Show Surat Al Isra’ ayat 26-27 adalah ayat yang memerintahkan membantu sesama dan larangan mubazir (boros). Berikut ini arti, tafsir dan kandungan maknanya. Sebagaimana mayoritas Surat Al Isra’, ayat 26-27 ini juga tergolong ayat makkiyah. Yakni turun sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah. Al Isra’ (الإسراء) yang menjadi nama surat ini diambil dari ayat pertama. Al Isra’ artinya perjalanan di waktu malam. Surat Al Isra’ Ayat 26-27 Beserta ArtinyaBerikut ini Surat Al Isra’ Ayat 26-27 dalam tulisan Arab, tulisan latin dan artinya dalam bahasa Indonesia: وَآَتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا . إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا (Wa ‘ibaadurrohmaanil ladzii yamsyuuna ‘alal ardhi haunaa. Wa idzaa khoothobahumul jaahiluuna qooluu salaamaa) Artinya: Baca juga: Ayat Kursi Tafsir Surat Al Isra Ayat 26-27Tafsir Surat Al Isra’ Ayat 26-27 ini kami sarikan dari Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Fi Zhilalil Quran, Tafsir Al Azhar, dan Tafsir Al Munir. Harapannya, agar bisa terhimpun banyak faedah yang kaya khazanah tetapi tetap ringkas. Kami memaparkannya menjadi beberapa poin dimulai dari redaksi ayat dan artinya. Kemudian tafsirnya yang merupakan intisari dari tafsir-tafsir di atas. 1. Perintah Membantu SesamaPoin pertama Surat Al Isra’ ayat 26 berisi perintah untuk membantu sesama. وَآَتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan Sebelumnya, mulai Surat Al Isra’ ayat 23, Allah telah berbicara tentang orang tua dan perintah berbakti kepada keduanya. Kini Allah melanjutkan dengan perintah membantu keluarga dekat, orang-orang miskin, dan sesama manusia. Demikianlah Allah mengajarkan agar kebaikan itu meluas dari keluarga kecil melebar meliputi seluruh ikatan kemanusiaan. Ayat ini menjelaskan bahwa seorang muslim memiliki kewajiban memberikan nafkah kepada keluarga dekatnya. Juga membantu sesama, terutama orang-orang miskin dan mereka yang sedang kesusahan. Termasuk ibnu sabil, orang yang sedang dalam perjalanan. Untuk keluarga dekat, kewajiban itu berupa nafkah. Yakni nafkah berdasarkan kekerabatan. Sedangkan untuk orang lain, kewajiban itu berupa zakat. Ada pun yang sunnah, semuanya bisa berupa infak atau sedekah. 2. Larangan BorosPoin kedua Surat Al Isra’ ayat 26 berisi larangan boros (mubazir). وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Setelah memerintahkan memberikan nafkah, Allah melarang boros dalam membelanjakan harta. Yang Allah perintahkan adalah sikap pertengahan, yakni tidak boros dan tidak pula kikir. Sebagaimana firman-Nya: وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. (QS. Al Furqan: 67) Ibnu Mas’ud mengatakan bahwa istilah tabzir (تبذر) berarti membelanjakan harta bukan pada jalan yang benar. Sedangkan Qatadah mengatakan, tabzir adalah membelanjakan harta di jalan maksiat kepada Allah, jalan yang tidak benar, serta untuk kerusakan. “Seandainya seseorang menginfakkan seluruh hartanya untuk kebenaran, maka dia bukanlah orang yang berbuat mubazir,” kata Imam Mujahid. “Tetapi sekiranya dia menginfakkan satu mud saja untuk ketidakbenaran, maka dia telah berbuat mubazir.” 3. Orang Boros Saudara SetanSurat Al Isra’ ayat 27 menyatakan orang yang boros adalah temannya setan. إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan “Yakni saudara setan dalam pemborosan, melakukan tindakan bodoh, dan tidak taat kepada Allah serta berbuat maksiat kepada-Nya,” kata Ibnu Katsir dalam tafsirnya. Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur’an menjelaskan, ukuran penilaian mubazir atau tidak bukanlah pada sedikit banyaknya pengeluaran, tetapi pada objeknya. “Atas dasar inilah orang-orang yang berbuat mubazir digolongkan sebagai saudara-saudara setan. Sebab mereka berinfak untuk kebatilan dan kemaksiatan, karenanya mereka adalah teman-teman setan,” tulis Sayyid Qutb. Dalam Tafsir Al Munir, Syaikh Wahbah Az Zuhaili menegaskan haramnya pemborosan berdasarkan ayat ini. “Allah mengharamkan pemborosan, sebagaimana perkataan Imam Syafi’i bahwa pemborosan adalah mengeluarkan harta tidak pada tempatnya dan bukanlah pemborosan jika membelanjakannya untuk kebaikan,” kata Syaikh Wahbah Az Zuhaili. Baca juga: Surat Al Furqan Ayat 63 4. Sifat SetanAkhir Surat Al Isra’ ayat 27 menyebut sifat setan. وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. “Karena setan ingkar kepada nikmat yang telah Allah berikan kepadanya dan tidak mau mengerjakan amal ketaatan kepada-Nya, bahkan membalas-Nya dengan perbuatan durhaka dan melanggar perintah,” terang Ibnu Katsir. Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar mengemukakan penjelasan menarik. Teman dan saudara itu memiliki pengaruh besar pada orang yang ditemaninya. Orang yang menjadi teman/saudara setan, ia juga akan terpengaruh dengan sifat-sifat setan. Di antaranya adalah keingkaran yang sangat ini. Na’udzubillah. Baca juga: Isi Kandungan Surat Al Isra’ Ayat 26-27 Kandungan Surat Al Isra’ Ayat 26-27Berikut ini adalah isi kandungan Surat Al Furqan Ayat 26-27:
Demikian Surat Al Isra’ ayat 26-27 mulai dari tulisan Arab dan latin, terjemah dalam bahasa Indonesia, tafsir dan isi kandungan maknanya. Semoga bermanfaat, memotivasi untuk suka berinfak dan menjauhi sifat boros (mubazir). Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]
TRIBUNNEWS.COM - Berikut bacaan surat Al Isra ayat ke-27 hingga 30. Dilengkapi juga isi kandungan surat Al Isra Ayat ke-27 hingga 30. Iklan – Artikel dilanjutkan di bawah Surat Al Isra adalah surah ke-17 dalam Al Quran. Surat ini terdiri dari 111 ayat dan tergolong dalam surat Makkiyah. xxx Iklan – Artikel dilanjutkan di bawah Al-Isra yang berarti "memperjalankan di malam hari". QS. Al-Isra Ayat 27 اِنَّ الۡمُبَذِّرِيۡنَ كَانُوۡۤا اِخۡوَانَ الشَّيٰطِيۡنِ ؕ وَكَانَ الشَّيۡطٰنُ لِرَبِّهٖ كَفُوۡرًا Iklan – Artikel dilanjutkan di bawah Innal mubazziriina kaanuu ikhwaanash shayaatiini wa kaanash shaytaanu li Rabbihii kafuuraa 27. Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya. QS. Al-Isra Ayat 28 وَاِمَّا تُعۡرِضَنَّ عَنۡهُمُ ابۡتِغَآءَ رَحۡمَةٍ مِّنۡ رَّبِّكَ تَرۡجُوۡهَا فَقُلْ لَّهُمۡ قَوۡلًا مَّيۡسُوۡرًا Wa immaa turidanna 'anhumub tighaaa'a rahmatim mir rabbika tarjuuhaa faqul lahum qawlam maisuuraa 28. Dan jika engkau berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang engkau harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang lemah lembut. QS. Al-Isra Ayat 29 وَلَا تَجۡعَلۡ يَدَكَ مَغۡلُوۡلَةً اِلٰى عُنُقِكَ وَلَا تَبۡسُطۡهَا كُلَّ الۡبَسۡطِ فَتَقۡعُدَ مَلُوۡمًا مَّحۡسُوۡرًا Wa laa taj'al yadaka maghluulatan il 'unuqika wa laa tabsut haa kullal basti fataq'uda maluumam mahsuuraa 29. Dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan jangan (pula) engkau terlalu mengulurkannya (sangat pemurah) nanti kamu menjadi tercela dan menyesal. QS. Al-Isra Ayat 30 اِنَّ رَبَّكَ يَبۡسُطُ الرِّزۡقَ لِمَنۡ يَّشَآءُ وَيَقۡدِرُؕ اِنَّهٗ كَانَ بِعِبَادِهٖ خَبِيۡرًۢا بَصِيۡرًا Inna Rabbaka yabsuturrizqa limai yashaaa'u wa yaqdir; innahuu kaana bi'ibaadihii Khabiiram Basiira 30. Sungguh, Tuhanmu melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki); sungguh, Dia Maha Mengetahui, Maha Melihat hamba-hamba-Nya. Tafsir surat Al Isra Ayat ke-27 hingga 30 Isi kandungan surat Al Isra Ayat ke-27 hingga 30 dapat dilihat dari tafsir yang dirilis quran.kemenag.go.id berikut ini. Ayat ke-27 Allah mencela perbuatan membelanjakan harta secara boros, dengan menyatakan, "Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan, mereka berbuat boros dalam membelanjakan harta karena dorongan setan, oleh karena itu, perilaku boros termasuk sifat setan, dan setan itu adalah sangat ingkar kepada nikmat dan anugerah Tuhannya. Ayat ke-28 Kemudian kepada orang yang karena suatu keadaan tidak dapat memberi bantuan kepada orang yang memerlukan, ayat ini memberi tuntunan; dan jika engkau benar-benar berpaling dari mereka, tidak dapat memberikan bantuan kepada keluarga dekat, orang miskin atau orang yang sedang dalam perjalanan, bukan karena engkau enggan membantu tetapi karena keadaanmu pada waktu itu tidak memungkinkan memberi bantuan kepada mereka, dalam arti materi atau sebab-sebab lainnya, maka engkau berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang engkau harapkan, sehingga suatu waktu engkau dapat membantu mereka jika keadaanmu memungkinkan. Dalam keadaan ini, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas, baik, dan memberi harapan, bukan penolakan dengan kata-kata yang kasar. Ayat ke-29 Dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenngu pada lehermu, yakni janganlah enggan mengulurkan tanganmu memberikan bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan bantuan, dan jangan pula engkau terlalu mengulurkannya, yakni janganlah kamu boros dalam membelanjakan harta, karena itu kamu menjadi tercela karena kekikiranmu, dan menyesal karena keborosanmu dalam membelanjakan harta. Ayat ke-30 Sebab utama sifat kikir manusia adalah karena takut terjerumus ke dalam kemiskinan. Ayat ini mengingatkan bahwa sungguh, Tuhanmu melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki untuk dilapangkan rezekinya dan menyempitkannya kepada siapa yang Dia kehendaki untuk disempitkan rezekinya; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala sesuatu, Maha melihat akan hamba-hambanya. Dia memberikan kepada hamba-Nya segala sesuatu yang menjadi kebutuhan dan kemaslahatannya apabila ia menjalani sebab-sebab untuk mendapatkannya. (Tribunnews.com/Fajar) >Surat Al Quran lainnya |