency and moderate salinity". * Journal of Experimental Botany 48 (9): 1737–1747. 


edunitas.com


Page 5

Tags (tagged): center of studies, asam kumbang, medan, selayang, asam, kumbang, unkris, kelurahan, negara indonesia, provinsi, sumatera utara kota, kecamatan medan selayang, medan selayang, kota, medan sumatera utara, sempakata, tanjung, sari kategori medan, selayang medan, kategori, indonesia rintisan, indonesia rintisan kelurahan


Page 6

Tags (tagged): center of studies, asam kumbang, medan, selayang, asam, kumbang, unkris, medan selayang, asam kumbang kelurahan, utara indonesia, tempat, wisata taman buaya, kelurahan, asam kumbang beringin, padang bulan, i, sari kategori, kategori tersembunyi, center, of studies, indonesia, rintisan kelurahan indonesia, rintisan asam


Page 7

Tags (tagged): pusat ilmu pengetahuan, asam kumbang, medan, selayang, asam, kumbang, unkris, medan selayang, asam kumbang kelurahan, utara indonesia, tempat, wisata taman buaya, kelurahan, asam kumbang beringin, padang bulan, i, sari kategori, kategori tersembunyi, pusat, ilmu pengetahuan, indonesia, rintisan kelurahan indonesia, rintisan asam


Page 8

Tags (tagged): pusat ilmu pengetahuan, asam kumbang, medan, selayang, asam, kumbang, unkris, kelurahan, negara indonesia, provinsi, sumatera utara kota, kecamatan medan selayang, medan selayang, kota, medan sumatera utara, sempakata, tanjung, sari kategori medan, selayang medan, kategori, indonesia rintisan, indonesia rintisan kelurahan