Alat musik gambang yang ada di musik gambang kromong dimainkan dengan cara

Gambang adalah alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara dipukul. Terbuat dari bambu, Gambang terdiri dari 18 bilah bambu. Jika membandingkannya dengan alat musik modern, Gambang sangat mirip dengan Xylophone. 

Mulai dari bentuk dan cara memainkannya. Alat musik Gambang merupakan salah satu alat musik utama dalam kesenian Gambang Kromong. Kesenian gambang Kromong sendiri merupakan orkes yang sangat unik. Karena alat musiknya merupakan paduan dari beberapa budaya.

Ada alat musik dari Jawa, yaitu gamelan. Lalu dipadukan dengan berbagai alat musik yang asli berasal dari Tionghoa, seperti kongahyan, sukong, dan tehyan. Selain yang terbuat dari bambu, ada pula Gambang jenis lainnya, yaitu gambang Kayu dan Gambang Gangsa.

Baca juga: Macam-macam Alat Musik Rebana, Sudah Tahu Belum?

Alat musik gambang yang ada di musik gambang kromong dimainkan dengan cara
Image Source: britishmuseum.org

Gambang kayu pada umumnya terbuat dari kayu jati. Batang-batang itu kemudian dipasang di dalam kotak kayu. Sebuah gambang biasanya memiliki 17 sampai 21 kunci. Bilah-bilah kayu ini bisa dapat dengan mudah dilepas dan disimpan. Gambang merupakan salah satu bagian dari gamelan. Gamelan yang yang lengkap biasanya terdiri dari 2 jenis Gambang, yaitu Gambang Slendro dan Gambang Pelog. 

Karena merupakan alat musik perkusi atau alat musik pukul, Gambang tentunya dilengkapi dengan pemukul. Bentuk pemukulnya tipis dan panjang, biasanya terbuat dari tanduk kerbau. Gambang Kayu dan Gambang yang terbuat dari bambu tidak memerlukan alat peredam. Berbeda dengan alat gamelan lainnya yang terbuat dari logam, Gambang Kayu tidak menimbulkan suara berdering saat dipukul. 

Gambang biasanya digunakan untuk mengiringi wayang Jawa. Alunan suaranya akan mengiringi lantunan suara dalang. Gamelan Bali juga menggunakan Gambang Kayu. Alat musik ini dimainkan dengan kecepatan yang tinggi, sehingga cukup menonjol di antara alat musik gamelan lainnya. 

2. Gambang Gangsa

Alat musik gambang yang ada di musik gambang kromong dimainkan dengan cara
Image Source: MIMO Musical Instrument Museums Online

Satu jenis Gambang lainnya adalah Gambang Gangsa yang konstruksinya serupa dengan jenis Gambang yang lain. Pada umumnya, Gambang Gangsa memiliki kunci yang lebih sedikit. Kalau Gambang kayu dan bambu punya 17 sampai 21 kunci, Gambang Gangsa biasanya punya 15 kunci. Inilah yang membuat ukuran Gambang Gangsa sedikit lebih kecil dibandingkan alat musik Gambang lainnya. 

Ada yang berpendapat bahwa gambang Gangsa merupakan cikal bakal alat musik Saron. Tetapi dari salah satu relief di Candi Borobudur yang berasal dari abad ke-9 membuktikan bahwa kedua instrumen ini berasal dari waktu yang sama. Bahkan kemungkinan Saron dibuat lebih dulu. 

Di awal abad ke-19, Gambang Gangsa digunakan dalam Gamelan Jawa lengkap sebagai salah satu alat musik yang mengelaborasi. Informasi ini didapatkan dari berbagai tulisan mengenai Gamelan Jawa. Kemudian di tahun 1890-an, Gambang Gangsa berfungsi sebagai pengganti Saron. 

Penggunaan Gambang Gangsa hanya digunakan pada nada-nada tertentu saja, sehingga tidak terlalu sering digunakan dalam keseluruhan penampilan Gamelan Jawa lengkap. 

3. Gambang Kromong dan Pelestariannya

Alat musik gambang yang ada di musik gambang kromong dimainkan dengan cara
Gambang Kromong merupakan seni musik yang sangat terkenal di Betawi. Salah satu alasannya karena lagu yang dibawakan biasanya bertema humor sehingga membuat pendengarnya gembira. Bahkan tak sedikit lagu yang merupakan sindiran atau ejekan. 

Penyanyi gambang Kromong biasanya laki-laki dan perempuan yang akan bernyanyi secara bergantian. Dulunya Gambang Kromong dibawakan oleh masyarakat Betawi yang merupakan keturunan Tionghoa. Tapi dalam perkembangannya, siapa saja bisa mempelajarinya, tidak harus yang memiliki darah Tionghoa saja. 

Baca juga:  5 Alat Musik Tradisional yang Hampir Punah

Mari sama-sama melestarikan alat musik Gambang dan dapatkan alat musik lainnya di Blibli. Di sini kamu juga akan dimanjakan dengan promo spesial setiap harinya, lho.

Dapatkan Berbagai Alat Musik Menarik dan Terlengkap di Sini!

Gambang adalah alat musik tradisional yang terdiri dari 18 bilah bambu [1] yang dimainkan dengan cara dipukul. Alat musik ini digunakan dalam kesenian gambang kromong Betawi.

  1. ^ Gambang Kromong Teluk Naga Diarsipkan 2011-02-21 di Wayback Machine., Kompas.com, diakses tanggal 18 Januari 2010.

  • Kolintang
  • Silofon
 

Artikel bertopik lagu, musik, atau alat musik ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gambang&oldid=18620618"

Gambang kromong (atau ditulis gambang keromong) adalah sejenis orkes yang memadukan gamelan dengan alat-alat musik Tionghoa, seperti sukong, tehyan, dan kongahyan.[1] Sebutan gambang kromong diambil dari nama dua buah alat perkusi, yaitu gambang dan kromong. Awal mula terbentuknya orkes gambang kromong tidak lepas dari seorang pemimpin komunitas Tionghoa yang diangkat Belanda (kapitan Cina) bernama Nie Hoe Kong (masa jabatan 1736-1740).[2]

Alat musik gambang yang ada di musik gambang kromong dimainkan dengan cara

Suling merupakan salah satu instrumen yang terdapat di dalam orkes musik gambang kromong.

Bilahan gambang yang berjumlah 18 buah, biasa terbuat dari kayu suangking, huru batu, manggarawan atau kayu jenis lain yang empuk bunyinya bila dipukul. Kromong biasanya dibuat dari perunggu atau besi, berjumlah 10 buah (sepuluh pencon). Tangga nada yang digunakan dalam gambang kromong adalah tangga nada pentatonik Cina,[1] yang sering disebut salendro Cina atau salendro mandalungan. Instrumen pada gambang kromong terdiri atas gambang, kromong, gong, gendang, suling, kecrek, dan sukong, tehyan, atau kongahyan sebagai pembawa melodi.

Orkes gambang kromong merupakan perpaduan yang serasi antara unsur-unsur pribumi dengan unsur Tionghoa. Secara fisik unsur Tionghoa tampak pada alat-alat musik gesek yaitu sukong, tehyan, dan kongahyan. Perpaduan kedua unsur kebudayaan tersebut tampak pula pada perbendaharaan lagu-lagunya. Gambang Kromong memiliki tiga tingkatan lagu, 1. Lagu Phobin yang hanya instrumental, 2. Lagu Dalem (klasik), 3. Lagu Sayur (pop).

lagu-lagu Phobin berjudul: Phobin: Kong Dji Liok, Poa Si Lie Tan, Matodjin, Si Djin Kwi Hwee Ke, Lui Kong, Tjoe Te Pan, Tjhia Pe Pan, It Tie Kim, Tjay Peng Wan, Lo Fuk Tjen, Pek Bouw Tan, Tjay Tjoe Sioe (oentoek menghormat orang shedjit), Kim Hoa Tjoen, Lioe Tiauw Kim, Sie Say Hwee Ke, Ban Kim Hoa, Pat Sian Kwe Hay, Pe Pan Tauw, Lian Hoat Te, Tjay Tjoe Teng, Say Ho Liu, Hong Tian, Tjoan Na, Kie Seng Tjo, Tjiang Koen Leng, Tio Kong In, Sam Pauw Hoa, Pek Houw Tian, Kim Soen Siang, Phay In (hormaketken kebesaran). Oentoek dimaenken oleh wajang Sin Pe lagoenja jaitu: Tauw Tiat, Dji Tiat, Sam Tiat – Tauw To, Dji To, Sam To, Si To, Gouw To, Lak To, Tjit To dan Pe To dan sebagainya. lagu-lagu Dalem (Klasik) berjudul: Cente Manis Berdiri, Cente Manis Madu, Cente Manis Delima Merah, Petjah Piring, Mas Nona, Gula Ganting, Semar Gunem, Gunung Payung, Burung Nori, Tandjoeng Burung, Kula Nun Sala, Nori Kotjok, Tarik/Seret Balok, Mawar Tumpah, Dendang Serani, Perak-Perak, dan sebagainya. lagu-lagu Sayur (Pop) berjudul: Jali-Jali (jalan kaki, bunga siantan, ujung menteng, pasar malem, pasar ikan, cengkareng, kacang buncis, kali jodo, gudang balok), Stambul (rusak, dua, seriwangi, jampang, bila, jengki, bujuk, langkuan, bunga mawar), Cente Manis (bilah, rusak, makan), Surilang, Persi (jalan, rusak, selamat datang), Balo-balo, Akang Haji, Renggong Buyut, Renggong Manis, Jepret Payung, Kramat Karem, Onde-onde, Sawo Mateng, Kroncong Walet, Kroncong Kemayoran, Cenderawasih, Abang Mampir, Kopi Susu, Glatik Nguknguk, Lenggang Kangkung, Sirih Kuning, Sirem Kembang, Kudehel, Kicir-Kicir dan sebagainya,

Lagu-lagu yang dibawakan pada musik gambang kromong adalah lagu-lagu yang isinya bersifat humor, penuh gembira, dan kadang kala bersifat ejekan atau sindiran.[1] Pembawaan lagunya dinyanyikan secara bergilir antara laki-laki dan perempuan sebagai lawannya.[1]

Gambang kromong merupakan musik Betawi yang paling merata penyebarannya di wilayah budaya Betawi, baik di wilayah DKI Jakarta sendiri maupun di daerah sekitarnya (Jabotabek). Jika terdapat lebih banyak penduduk peranakan Tionghoa dalam masyarakat Betawi setempat, terdapat lebih banyak pula grup-grup orkes gambang kromong. Di Jakarta Utara dan Jakarta Barat, misalnya, terdapat lebih banyak jumlah grup gambang kromong dibandingkan dengan di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.[3]

Dewasa ini juga terdapat istilah "gambang kromong kombinasi".[4] Gambang kromong kombinasi adalah orkes gambang kromong yang alat-alatnya ditambah atau dikombinasikan dengan alat-alat musik Barat modern seperti gitar melodis, bas, gitar, organ, saksofon, drum dan sebagainya, yang mengakibatkan terjadinya perubahan dari laras pentatonik menjadi diatonik tanpa terasa mengganggu.[5] Hal tersebut tidak mengurangi kekhasan suara gambang kromong sendiri, dan lagu-lagu yang dimainkan berlangsung secara wajar dan tidak dipaksakan.[5]

Pang Tjin Nio adalah Maestro lagu klasik Gambang Kromong yang pernah menjadi primadona pada tahun 1960-an ini dilahirkan di Banten, 1925. Berasal dari keluarga peranakan Cina. Ibunya orang Indonesia asli berasal dari Mauk, sebuah daerah pinggir pantai utara Tangerang, provinsi Banten, sedangkan ayahnya orang Tionghoa. Memiliki nama asli Pang Tjin Nio, sedangkan nama Masnah sendiri merupakan panggilan dari orang. Nama tersebut dilengkapi dengan “encim” didepannya, yang merupakan panggilan umum perempuan peranakan Tionghoa.

Dilahirkan sebagai anak tunggal. Ibunya seorang penyanyi gambang kromong. Masnah yang tak sempat kenal ayahnya kemudian dinikahkan oleh ibunya dalam usia yang masih sangat muda. Pada usia 14 tahun, ia sudah menikah enam kali. Suaminya yang keenam, Kim Siu, juga tak berumur panjang. Ia semakin terpukul ketika ibunya dan anak satu-satunya meninggal dunia.

Awal mula bersentuhan dengan gambang kromong adalah ketika ia diajak temannya menonton gambang kromong. Salah seorang pemusik, Oen Oen Hok, yang kemudian menjadi suaminya yang ketujuh, mengajaknya ikut manggung. Berbekal bakat menyanyi yang menurun dari ibunya, dalam tempo singkat ia langsung berhasil menghafal semua lagu-lagu klasik Betawi. Kemampuan menyanyinya juga diasah oleh seniman gambang kromong tenar pada masa itu, Tek Kho. Sejak saat itu ia menjadi penyanyi gambang kromong yang beredar dari satu panggung ke panggung yang lain bersama Gambang Kromong Irama Masa pimpinan suaminya Oen Oen Hok.

Di tahun 1960-an nyaris tak ada waktu istirahat baginya. Beruntung pada masa itu penyanyi gambang kromong tak banyak, sehingga namanya dengan mudah cepat di kenal sebagai penyanyi gambang kromong terpopuler di seantero Jakarta dan Banten. Kesuksesannya tersebut sampai bisa membuatnya membeli sebuah rumah. Namun sayang, kariernya sempat terhenti pada tahun 1980-an lantaran ada larangan dari pemerintahan orde baru, dan baru di perbolehkan tampil kembali pada tahun 1990-a

Pang Tjin Nio adalah segelintir seniman Gambang Kromong yang masih hapal lagu lagu dalem (klasik) tapi kini tinggal kenangan tanpa ada yang mewarisinya.

Pimpinan Gambang Kromong Klasik
Oen Oen Hok (pimpinan Gambang Kromong Irama Masa)
Tek Kho (pimpinan Gambang Kromong Irama Persatuan)
Tjiam Un Kim (pimpinan Gambang Kromong Ngo Hong Law)
Lauw Tjong Hin (pimpinan Gambang Kromong Sinar Gembira)
Souw Ong Kian (pimpinan Gambang Kromong Rindu Malam & Gambang Kromong Sinar Gemilang)
Tjang Guan (pimpinan Gambang Kromong Siapa Nyana)
Nio Hok San (pimpinan Gambang Kromong Setia Kawan)
Lim Pei Tjis (pimpinan Gambang Kromong Cahaya Mustika)
H. Jampang/Hj. Tunah (pimpinan Gambang Kromong/Lenong Pekayon)
Lim In Djin/Go Jin (pimpinan Gambang Kromong Selendang Sutra Emas & Gambang Kromong Irama Ria)
Ang Djok San (pimpinan Gambang Kromong Naga Jaya)
Teng Sui Tiang (pimpinan Gambang Kromong Shinta Nara)
Jami'an (pimpinan Gambang Kromong Irama Jaya)
Phang Tong Wie (pimpinan Gambang Kromong Sinar Kramat)
Boe Tiang Hay (pimpinan Gambang Kromong Naga Mas)
Lim Tian Po/Limihardja (pimpinan Gambang Kromong Irama Tenang)
Encong (pimpinan Gambang Kromong Selendang Mas)
H. Ukar Sukardi (pimpinan Gambang Kromong Sinar Baru)
Tan Buang (pimpinan Gambang Kromong Warna Sari & Gambang Kromong Kucica Mas)
Teng An/Suryahanda (pimpinan Gambang Kromong Naga Mustika)
Lim Kim Giok (pimpinan Gambang Kromong Selendang Kuning Emas)
Asmat Sofia (pimpinan Gambang Kromong Mustika Sari)
Kwi Hap (pimpinan Gambang Kromong Suara Kenangan)
Penyanyi Gambang Kromong Klasik
Pang Tjin Nio
H. Jabar
Goan Liang
Banjar
Ating
Irah
Mama Ong
Tan Win Nio
Kwee Talen
Bulet
Minah
Wempy
Yayang/Yanto
Arbain/Bain
Sanih
Yuli
Sony
Lim In Kun/Edi
Hj. Toty
E'neng
Pipin
Bening
Mulyani
Mumun
Maryati
Manol
Landa
Hamidah
Titin
Dompet
Muasim

  1. ^ a b c d Napsirudin dkk. Pelajaran Pendidikan Seni. 2003. Jakarta. Penerbit: Yudhistira
  2. ^ Situs Fauzi Bowo (diakses pada tanggal 25 Desember 2009)[pranala nonaktif permanen]
  3. ^ Situs Strada (diakses pada tanggal 25 Desember 2009)[pranala nonaktif permanen]
  4. ^ "Situs Pemerintah Kota Jakarta (diakses pada tanggal 25 Desember 2009)". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-05-09. Diakses tanggal 2009-12-24. 
  5. ^ a b Situs Pariwisata Jakarta (diakses pada tanggal 25 Desember 2009)

  • Anak Naga Beranak Naga, film dokumenter
  • (Indonesia) Gambang Kromong Diarsipkan 2009-05-16 di Wayback Machine.
  • (Indonesia) Alat-alat gambang kromong serta beberapa syair lagu gambang kromong Diarsipkan 2007-02-19 di Wayback Machine.
  • (Indonesia) Gambang Kromong dan Tradisi Cina Benteng

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gambang_keromong&oldid=21364210"