Akibat yang akan diterima dari orang-orang yang bersifat bakhil adalah

Merasa nyaman saat harta berlimpah tentu hal yang wajar. Karena dengannya ia yakin segala keinginannya bisa terwujud, masa depannya pun terjamin. Iapun makin bakhil, karena ia mengira  dengannya akan makin bertambah hartanya. Dan dengan makin bertambah hartanya  maka tingkat kenyamanannyapun makin bertambah. Ujungnya ia semakin bakhil dan makin bakhil lagi.

Jiwa sulit menerima bila dikatakan menahan harta justru akan membawa keburukan. Tapi itulah yang dikatakan oleh As Sa’di saat menafsirkan QS. Ali Imron 180:

وَلَا يَحۡسَبَنَّ ٱلَّذِينَ يَبۡخَلُونَ بِمَآ ءَاتَىٰهُمُ ٱللَّهُ مِن فَضۡلِهِۦ هُوَ خَيۡرٗا لَّهُمۖ بَلۡ هُوَ شَرّٞ لَّهُمۡۖ

Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil menyangka, …bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya perbuatan itu buruk bagi mereka. Buruk dalam hal agama maupun dunianya, dalam waktu yang segera (di dunia) maupun yang akan datang (di akhirat).

Bakhil Penyebab Kebinasaan

Mungkinkah sifat bakhil mengantarkan pada kebinasaan? Mari renungi sabda Nabi SAW berikut:  

Jauhkanlah diri kalian dari perbuatan syuh’ (kikir yang disertai tamak). Karena sesungguhnya (yang demikian) itu telah membinasakan orang-orang sebelum kalian, mendorong mereka untuk menumpahkan darah, dan menghalalkan perkara yang terlarang. (HR. Muslim, dari Jabir bin Abdillah)

Sebagaimana sifat murah hati yang dapat melahirkan cinta, kasih sayang, dan simpatik. Maka bakhil adalah kebalikannya. Sifat bakhil melahirkan dengki, permusuhan, dan kebencian dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Dan ‘buntut’ dari dengki, kebencian, dan permusuhan adalah munculnya keinginan untuk melenyapkan berbagai karunia yang dimiliki orang yang bakhil tersebut.

Bahkan bila bakhil disertai dengan sifat rakus (syuh’) yaitu tidak cuma menumpuk harta tetapi juga suka mengambil milik orang lain dengan cara bathil, berani menghalalkan yang haram, maka petakanya jauh lebih besar. Yang jelas, bakhil bisa menyebabkan musnahnya harta dan hilangnya nyawa. Dan cukuplah Qorun sebagai pelajaran berharga bagi kita,

Memunculkan kemunafikan

Bencana bukan hanya menimpa pada badan dan harta saja. Ada bencana lain yang kadang tidak dirasakan dan tak terperhatikan. Padahal bencana ini lebih besar dampak buruknya, berkait dengan nasibnya di akhirat nanti, yaitu bencana dalam agama.

Diantara musibah dalam agama adalah terjatuhnya seseorang kedalam perbuatan kufur, terjatuh kedalam kesesatan, atau ditimpakan kedalam hatinya kecondongan kepada kemaksiyatan. Dan orang yang bakhil akan ditimpakan kemunafikan dalam hatinya.

 Alloh Ta’ala berfirman:

Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: ‘Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang shalih.’ Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebagian dari karunia-Nya, mereka kikir dari karunia itu dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran). Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai pada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang mereka telah ikrarkan kepada-Nya dan (juga) karena mereka selalu berdusta. (At-Taubah: 75-77)

Saudaraku, bukankah itu bencana besar, hingga Alloh menimpakan kemunafikan dalam hati orang-orang yang bakhil. Na’udzubillah

Doa Buruk Dari Malaikat

Termasuk keburukan yang disegerakan bagi orang yang bakhil adalah hilangnya keberkahan harta akibat doa buruk dari malaikat. Sebagaimana yang tersebut dalam hadits Rasulullah saw:

Tidaklah setiap hari kecuali ada dua malaikat yang turun ke bumi. Salah satu malaikat tadi berdoa: ‘Ya Allah, berikanlah kepada orang yang menginfaqkan hartanya keuntungan.’ Adapun satunya berdoa: ‘Ya Allah, berikanlah kepada orang yang kikir terhadap hartanya kerugian’. (HR. Muslim)

Murah hati atau bakhil adalah pilihan. Dan masing-masing ada konsekuensinya. Bila keberkahan yang diharap maka dermawanlah! dan bila takut dengan dampak buruk do’a malaikat maka berinfaklah!

Siksa di Akhirat

Pada tingkatan tertentu bakhil bisa memunculkan petaka di akhirat. Bila sifat bakhilnya hingga menahannya untuk menunaikan yang fardhu.  Dan diantara bentuk siksanya adalah:

Dikalungkan di lehernya ular jantan ganas lagi berbisa, sebagaimana sabda Rasulullah :

Barangsiapa yang Allah berikan kepadanya harta kemudian ia tidak menunaikan zakatnya maka di hari kiamat nanti harta tersebut akan diubah menjadi seekor ular jantan ganas lagi berbisa, memiliki dua tanda hitam di atas kelopak matanya. Ular itu akan melilit lehernya kemudian ular tadi membuka mulutnya lalu mencaplok pemilik harta dengan dua rahangnya, sambil berkata: ‘Aku adalah hartamu, aku adalah harta yang kamu simpan’  (HR. Al-Bukhari)

Harta yang dibakhilkan akan diubah menjadi lempengan logam dari api neraka dan diseterikakan pada bagian dahi, lambung, dan punggungnya, sebagaimana firman Allah:

Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menginfaqkan di jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka (bahwa mereka) akan mendapat siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: ‘Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu’. (At-Taubah 34-35).

Inilah diantara keburukan sifat bakhil di dunia maupun di akhirat. Di dunia bakhil tidak cuma bisa membawa petaka pada badan dan harta, tapi juga bisa memunculkan bencana pada agama (yaitu ditimpakannya sifat munafiq ke dalam hati seseorang). Wallohu musta’an 

Akibat yang akan diterima dari orang-orang yang bersifat bakhil adalah

Ilustrasi, ada tujuh balasan bagi orang kikir /Hasbi NR/Literasi News

Literasi News - Salah satu sifat tercela yang bisa merusak keimanan seseorang adalah kikir atau Bakhil. Kikir ini muncul dari sifat tamak dan rakus, sehingga enggan untuk bersyukur terhadap karunia yang diberikan oleh Alloh Swt.

Itu bisa dihindari dengan cara berinfak maupun bersedekah, baik wajib seperti zakat maupun sunnah seperti membantu orang orang yang tidak mampu.

Didalam Alquran Allah mengingatkan

وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ هُوَ خَيْرًا لَهُمْ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَهُمْ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلِلَّهِ مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

'Dan jangan sekali-kali orang-orang yang kikir dengan karunia yang diberikan Allah kepada mereka mengira bahwa (kikir) itu baik bagi mereka, padahal (kikir) itu buruk bagi mereka. Harta yang mereka kikirkan itu akan dikalungkan (di lehernya) pada hari Kiamat. Milik Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.' (Q.S Ali Imran: 180).

Baca Juga: Seluruh Aktivitas PPKM Skala Mikro Level Desa Harus Didukung Penuh oleh Pemerintah Desa. Ini Kata Mendes PDTT

>

Dalam ayat diatas Allah menegaskan bahwa kikir adalah perbuatan yang tidak baik dalam arti tidak mensyukuri nikmat yang Alloh Berikan. Di dalam Haditsnya Nabi Muhamamd Saw Bersabda:

مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيْهِ إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ فَيَقُوْلُ أَحَدُهُمَا: اَللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا، وَيَقُوْلُ اْلآخَرُ: اَللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا

'Tidak satu hari pun dimana seorang hamba berada padanya kecuali dua Malaikat turun kepadanya. Salah satu di antara keduanya berkata, 'Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak.' Sedangkan yang lainnya berkata, 'Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang kikir.' (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam hadist ini mengaskan bahwa orang yang kikir hartanya akan musnah karena kekikirannya. Dikutip dari kitab Nashaihul ibad, Abu Bakar As Shidiq mengatakan ada tujuh akibat yang salah satunya akan menimpa orang kikir yaitu:

Sifat kikir bisa mendatangkan konsekuensi bagi pelakunya.

Republika/Tahta Aidilla

Sifat kikir bisa mendatangkan konsekuensi bagi pelakunya. Ilustrasi Sedekah

Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, Sebagai individu yang hidup di tengah masyarakat, sifat kikir pasti mempunyai konsekuensi yang bisa merugikan diri sendiri. 

Baca Juga

Minimal ada dua kerugian bagi orang yang kikir. Pertama, kerugian ketika di dunia, yaitu menimbulkan rasa permusuhan dan kebencian di antara orang-orang dekat dan warga sekitar di mana ia tinggal. 

Paling tidak kikir telah menimbulkan rasa tidak senang pada orang lain. Selain itu, orang yang kikir adalah orang yang letih. Ia mengerahkan seluruh kemampuannya untuk menimbun kekayaan, namun ia tidak menikmati hartanya. Karena, ahli warisnyalah yang akan menikmatinya.

Kedua, kerugian yang diterima pada hari pembalasan nanti. Yakni, orang yang kikir akan mempertanggungjawabkan harta kekayaannya pada hari akhir nanti layaknya orang kaya. Padahal, seperti yang telah disebutkan bahwa ia hidup di dunia ini layaknya orang miskin yang terus-menerus mengejar harta, namun ia tidak menikmatinya.   

Kikir jelas merupakan sifat yang nyata-nyata dikecam oleh Allah SWT. Firman-Nya:  

هَا أَنْتُمْ هَٰؤُلَاءِ تُدْعَوْنَ لِتُنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَمِنْكُمْ مَنْ يَبْخَلُ ۖ وَمَنْ يَبْخَلْ فَإِنَّمَا يَبْخَلُ عَنْ نَفْسِهِ ۚ وَاللَّهُ الْغَنِيُّ وَأَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ ۚ وَإِنْ تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُونُوا أَمْثَالَكُمْ     

 ''Ingatlah, kalian adalah orang-orang yang diminta untuk menafkahkan sebagian harta kalian di jalan Allah, namun di antara kalian terdapat orang-orang yang bakhil. Siapa pun yang bersikap bakhil (kikir), maka sesungguhnya ia bakhil (kikir) terhadap dirinya sendiri, sebab Allah Mahakaya dan kalian adalah orang-orang miskin.'' (QS Muhammad: 38).

Dari ayat di atas jelaslah bahwa orang-orang kikir adalah mereka yang mempunyai harta, namun ketika diminta untuk menafkahkan sebagiannya di jalan Allah, mereka menolak. Menafkahkan harta di jalan Allah itu macam-macam, antara lain, zakat, infak, sedekah, dan memberi makan anak yatim-piatu. 

Padahal, Allah SWT telah menjamin bahwa segala sesuatu yang diinfakkan dalam kerangka fi sabilillahtidak akan menjadi perbuatan yang sia-sia. 

وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ

''Apa pun yang kalian infakkan, maka Dia (Allah) akan menggantikannya. Dialah sebaik-baik pemberi rezeki." (QS Saba: 39).

Ada beberapa penyebab tertentu dari kekikiran. Di antaranya adalah takut miskin. Mengenai hal ini, Khalifah Ali bin Abi Thalib pernah menyatakan, ''Aku heran dengan orang yang kikir karena ia hanya mempercepat laju kemiskinannya, padahal ia berusaha lari dari kemiskinan. Ia kehilangan kesenangan hidup yang ia dambakan (karena tidak menikmati hartanya akibat kebakhilannya). Ia hidup seperti orang yang miskin, namun ia harus mempertanggungjawabkan hartanya pada hari kiamat seperti orang kaya.''

Motif lain dari kekikiran adalah sikap berlebihan atau kekhawatiran berlebihan terhadap masa depan keluarga. 

Orang yang demikian lebih suka menabung seluruh uangnya untuk masa depan anak-anak/keluarga daripada menginfakkan sebagian daripadanya di jalan Allah. Mereka berkeyakinan, harta akan dapat melindungi masa depan anak-anaknya. Padahal, Alquran telah memberi petunjuk bahwa kekayaan dan anak-anak hanyalah cobaan/fitnah. (QS Al-Anfal: 28).

Motif berikutnya dari kekikiran adalah cinta harta secara berlebihan tanpa menganggapnya sebagai sarana ibadah. Mereka ini mengira bahwa zakat, infak, dan sedekah akan mengurangi hartanya. Padahal, Allahlah penetap segala rezeki.

  • kikir
  • kikir dalam islam
  • bahaya kikir
  • kikir dalam alquran
  • siksa kikir

sumber : Harian Republika

Silakan akses epaper Republika di sini Epaper Republika ...