Analisislah kriteria keterbacaan dongeng yang disiapkan bu ayu dan perkembangan

  • , active

Parenting

Tim HaiBunda   |   Haibunda

Jumat, 15 Jan 2021 18:31 WIB

Jakarta -

Cerita Fabel adalah cerita tentang binatang yang berlaku seolah seperti manusia. Salah satu cerita fabel yang sangat populer ialah cerita kancil dan buaya. Kancil dalam dunia kisah fabel terkenal sebagai hewan yang cerdik dan lincah, sering kali hewan lainnya atau manusia di kisah tersebut tertipu dan terperdaya olehnya.

Kisah Kancil dan Buaya

Dikisahkan pada suatu hari yang terik kancil merasa haus dan kelaparan, tubuhnya terasa lemah setelah seharian tak menemukan makanan, hingga ia tiba di suatu sungai yang airnya cukup dalam dan cukup deras arusnya. Di seberang sungai tersebut ia melihat ada tanaman mentimun sedang berbuah, makanan kesukaannya. Ia pun sangat gembira dan berniat segera menyeberangi sungai dan makan mentimun segar di seberang sungai.


Namun tiba-tiba datang seekor buaya, yang menghadang dan berniat memakannya. Kancil pun mundur ketakutan, tapi rasa laparnya makin menyiksanya. Sehingga ia pun berpikir keras.

Lalu ia punya ide. Ia berkata kepada buaya yang hendak menyantapnya. Ia bertanya kepada buaya tersebut apakah ia sangat lapar sehingga akan memangsa dirinya. Si buaya menjawab bahwa sebenarnya ia tidak terlalu lapar karena habis memangsa ular yang cukup besar, namun kancil baginya adalah camilan.

Lalu kancil punya ide cemerlang, ia mengatakan kepada buaya bahwa pada saat ini dirinya sedang dalam kondisi lapar. Sehingga tubuhnya kurus kering, jika ia bisa memakan mentimun di seberang sungai maka badannya akan membesar dan makin gemuk sehingga bahkan bisa dimakan beramai-ramai oleh si buaya dan teman-temannya.

Lalu ia meminta si buaya untuk memanggil teman-temannya dan berbaris di sepanjang sungai agar bisa ia hitung jumlahnya. Si buaya pun lalu memanggil teman-temannya dan mereka pun berbaris rapi di sepanjang sungai yang terbentang hingga ke bagian seberang tempat lahan mentimun itu ada. Kancil pun lantas menginjak barisan buaya itu, satu per satu sambil menghitungnya.

Setelah sampai pada buaya yang ada di barisan terakhir maka ia pun melompat dan sampai di seberang sungai. Lalu ia berkata agar para buaya tenang menunggu di sungai sambil berendam menyejukkan diri di dinginnya air sungai pada saat hari siang yang terik tersebut. Sementara ia akan menyantap mentimun segar yang ada terlebih dulu agar badannya bisa segera membesar. Sang kancil pun lalu memakan mentimun tersebut dengan tenang dan lahapnya tanpa khawatir akan dikejar buaya hingga sampai ke daratan.

Analisislah kriteria keterbacaan dongeng yang disiapkan bu ayu dan perkembangan
ilustrasi dongeng/ Foto: iStock

Setelah ia merasa kenyang, lalu ia berkata kepada para buaya yang menantinya. Ia berkata bahwa sepertinya masih memerlukan waktu yang lebih lama agar tubuhnya bisa besar dan cukup bagi semua buaya tanpa harus berebut. Jadi ia pun berpamitan kepada para buaya tersebut dengan alasan ia mau mencari makanan lainnya dulu supaya badannya bisa menjadi makin besar. Lalu ia pun segera berlari dengan cepat meninggalkan sungai dan para buaya tersebut.

Pelajaran Kisah Kancil dan Buaya

Pelajaran yang dapat dipetik dari kisah ini ialah kekuatan badan akan kalah dengan kecerdasan otak. Namun tentunya hal ini harus dimanfaatkan untuk suatu tujuan yang baik ya, Bun. Dalam kisah ini kancil mampu menyelamatkan dirinya dari mangsa buaya dan sekaligus mampu mengubah ancaman dan halangan justru menjadi peluang dan sarana guna mencapai maksud dan tujuannya. Oleh karenanya penting sekali memiliki kecerdasan berpikir, agar bisa survive dan sukses dalam hidup. (PK)

Simak juga video dari cerita Bunda Susy Susanti berikut yang terpaksa memanggil pulang ketiga anaknya dari luar negeri karena pandemi COVID-19:

Analisislah kriteria keterbacaan dongeng yang disiapkan bu ayu dan perkembangan
Foto: HaiBunda/ Mia Kurnia Sari

(ziz/ziz)

ANALISIS KESESUAIAN TINGKAT KETERBACAAN PADA CERITA RAKYAT “ASAL MUASAL SITU SANGHYANG DAN SI BUNCIREUNG” SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR DI SMA KELAS X SEMESTER 1

Fiqhi Dzulfikar Rabbani, Rizky Maudy Effendi, Ai Sri Mulyani



Abstrak

Teks cerita rakyat yang disajikan untuk peserta didik khususnya dalam buku paket Bahasa Indonesia SMA/ Sederajat kelas X masih tidak sesuai dengan tingkat keterbacaan yang semestinya.  Teks cerita rakyat tersebut seharusnya dianalisis dahulu sebelum diberikan kepada peserta didik. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk: 1) Mengetahui kesesuaian tingkat keterbacaan pada cerita rakyat, “Asal Muasal Situ Sanghyang dan Si Buncireung”. 2) Memberikan alternatif bahan ajar cerita rakyat, “Asal Muasal Situ Sanghyang dan Si Buncireung” yang sesuai dengan tingkat keterbacaan. Metode penelitian yang peneliti gunakan adalah metode studi pustaka dengan menggunakan grafik Fry dan Raygor sebagai media perhitungan. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Dari hasil penelitian ini yaitu: 1) Keterbacaan teksnya dengan menggunakan grafik fry yaitu rata-rata jumlah kalimat per 100 kata adalah 5,7 dan rata-rata jumlah suku kata per 100 kata adalah 152. Sedangkan dalam grafik raygor teks cerita rakyat tersebut memiliki kata sukar sebanyak 32 per 100 kata dan jumlah kalimatnya yaitu 5,7. 2) Teks cerita rakyat Asal Muasal Situ Sanghyang dan Si Buncireung” sangat cocok untuk diberikan kepada siswa kelas X.

Kata Kunci: Cerita Rakyat, Analisis Keterbacaan, Alternatif Bahan Ajar

Abstract

Texts of folklore presented to students, especially in Bahasa Indonesia SMA/ Sederajat kelas X, are still not in accordance with the level of readability that is appropriate.  The folklore text should be analyzed before giving it to students.  The purpose of this study is to: 1) Know the suitability of the level of readability in folklore "The Origin of Situ Sanghyang and Si Buncireung".  2) Provide alternative folklore teaching materials "The Origin of Situ Sanghyang and Si Buncireung" which are in accordance with the level of readability.  The research method that the researcher uses is a literature study method using Fry and Raygor graphics as a calculation medium.  Data collection techniques used are observation, interview and documentation techniques.  From the results of this study, namely: 1) The readability of the text by using fry graphs is the average number of sentences per 100 words is 5.7 and the average number of syllables per 100 words is 15. Whereas in raygor graphics the folklore text has the word difficult as much as 32 per 100 words and the number of sentences is 5.7.  2) The folklore text of the Origin of Situ Sanghyang and Si Buncireung "is very suitable to be given to class X students.

Keywords: Folklore, Readability Analysis, Alternative Teaching Materials



Abidin, Yunus. 2010. Strategi Membaca. Bandung: Rizqi Press.

Arif, Syamsul dkk. 2016. “Keterbacaan Buku Teks Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 Kelas VII Dengan Grafik Raygor”. Jurnal Bahasa Unimed 27. (4). 315-328. Tersedia: https://jurnal.unimed.ac.id. [22 September 2017].

Casim. 2018. Kajian Struktur dan Nilai Edukatif dalam Cerita Rakyat di Kabupaten Tasikmalaya serta Relevansinya terhadap Pembelajaran Sastra di SMP Kelas VII Semester 2. Tesis: Pascasarjana UMP. [Online]. Tersedia: http://repository.ump.ac.id/8486/.

Fadilah, Rohana dan Mintowati, Maria. 2015. “Buku Teks Bahasa Indonesia SMP dan SMA Kurikulum 2013 Terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2014”. Jurnal Pena Indonesia 1. (1). 26-49. Tersedia: https://www.researchgate.net. [22 Maret 2019].

Fatin, Idhoofiyatul. 2017. “Keterbacan Buku Teks Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum Edisi Revisi 2016 dengan Formula Fry”. Belajar Bahasa 2. (1). 21-33. Tersedia: https://jurnal.unmuhjember.ac.id. [Februari 2017].

Gusal, La Ode . 2015. “Nilai-nilai Pendidikan Dalam Cerita Rakyat Sulawesi Tenggara Karya La Ode Sidu”. Jurnal Humanika 3. (15).

Heryadi, Dedi. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Pustaka Billah.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Tarigan, Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Percetakan Angkasa.


Jurnal ini terindeks oleh

Analisislah kriteria keterbacaan dongeng yang disiapkan bu ayu dan perkembangan
Analisislah kriteria keterbacaan dongeng yang disiapkan bu ayu dan perkembangan
Analisislah kriteria keterbacaan dongeng yang disiapkan bu ayu dan perkembangan

METABASA: Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Jl. Siliwangi No. 24 Kota Tasikmalaya - 46115

Analisislah kriteria keterbacaan dongeng yang disiapkan bu ayu dan perkembangan
  (0265) 323532
Analisislah kriteria keterbacaan dongeng yang disiapkan bu ayu dan perkembangan
  email: