Al-Quran adalah pembeda antara yang haq dan batil oleh karena itu Al quran dinamakan pula

Jakarta -

Al Furqan artinya pembeda antara haq (baik) dan yang batil (buruk). Bukti bahwa Al Furqan merupakan bentuk penyebutan lain dari kitab suci Al Quran dapat disimak dalam firmanNya surat Al Furqan ayat 1 yang berbunyi,

تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَىٰ عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا

Artinya: "Mahasuci Allah yang telah menurunkan Furqan (Al-Qur'an) kepada hamba-Nya (Muhammad), agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam (jin dan manusia)."

ۨMelansir dari buku Rahasia Nama dan Sifat Al Qur'an Volume 1 karya Ali Zainal Abidin Al Habsyi, kata Al Furqan adalah bentuk mashdar dari kata kerja faraqa, yafruqu, farquw furqan yang artinya adalah memisah sesuatu dengan sesuatu yang lain. Untuk kata furqan sendiri mengandung makna sesuatu yang dapat berfungsi sebagai pemisah antara sesuatu dan lainnya.

Lantas, mengapa Al Furqan disematkan sebagai julukan untuk Al Quran?

Masih mengutip dari sumber yang sama, Filsuf muslim Ar Raghin al Isfahani dalam Mu'jam Mufradat Alfadz al Quran menyebut bahwa peran dan fungsi Al Quran itu sebagai pemisah antara kejujuran dan kepalsuan dalam keyakinan maupun ucapan.

"Nama tersebut menjelaskan peran dan fungsi Al Quran sebagai pemisah antara kebeneran dan kebatilan dalam keyakinan dan antara yang jujur dan yang palsu dalam ucapan," tulis Ali Zainal Abidin Al Habsyi dalam bukunya.

Cendekiawan Iran Sayyid MH Thabathaba'i juga menambahkan bahwa sebutan AL Furqan artinya pengganti ini berkaitan dengan proses diturunkannya Al Quran yang berangsur-angsur. Hal itu disebabkan karena Al Quran memilah antara yang haq dan yang batil.

Berdasarkan penjelasan para ahli di atas, nama-nama dan sifat yang ditetapkan untuk Al Quran artinya dijadikan sebagai pengungkap hakikat, fungsi dan keagungan peran Al Quran yang memiliki kaitannya dengan nama-nama tersebut.

Selain Al Furqan artinya pembeda, ada beberapa nama lain Al Quran yang menjadi penjelas dari peran dan fungsi Al Quran di antaranya,

11 Nama Lain Al Quran dan Artinya

1. Al Kitab artinya tulisan atau yang ditulis, sebab Al Quran itu tulisan bukan sekadar hafalan.

2. Al Huda artinya petunjuk. Isi Al Quran berupa petunjuk bagi keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

3. Ar Rahman artinya kasih sayang. Dengan diturunkannya Al Quran, Allah SWR menunjukkan kasih sayang kepada umatNya sebagai pedoman untuk mencapai kebahagiaan hidup di akhirat.

4. Asy Syifa artinya obat penawar. Al Quran menawarkan cara-cara untuk penyembuhan penyakit terutama penyakit moral.

5. Al Mau'idah artinya pelajaran berharga. Setiap orang yang merenungi ayat-ayat Al Quran akan memperoleh pelajaran berharga bagi kehidupannya.

6. Az Zikru artinya peringatan. Al Quran berisi peringatan kepada manusia supaya terhindar dari perbuatan mungkar.

10. An Nur artinya cahaya. Al Quran menjadi cahaya penerang bagi orang yang hidup tersesat dalam kegelapan.

11. Al Busyra artinya berita gembira bagi orang yang berbuat baik pada Allah serta manusia.

Demikianlah penjelasan nama lain Al Quran yakni Al Furqan artinya pembeda berikut dengan nama-nama lain yang dimiliki Al Quran. Semoga bermanfaat, detikers!

Simak Video "KuTips: Tips Betah Baca Al-Qur'an Biar Khatam Pas Ramadan!"



(rah/row)

Jakarta -

Al-Quran adalah kitab suci umat Islam yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Namun ternyata, ada nama lain Alquran yang belum banyak diketahui.

Al Quran diturunkan pada tanggal 17 bulan Ramadhan. Hal itu juga sesuai dalam Quran surat Al Anfal ayat 41, Allah SWT berfirman

Arab: ۞ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّمَا غَنِمْتُمْ مِّنْ شَيْءٍ فَاَنَّ لِلّٰهِ خُمُسَهٗ وَلِلرَّسُوْلِ وَلِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَابْنِ السَّبِيْلِ اِنْ كُنْتُمْ اٰمَنْتُمْ بِاللّٰهِ وَمَآ اَنْزَلْنَا عَلٰى عَبْدِنَا يَوْمَ الْفُرْقَانِ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعٰنِۗ وَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

Latin: wa'lamū annamā ganimtum min syai`in fa anna lillāhi khumusahụ wa lir-rasụli wa liżil-qurbā wal-yatāmā wal-masākīni wabnis-sabīli ing kuntum āmantum billāhi wa mā anzalnā 'alā 'abdinā yaumal-furqāni yaumaltaqal jam'ān, wallāhu 'alā kulli syai`ing qadīr

Artinya: Dan ketahuilah, sesungguhnya segala yang kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak yatim, orang miskin dan ibnu sabil, (demikian) jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqan, yaitu pada hari bertemunya dua pasukan. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.

Nama Lain Alquran:

Al Quran memiliki nama lain adalah Al-Kitab yang artinya kitab. Hal ini tertuang dalam Quran surat Al Baqarah ayat 2 yang berbunyi

Arab: ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ

Latin: żālikal-kitābu lā raiba fīh, hudal lil-muttaqīn

Artinya: Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,

Nama lain Alquran adalah Al-Huda yang artinya petunjuk. Hal ini tertulis dalam Quran surat Al Baqarah ayat 185 yang berbunyi

Arab: شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗ وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

Latin: syahru ramaḍānallażī unzila fīhil-qur`ānu hudal lin-nāsi wa bayyinātim minal-hudā wal-furqān, fa man syahida mingkumusy-syahra falyaṣum-h, wa mang kāna marīḍan au 'alā safarin fa 'iddatum min ayyāmin ukhar, yurīdullāhu bikumul-yusra wa lā yurīdu bikumul-'usra wa litukmilul-'iddata wa litukabbirullāha 'alā mā hadākum wa la'allakum tasykurụn

Artinya: Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur.

Al-Fuqan memiliki arti pembeda. Nama lain Alquran ini tertuang dalam Quran surat Al-Furqan ayat 1

Arab: تَبٰرَكَ الَّذِيْ نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلٰى عَبْدِهٖ لِيَكُوْنَ لِلْعٰلَمِيْنَ نَذِيْرًا ۙ

Latin: tabārakallażī nazzalal-furqāna 'alā 'abdihī liyakụna lil-'ālamīna nażīrā

Artinya: Mahasuci Allah yang telah menurunkan Furqan (Al-Qur'an) kepada hamba-Nya (Muhammad), agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam (jin dan manusia).

Nama lain Alquran yang perlu diketahui lainnya adalah Ar-Rahmah. Nama ini memiliki arti rahmat yang seperti terdapat dalam Quran surat Al-Isra ayat 82

Arab: وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْاٰنِ مَا هُوَ شِفَاۤءٌ وَّرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِيْنَۙ وَلَا يَزِيْدُ الظّٰلِمِيْنَ اِلَّا خَسَارًا

Latin: wa nunazzilu minal-qur`āni mā huwa syifā`uw wa raḥmatul lil-mu`minīna wa lā yazīduẓ-ẓālimīna illā khasārā

Artinya: Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Qur'an itu) hanya akan menambah kerugian.


Nama lain Al Quran berikutnya adalah Ar-Ruh

KLIK HALAMAN SELANJUTNYA UNTUK MEMBACA>>>

(pay/erd)

Oleh : H. Ilyas Bustamiludin

Surat Al-Furqan ini terdiri atas 77 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyah. Dinamai ٱلۡفُرۡقَانَ yang artinya pembeda, diambil dari ayat pertama surat ini. Al-Qur’an dinamakan ٱلۡفُرۡقَانَ  karena dia membedakan antara yang haq dengan yang batil. Maka pada surat ini pun terdapat ayat-ayat yang membedakan antara kebenaran ke-esaan Allah s.w.t. dengan kebatilan kepercayaan syirik.

Surah Al-Furqan ini memiliki hubungan yang erat dengan surah sebelumnya, yaitu surah An-Nur. Di mana Surat An-Nur ditutup oleh Allah SWT dengan firman-Nya bahwa  kepunyaan Allahlah apa yang di langit dan di bumi. Maka dalam surat Al Furqaan, Allah memulai dengan menunjukkan ketinggian-Nya baik pada zat, sifat-sifat, dan perbuatan-Nya, dan menunjukkan pula kecintaan-Nya kepada hamba-hamba-Nya dengan menurunkan Al Quran sebagai pedoman hidup bagi mereka.

Sebagai pembeda antara yang haq dan yang bathil, surah Al-Furqan menampilkan para pemfitnah nabi SAW sebanyak 7 (tujuh) macam, yaitu: pertama, mereka berkata: "Al Quran ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan oleh Muhammad dan dia dibantu oleh kaum yang lain. (Ayat 4). Kedua: mereka berkata: "Dongengan-dongengan orang-orang dahulu, dimintanya supaya dituliskan, maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang" (ayat 5). Ketiga, mereka berkata: "Mengapa rasul itu memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar? Mengapa tidak diturunkan kepadanya seorang malaikat agar malaikat itu memberikan peringatan bersama- sama dengan dia? (ayat 7). Keempat, orang-orang yang zalim itu berkata: "Kamu sekalian tidak lain hanyalah mengikuti seorang lelaki yang kena sihir" (ayat 8). Kelima, Berkatalah orang-orang yang tidak menanti-nanti pertemuan(nya) dengan Kami: "Mengapakah tidak diturunkan kepada kita malaikat atau (mengapa) kita (tidak) melihat Tuhan kita?" (ayat 21). Keenam, Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja? (ayat 32). Dan ketujuh, Dan apabila mereka melihat kamu (Muhammad), mereka hanyalah menjadikan kamu sebagai ejekan (dengan mengatakan): "Inikah orangnya yang di utus Allah sebagai Rasul? (ayat 41). Namun yang dibahas dalam artikel ini adalah keberatan mereka tentang diturunkannya Al-Qur’an tidak secara sekaligus.

Pada akhir surah, dibedakan lagi karakter manusia yang tidak mau sujud kepada Allah dan hamba yang dikalim sebagai hamba-Nya yang selalu menjaga hubungan kepada Allah, kepada manusia dan alam sekitarnya.  

Ke-Mahatinggian Allah

Surah Al-Furqan ini diawali oleh kalimat تَبَارَكَ (Maha suci Allah). Ada 2 (dua) surah yang diawali oleh kata ini, yaitu surah Al-Furqan ini dan surah Al-Mulk. Apa uniknya kata تَبَارَكَ ini?

Ternyata, kata تَبَارَكَ di dalam Al-Qur’an hanya dalam bentuk fi’il madhi (past) dan kata ini hanya selalu bergandengan dengan Keagungan Allah. Ada 7 (tujuh) kali Al-Qur’an menyebut kali, 3 (tiga) di antaranya disebut dalam surah ini, yaitu pada ayat 1, 10 dan ayat 61. Ketiganya memiliki penyebutan yang menakjubkan.

Ayat ke-1 ini menujukkan keagungan Kitab-Nya berupa Al-Qur’an:

تَبَارَكَ ٱلَّذِي نَزَّلَ ٱلۡفُرۡقَانَ عَلَىٰ عَبۡدِهِۦ لِيَكُونَ لِلۡعَٰلَمِينَ نَذِيرًا ١

Keagungan Al-Qur’an terletak dengan jelas sebagai pembeda antara yang dengan yang bathil. Kitab ini dijadikan nabi SAW untuk memberi peringatan kepada seluruh alam

Ayat ke-10 ini menunjukkan keagungan nabi-Nya yaitu nabi Muhammad SAW:

تَبَارَكَ ٱلَّذِيٓ إِن شَآءَ جَعَلَ Ù„ÙŽÙƒÙŽ خَيۡرٗا مِّن ذَٰلِكَ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ وَيَجۡعَل لَّكَ قُصُورَۢا Ù¡Ù

Keagungan nabi SAW terletak pada jika Allah menghendaki, niscaya dijadikan-Nya bagi beliau surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, dan dijadikan-Nya (pula) untuk beliau istana-istana di dunia ini. Tetapi Allah tidak menghendaki yang demikian agar manusia itu tunduk dan beriman kepada Allah bukanlah karena dipengaruhi oleh benda, melainkan berdasarkan kepada bukti-bukti dan dalil-dalil yang nyata.

Ayat ke-61 menunjukkan keagungan ciptaan-Nya berupa bintang, matahari dan bulan:

تَبَارَكَ ٱلَّذِي جَعَلَ فِي ٱلسَّمَآءِ بُرُوجٗا وَجَعَلَ فِيهَا سِرَٰجٗا وَقَمَرٗا مُّنِيرٗا ٦١

“Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya”.

Keagungan benda-benda raksasa yang menggelantung di atas kepala kita itu tidak perlu diragukan lagi. Sebab, tanpa diciptakannya benda tersebut, maka tidak ada siang dan malam, tidak ada ttumbuhan dan binatang dan sekaligus tidak ada kehidupan.

Wajar…kita wajib mengagungkan Allah dengan mensyukuri segala nikmat-Nya dengan mengucapkan: تَبَارَكَ ٱللَّهُ رَبُّ ٱلۡعَٰلَمِينَ karena Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ´Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Juga mengucapkan: فَتَبَارَكَ ٱللَّهُ أَحۡسَنُ ٱلۡخَٰلِقِينَ karena Allah telah menciptakan kita dari air mani itu Dia jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Dia jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Dia jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Dia bungkus dengan daging. Kemudian Dia jadikan kita makhluk yang (berbentuk) lain. Serta mengucapakan: تَبَٰرَكَ ٱلَّذِي بِيَدِهِ ٱلۡمُلۡكُ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٌ Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya-lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu”.

Pemfitnah Nabi Muhammad SAW

Para pemfitnah nabi SAW terhadap dakwah beliau, di antara yang mereka fitnah adalah mengapa Al-Qur’an diturunkan tidak sekaligus. Pertanyaan ini diajukan mereka yang direkam oleh QS. Al-Furqan ayat 32 dan sekaligus dijawab oleh Yang menurunkannya:

وَقَالَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ لَوۡلَا نُزِّلَ عَلَيۡهِ ٱلۡقُرۡءَانُ جُمۡلَةٗ وَٰحِدَةٗۚ كَذَٰلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِۦ فُؤَادَكَۖ وَرَتَّلۡنَٰهُ تَرۡتِيلٗا ٣٢

“Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar)”

Pertanyaan yang keluar dari mulut mereka yang kotor ini dengan membandingkan proses turunnya Taurat kepada Musa AS dan Injil kepada Isa AS yang diturunkan secara sekaligus. Padahal, kata Muhammad Al-Ghazali (bukan Imam Al-Ghazaly), Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru juga memakan waktu panjang dalam penulisannya. Lalu mengapa Al-Qur’an mesti turun sekaligus?

Memang, para sejarahwan mencatat turunnya Al-Qur’an selama kurang lebih 23 tahun. Dalam rentan waktu yang cukup panjang itu, beberapa ayat turun tidak lebih dari 5 (lima) seperti wahyu pertama yaitu surah Al-‘Alaq ayat 1 sampai 5. Begitu juga dengan wahyu kedua yaitu surah Al-Muzammil mulai ayat 1 sampai ayat ke-5. Hanya ayat tentang berita bohong yang telah kita singgung pada surah An-Nur diturunkan sebanyak 10 (sepuluh ) ayat, yaitu ayat 11 – 21.

Tujuan dari diturunkannya Al-Qur’an secara berangsur-angsur itu minimal dengan 2 (dua) tujuan, yaitu: Pertama: لِنُثَبِّتَ بِهِۦ فُؤَادَكَۖ  (supaya Kami perkuat hatimu dengannya) dan kedua, وَرَتَّلۡنَٰهُ تَرۡتِيلٗا (dan Kami membacanya secara tartil).

Untuk memantapkan hati nabi SAW, maka wahyu turun ketika terjadi peristiwa atau ada pertanyaan sahabat sehingga hati nabi menjadi mantap. Juga dengan munculnya Jibril berkali-kali, membuat hati nabi menjadi terhibur.

Dengan diturunkan secara bertahap, dan Kami membacanya secara tartil yakni Al-Qur’an bagi para sahabat dengan mudah membacanya, menghafalnya dan mengamalkan perintah Al-Qur’an. Seperti tentang pengharaman judi dan khamar.

Untuk menjaga keotentikan Al-Qur’an, ketika Al-Qur’an turun, langsung nabi SAW memanggil para sahabat yang ditugaskan untuk menulis wahyu. Beliau pun membaca Al-Qur’an pada shalat-shalat jahr serta tiap Ramadhan, Jibril mengunjungi nabi SAW untuk mengecek keotentikan AL-Qur’an yang ada di dada nabi SAW. Bahkan, menjelang wafatnya, Al-Qur’an ditamatkan nabi SAW sebanyak dua kali.

Ibadurrahman

Salah satu pembeda antara yang haq dan yang bathil dalam surah Al-Furqan ini adalah perbedaan karakter antara orang Kafir dengan Hamba Allah yang taat. Orang kafir itu, apabila dikatakan kepada mereka: اسْجُدُوا لِلرَّحْمَنِ "Sujudlah kamu sekalian kepada yang Maha Penyayang", mereka menjawab: وَمَا الرَّحْمَنُ أَنَسْجُدُ لِمَا تَأْمُرُنَا  "Siapakah yang Maha Penyayang itu? Apakah kami akan sujud kepada Tuhan Yang kamu perintahkan kami (bersujud kepada-Nya)?", dan itu menambah mereka jauh (dari iman). (QS. Al-Furqân [25]: 60). Hal ini berbanding terbalik dengan hamba-hamba yang berpredikat عِبَادُ الرَّحْمَنِ (hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang).

Munculnya kata عِبَادُ (Hamba-hamba) bukan tanpa alasan. Sebab, Kata عِبَادُ di dalam Al-Qur’an dimaksudkan untuk hamba-hamba Allah yang muslimin lagi beribadah kepada-Nya, sedangkan kata عَبِيدِ diperuntukkan kepada Allah yang kafir dan berbuat maksiat. Munculnya huruf Alif (ا) pada kata عِبَادُ menurut Qâsim ‘Âsyûr dalam Jawâhir Qur’âniyyah-nya menunjukkan kemuliaan dan ketinggian sedangkan huruf Ya (ÙŠ) pada kata عَبِيدِ menunjukkan kehinaan dan pengingkaran[1].

Begitu juga munculnya Asma Al-Husna yang diwakili oleh الرَّحْمَنِ bukan tanpa alasan. Sebab, Asma Allah yang satu ini disebut dalam Al-Qur’an sebanyak 57 (lima puluh tujuh) kali[2]. 5 (lima) kali di antaranya disebut dalam surah Al-Furqan ini, padahal jumlah ayatnya cuma 77 (tujuh puluh tujuh) ayat. Sedangkan, surah Al-Baqarah yang jumlah ayatnya sebanyak 286 ayat, kata الرَّحْمَنِ muncul hanya 1 (satu) kali, yaitu pada ayat 163. Oleh karenanya, ketika perintah اسْجُدُوا لِلرَّحْمَنِ kepada orang kafir, mereka malah bertanya dengan nada melecehkan: وَمَا الرَّحْمَنُ bahasa kasarnya: “Siapa sih si Rahman itu? ini bisa kita lihat dengan munculnya huruf مَا (apa) dengan menafikan eksistensi Allah dalam kehidupan mereka. Maka, orang yang sujud kepada Allah, diakui oleh Allah sebagai عِبَادُ الرَّحْمَنِ (hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang)

Kemudian, Allah menjelaskan 10 (sepuluh) karakter Ibadurrahman itu yang dimulai dari ayat 63 sampai akhir surah Al-Furqan ini. Mereka itu adalah:

  1. Orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati
  2. Apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.
  3. Orang-orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka, seraya berdoa: رَبَّنَا ٱصۡرِفۡ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَۖ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا "Ya Tuhan kami, jauhkan azab jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal".
  4. Orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir.
  5. Orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah
  6. Mereka tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar,
  7. Mereka tidak berzina. Apabila terlanjur, mereka bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh dengan taubat yang sebenar-benarnya
  8. Orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu.
  9. Apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.
  10. Orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta,seraya mereka berdoa: رَبَّنَا هَبۡ لَنَا مِنۡ أَزۡوَٰجِنَا وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ أَعۡيُنٖ وَٱجۡعَلۡنَا لِلۡمُتَّقِينَ إِمَامًا "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa

Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya, mereka kekal di dalamnya. Surga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman.

Penutup

Al-Qur’an menyebut kata Al-Furqan sebanyak 6 (enam) kali dengan memiliki banyak arti. Di samping menjadi nama lain dari Al-Qur’an, Al-Furqan juga nama bagi kitab-kitab sebelum Al-Qur’an. Sebab, semua kitab yang berasal dari sumber yang sama memiliki satu kesatuan bahwa kitab-kitab tersebut berfungsi sebagai pembeda antara yang hak dan yang bathil. Oleh karenanya, jika Kebenaran itu datang, maka musnahlah kebatilan itu.

Tarumajaya, Rabu: 08 Mei 2019 M. / 03 Ramadhan 1440

[1]  Qâsim ‘Âsyûr, Jawâhir Qur’âniyyah: 1000 Suâl Wa Jawâb Fî Al-Qur’ân Al-Karîm, Beirût: Dâr Ibn Hazm, 1422 H / 2001 M, cet. Ke-1, h. 26

[2]  Muhammad Fu’âd ‘Abd Al-Bâqî, Al-Mu’jam Al-Mufahras li Alfâzh Al-Qur’ân, (Al-Qâhirah: Dâr Al-Kutub), cet. Ke-1, h. 207.

Dibaca: 2.859 Kali