Apa kelemahan bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah?

POLA BERFIKIR DALAM METODE ILMIAH SECARA SISTEMATIS DAN PRAGMATIS

PROSES BERFIKIR UNTUK KARYA TULIS ILMIAH (YUYUS SURYANA SUDARMA)

Berfikir Filsafat:Sebagai Pembentukan Kerangka Berfikir Untuk Bertindak

UPAYA,-'P-ENGEMBANGAN BAHASA-INDONESIASEBAGAI}SARANA K'OMU:NIKASI ILMIAH

SKALA AFEKTIF BERFIKIR KRITIS

KEMAHIRAN BERFIKIR SECARA KRITIS

BAHASA SEBAGAI SARANA BERPIKIR ILMIAH

Untuk melakukan kegiatan ilmiah dengan baik, diperlukan sarana berpikir. Tersedianya sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah secara cermat dan teratur. Penguasaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang bersifat imperatif bagi siapa saja yang sedang melakukan kegiatan ilmiah. Tanpa kita menguasai hal ini, maka kegiatan ilmiah yang baik tidak dapat dilakukan.

Perbedaan utama antara manusia dan binatang adalah terletak pada "kemampuan manusia untuk mengambil jalan melingkar" dalam mencapai tujuannya. Seluruh pikiran binatang dipenuhi oleh kebutuhan yang menyebabkan mereka secara langsung mencari obyek yang diinginkannya atau membuang benda yang dianggap menghalanginya.
Dengan demikian, sering kita melihat seekor monyet yang menjangkau secara sia-sia benda yang dia inginkan. Sedangkan manusia, yang paling primitif sekali pun, sudah tahu bagaimana cara menggunakan bandringan, laso, atau melempar dengan batu. Manusia sering disebut sebagai Homo Faber (makhluk yang membuat alat); dan kemampuannya "membuat alat" itu dimungkinkan oleh pengetahuan. Sedangkan berkembangnya pengetahuan tersebut membutuhkan alat-alat.

Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan "alat yang dapat membantu kegiatan ilmiah" dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Pada langkah tertentu, diperlukan sarana yang tertentu pula. Oleh sebab itulah, maka sebelum kita mengkaji sarana-sarana berpikir ilmiah ini, seyogyanga kita sudah mengetahui (menguasai) langkah-langkah dalam kegiatan ilmiah tersebut. Dengan jalan ini, maka kita akan sampai pada hakikat sarana yang sebenarnya, sebab sarana merupakan alat yang dapat membantu kita dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Atau dengan kata lain, sarana ilmiah mempunyai fungsi-fungsi yang khas dalam kaitannya dengan kegiatan ilmiah secara menyeluruh.

Sarana berpikir ilmiah ini, dalam proses pendidikan kita, merupakan bidang studi tersendiri. Artinya, kita mempelajari sarana berpikir ilmiah ini seperti kita mempelajari berbagai cabang ilmu. Dalam hal ini, kita harus memperhatikan dua hal, yakni:

  1. Pertama, sarana ilmiah "bukan merupakan ilmu", dalam pengertian bahwa sarana ilmiah itu merupakan "kumpulan pengetahuan" yang bisa kita dapatkan berdasarkan metode ilmiah. Seperti kita ketahui, bahwa salah satu karakteristik dalam ilmu, misalnya, adalah penggunaan berpikir induktif dan deduktif untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Sarana berpikir ilmiah tidak menggunakan cara ini dalam mendapatkan pengetahuannya. Secara lebih tuntas, dapat dikatakan bahwa sarana berpikir ilmiah mempunyai "metode tersendiri" dalam mendapatkan pengetahuannya, yang berbeda dengan metode ilmiah.
  2. Kedua, tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah "untuk memungkinkan kita dalam melakukan penelaahan ilmiah secara lebih baik". Sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan "untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk bisa memecahkan masalah kita sehari-hari".

Dalam hal ini, maka sarana berpikir ilmiah merupakan "alat bagi cabang-cabang pengetahuan" untuk mengembangkan materi pengetahuannya berdasarkan metode ilmiah. Atau secara lebih sederhana, sarana berpikir ilmiah ini merupakan "alat bagi metode ilmiah dalam melakukan fungsinya secara baik". Jelaslah sekarang, kiranya mengapa sarana berpikir ilmiah mempunyai metode tersendiri, yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuannya, sebab salah satu fungsi sarana ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah bukan merupakan ilmu itu sendiri. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka kita membutuhkan sarana yang berupa salah satunya adalah bahasa.

Apa Itu Bahasa?

Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berfikir ilmiah di mana bahasa merupakan alat berfikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan fikiran kepada orang lain. Animal Symbolicum Makhluk yang mempergunakan simbol, yang secara generik mempunyai cakupan yang lebih luas daripada Homo Sapien yakni makhluk yang berpikir, sebab dalam kegiatan berpikirnya manusia mempergunakan simbol

Manusia dapat berpikir dengan baik karena mempunyai bahasa. Bahasa memungkinkan manusia berpikir secara abstrak dimana objek objek yang faktual ditransformasikan menjadi simbol - simbol bahasa yang bersifat abstrak. Adanya simbol bahasa yang bersifat abstrak ini memungkinkan manusia untuk memikirkan sesuatu secara berlanjut. Demikian juga dengan bahasa memberikan kemampuan untuk berpikir secara teratur dan sistematis.

Bahasa dicirikan sebagai serangkaian bunyi manusia mempergunakan bunyi sebagai alat komunikasi yang paling utama (Komunikasi Verbal) Kedua, bahasa merupakan lambang dimana rangkaian bunyi ini membentuk suatu arti tertentu Manusia mengumpulkan lambang2 ini dan menyusun apa yang kita kenal sebagai pembendaharaan kata kata Pembedaharaan kata ini merupakan akumulasi pengalaman dan pemikiran manusia. Inilah penyebab bahasa terus berkembang masyarakat yang berkomunikasi dengan menggunakan komunikasi verbal disebut juga dengan masyarakat verbal. Adanya lambang memungkinkan manusia belajar dan berpikir lebih baik.

Bahasa digunakan untuk berkomunikasi. Ada dua jenis komunikasi yaitu komunikasi ilmiah dan komunikasi estetik. Komunikasi ilmiah harus bersifat reproduktif. Komunikasi ilmiah bertujuan untuk menyampaikan informasi yang berupa pengetahuan sehingga bahasa yang digunakan harus jauh dari unsur emotif sehingga menjadi jelas. Berbahasa dengan jelas dimaksudkan untuk mencegah kesalah pahaman dan mencegah pemberian makna lain pada apa yang diungkapkan secara tersurat. Dalam hal ini, penguasaan bahasa juga menjadi syarat penting bagi suatu komunikasi ilmiah yang benar. Berbeda dengan komunikasi estetik, komunikasi yang digunakan cenderung banyak mengandung unsur emotif untuk tujuan keindahan.

Kelemahan Bahasa Sebagai Sarana Berfikir Ilmiah

Bahasa adalah bersifat kabur,majemuk, dan emosional. Bahasa bersifat kabur maksudnya arti yang tidak jelas dan tidak eksak  yang dikandung oleh kata-kata yang membangun bahasa. Bahasa bersifat majemuk maksudnya mempnyai makna lebih dari satu atau beberapa kata yang memberikan makna yang sama. Bahasa bersifat emosional maksudnya bahasa tidak bisa lepas dari kaitan emotif dan efektif. Untuk menutupi semua kelemahan bahasa ini, dalam berpikir ilmiah dibutuhkan sarana lain seperti matematika, logika dan statistik.

DAFTAR PUSTAKA

Endraswara, Suwardi. 2012. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: CAPS

Sumarna, Cecep. 2008. Filsafat Ilmu. Bandung: Mulia Press

Suriasumantri, Jujun.S. 2003. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer.Jakarta: Pustaka Sinar       Harapan.


Sarana berfikir ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Sarana berfikir ilmiah mempunyai metode tersendiri dalam mendapatkan pengetahuannya yang berbeda dengan metode ilmiah. Untuk dapat berfikir ilmiah dengan baik, maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika, matematika dan statistika. Oleh karena itu, kemampuan berfikir ilmiah yang baik harus di dukung oleh penguasaan sarana berfikir yang baik pula.

Pengertian Berfikir Ilmiah

Berfikir merupakan kegiatan mengolah otak untuk menghasilkn sebuah pemikiran  yang tepat dan tepat. Sedangkan ilmiah adalah ilmu. Jadi berfikir ilmiah adalah suatu poses kegiatan yang telah dilakukan oleh otak untuk mencapai pemikiran yang tepat dan baik berdasarkan bukti atau fakta. Untuk menguatkan pernyataan diatas ada beberapa pendapat dari para ahli dalam mengartikan berfikir ilmiah yaitu:

  • Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis: masuk akal,empiris: dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung  jawabkan.(Hillway:1956)
  • Berfikir ilmiah, yaitu berfikir dalamhubungan yang luas. Dengan pengertian yang lebih komplek disertai pembuktian – pembuktian.(menurut Kartono 1996, dalam Khodijah 2006:118)
  • Berfikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sasaran tertentu secara teratur dan cermat.(Jujun  S. Suria Sumantri,1984)

Sarana Berfikir Ilmiah

Bahasa

Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah. Definisi bahasa menurut Jujun Suparjan Suriasumantri menyebut bahasa sebagai serangkaian bunyi dan lambang yang membentuk makna. Sedangkan dalam KBBI(Kamus Besar Bahasa Indonesia), diterakan bahwa bahasa ialah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Jadi bahasa menekankan bunyi, lambang, sistematika, komunikasi, dan alat.

1.1. Fungsi bahasa

Aliran filsafat bahasa dan psikolinguistik melihat fungsi bahasa sebagai sarana untuk menyampaikanpikiran, perasaan bdan emosi.sedangkan sosiolinguistik berpendapat bahwa fungsi bahasa adalah sarana untuk perubahan masyarakat. Secara umum dapat dinyatakan bahwa funggsi bahasa adalah:

1)      Koordinator kegiatan- kegiatan masyarakat.

2)      Penetapan pemikiran dan pengungkapan.

3)      Penyampaian pikiran dan perasaan

4)      Penyenangan jiwa.

5)      Pengurangan penggoncangan jiwa

1.2.Ciri –ciri bahasa ilmiah

Bahasa ilmiah memiliki ciri-ciri tersendiri, yaitu informatif, reproduktif atau intersubjektif, dan antiseptik.

  • Informatif berarti bahwa bahasa ilmiah mengungkapan informasi atau pengetahuan. Informasi atau pengetahuan ini dinyatakan secara eksplisit dan jelas untuk menghindari kesalahpahaman.
  • Reproduktif adalah bahwa pembicara atau penulis menyampaikan informasi yang sama dengan informasi yang diterima oleh pendengar atau pembacanya.
  • Menurut Kemeny, antiseptik berarti bahwa bahasa ilmiah itu objektif dan tidak memuat unsur emotif, kendatipun pada kenyataannya unsur emotif ini sulit dilepaskan dari unsur informatif.

1.3. Bahasa Sebagai Sarana Ilmiah

Berbicara masalah ilmiah, ada dua hal yang harus diperhatikan,yaitu pertama,sarana ilmiah itu merupakan ilmu dalam pengertian bahwa ia merupakan kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah, seperti menggunakan pola berfikir induktif dan deduktif  dalam mendapatkan pengetahuan. Kedu tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah agar dapat melakukan penelaahan ilmiah secara baik.

Dengan demikian,jika hal tersebut dikaitkan dengan berfikir ilmiah, secara ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang pengetahuan untuk mengembang kan materi pengetahuan berdasarkan metode ilmiah. Sarana berfikir ini juga mempunyai metode tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkanpengetahuan. Ini disebabkan sarana ini adalah alat bantu proses metode ilmiah dan bukan merupakan ilmu itu sendiri.

Ketika bahas disifatkan dengan ilmiah, fungsinya untuk komunikasi disiftkan dengan ilmiah juga, yakni komunikasi ilmiah. Komunikasi ilmiah ini merupakan proses penyampaian informasiberupa pengetahuan. Untuk mencapai komunikasi ilmia, maka bahasa yang digunakanharus terbebas dari unsur emotif.

1.4. Kelemahan bahasa dalam menghambat komunikasi ilmiah yaitu :

Bahasa mempunyai multifungsi (ekspresif, konotatif, representasional, informatif, deskriptif, simbolik, emotif, afektif) yang dalam praktiknya sukar untuk dipisah-pisahkan. Akibatnya, ilmuwan sukar untuk membuang faktor emotif dan afektifnya ketika mengomunikasikan pengetahuan informatifnya. Kata-kata mengandung makna atau arti yang tidak seluruhnya jelas dan eksak. Bahasa sering kali bersifat sirkular (berputar-putar).

Bahasa menjadikan manusia sebagai makhluk yang lebih maju ketimbang makhluk-makhluk lainnya. Bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah mempunyai fungsi-fungsi yang sangat bermanfaat bagi aktivitas-aktivitas ilmiah. Di sisi lain, bahasa tidak alpa dari kelemahan-kelemahannya yang merintangi pencapaian tujuan dari aktivitas-aktivitas ilmiah. Kelemahan-kelemahan bahasa ini barangkali akan ditutupi oleh kelebihan-kelebihan dari dua sarana berpikir ilmiah lainnya, yaitu matematika dan statistika.

Matematika

Matematika merupakan alat yang dapat memperjelas dan menyederhanakan suatu keadaan atau situasi melalui abstraksi, idealisasi, atau generalisasi untuk suatu studi ataupun pemecahan masalah. Pentingnya matematika tidak lepas dari perannya dalam segala jenis dimensi kehidupan. Mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa matematika justru lebih praktis, sistematis, dan efisien. Begitu pentingnya matematika sehingga bahasa matematika merupakan bagian dari bahasa yang digunakan dalam masyarakat.

1.5.Matematika mempunyai beberapa sifat yaitu:

  • § Jelas
  • § Spesifik
  • § Informatif
  • § Tidak emosional

1.6.Matematika sebagai sarana berfikir deduktif

Nama ilmu deduktif diperoleh karena penyelesaian masalah – masalah yang dihadapi tidak dihadapi atas pengalaman  seperti halnya yang terdapat  didalam ilmu – ilmu empirik, melainkan berdasarkan deduksi – deduksi(penjabaran – penjabaran). Dalam penalaran deduktif,bentuk penyimpulan yang banyak digunakan adalah sistem silogisme, dan bahkan silogisme ini disebut juga sebagai perwujudan pemikiran deduktif yang sempurna.

1.7. Kelebihan dan kekurangan matematika

Adapun kelebihan matematika antara lain sebagai berikut :

v  Tidak memiliki unsur emotif

v  Bahasa matematika sangat universal

Adapun kelemahan dari matematika yaitu:

v  Bahwa matematika tidak mengandung bahasa emosional (tidak mengandung estetika) artinya bahwa matematika penuh dengan simbol yang bersifat artifersial dan berlaku dimana saja

Logika

Pengertian dari logika adalah sarana untuk berpikir sistematik, valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam arti luas logika adalah sebuah metode dan prinsip-prinsip yang dapat memisahkan secara tegas antara penalaran yang benar dengan penalaran yang salah. Karena itu, berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir. Berpikir membutuhkan jenis-jenis pemikiran yang sesuai. Namun pengertian lain dari logika adalah:

  • Bahasa Indonesia(2003:628) logika disebut jugasebagai penalaran.
  • Salam (1997:140) penalaran adalah suatu proses penemuan kebenarannya masing – masing.

1.8.Logika dapat di sistemisasi dalam beberapa golongan:

  • Menurut Kualitas dibagi dua, yakni Logika Naturalis (kecakapan berlogika berdasarkan kemampuan akal bawaan manusia) dan Logika Artifisialis (logika ilmiah) yang bertugas membantu Logika Naturalis dalam menunjukkan jalan pemikiran agar lebih mudah dicerna, lebih teliti, dan lebih efisien.
  • Menurut Metode dibagi dua yakni Logika Tradisional yakni logika yang mengikuti aristotelian dan Logika Modern
  • Menurut Objek dibagi dua yakni Logika Formal (deduktif dan induktif) dan Logika Material.

1.9. Aturan cara berfikir yang benar

Untuk berfikir baik, yakni berfikir benar,yakni berfikir logis- dialektis, juga dibutuhkan kondisi- kondisi tertentu, yaitu:

a)      Mencintai kebenaran, sikap ini sangat fundamental untuk berfikir yang baik, sebab sikap ini senantiasa menggerakkan pemikiran untuk mencari,mengusut, meningkatkan mutu penalarannya. Kecenderungan sikap manusiauntuk siap sedia menerima sesuatu sebagai yang benar hal yang dikehendakinyasebagai benar. Kewajiban mencari kebenaran adalah tuntutan instrinsik manusia untuk merealisasikan manusia menurut tuntutan keluhuran keinsaniannya. Oleh karena itulah, kepicikan apalagi kesenjanganpenyempitan perspektif, hakikatntatidak sesuaidengan keluhuran insani.

b)      Mengetahui (dengan sadar)apa yang sedang kerjakan, kegiatan yang sedang dikerjakan adalah kegiatan berfiki. Seluruh aktifitas yang dilakukan adalh suatu usaha terus menerus mengejr kebenaran yang diselingi dengan diperolehnyapengetahuan tentang kebenaran tetapi  parsial sifatnya.

c)      Mengetahui (dengan sadar) apa yang sedang dikatakan, pikiran diungkapkan ke dalam kecermatan kata-kata. Oleh karena itu kecermatan ungkapan pikiran kedalam kata merupakan sesuatu yang tidak boleh ditawar lagi.

d)     Membuat distingsi (pembedaan) dan pembagian (klasifikasi) yang semestinya, jika ada dua hal yang tidk mempunyai bentuk yang sama, hal itu jelas berbeda. Tetapi bnyak kejadian di mana dua hal atau lebih mempunyai bentuk yang sama, namun tidak identik. Disinilah perlunya dibuat suatu distingsi,suatu pembedaan. Menghindari pandangan untuk memukul rata, karena realitas begitu luas dan perlu diadakan pembagin (klasifikasi).

e)      Cintailh definisi dengan tepat, pembatasan, yakni membuat jelas batas-batas membuat sesuatu. Menghindari kata-kata yang tidak jelas strutruknya dan tidak jelas artinya.

f)       Mengetahui (dengan sadar) mengapa menyimpulkan begini begitu.

g)      Menghindari kesalahan- kesalahan dengan segala usaha dantenaga, dengan mengenali jenis, macam dan nama kesalahan, demikian juga mengenali sebab-sebab kesalahan pemikiran.

Statistika

Secara etimologi, kata “statistik” bersal dari kata status (bahasa latin) yang mempunyai persamaan arti dengan kata state (bhasa inggris), yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan negara. Pada mulanya, kata “statistik” diartikan sebagai “kumpulan bahan keterangan (data), baik yang tidak berwujud angka( data kuantitatif), maupun yang tidak berwujud angka(kualitatif), yang mempunyai arti penting dan kegunaan yang besar bagi suatu negara”. Pada perkembangan selanjutnya , arti kata statistik hanya dibatasi pada kumpulan bahan keterangan yang berwujud angka saja.

Ditinjau dari segi terminologi, statistik adalah:

ü  Data statistik, yaitu kumpulan bahan keterangan berupa angka atau bilangan.

ü  Statistik adalah kegiatan perstatistikan.

ü  Metode statistik, yaitu cara- cara tertentu yang perlu ditempuh dalam rangka mengumpulkan, menyusun atau mengatur, menyajikan, menganalisis, dan memberikan interpretasi erhadap sekumpulan bahan keterangan yang berupa angka itu dapat berbicara atau dapat memberikan pengertian makna tertentu.

ü  Statistik sebagai ilmu statistik, yaitu ilmu pengetahuanyang mempelajari dan memperkembangkan secara ilmiah tahap – tahap yang ada dalamkegiatan statistik.

1.10.                    Tujuan statitiska dalam tahap- tahap metode keilmuan

Statistika bukan merupakan sekumpulan pengetahuan mengenai objek tertentu melainkan merupakan sekumpulan metode dalam memperoleh pengetahuan. Metode keilmuan, sejauh apa yang menyangkut metode, sebenarnya tak lebih dari apa yang dilakukan dalam mempergunakan pikirannya,tanpa ada sesuatu yang membatasinya. Terdapat beberapa langkah yang dapat digunakan dalam kegiatan keilmuan, yaitu:

  1. Obsevasi. Peranan statistika dalam hal ini, statistika dapat mengemukakan secara terperinci tentang analisis mana yang akan dipakai dalam observasi dan tafsiranapa yang akan dihasilkan dari observasi tersebut. Tafsiran ini akan menitikberatkan pada tingkat kepercayaan kesimpulan yang ditarik dari berbagai kemungkinan dalam membuat kesalahan.
  2. Hipotesis. Statistika membantu kita dalam mengklasifikasikan, mengikhtisarkan, dan menyajikanhasil observasi dalam bentuk yng dapat dipahami dan memudahkan kita dalam mengembangkan hipotesis.cabang statistika yang berhubungan dalam hal ini dinamakan deskripsi (yang berlainan dengan statistika), yakni cabang statistika yang mencangkup berbagai metode dalam merencanakan observasi, analisis, dan penarikan kesimpulan berdasarkan data yang telah ada.
  3. Ramalan. Dari hipotesis atau teori dikembangkan deduksi. Jika teori yang dikemukakan itu memenuhi syarat deduksi akan merupakansesuatu pengetahuan baru, yang belum diketahui sebelumnya secara empiris, tetapi dideduksikan dari teori. Nilai dari suatu teori tergantung dari kemampuan ilmuan untuk menghasilkan pengetahuan baru tersebut. Fakta baru ini disebut ramalan,bukan dalam pengertian menuju hari depan, namun menduga apa yang akan terjadi berdasarkan syarat-syarat tertentu.
  4. Pengujian kebenaran. Yaitu,pengumpulan fakta untuk menguji kebenaran yang dikembangkan dari teori. Mulai dari tahap ini, keseluruhan tahap-tahap sebelumnya berulang seperti siklus. Jika teori didukung sebuah data, teori tersebut mengalami pengujian dengan lebih berat, dengan jalan membuat ramalan yang lebih spesifik dan mempunyai jangkauan lebih jauh,dimana ramalan ini kebenarannya diuji kembali sampai akhirnya menemukn beberapa penyimpangan yang memerlukan beberapa perubahan dalam teorinya. Sebaliknya, jika dikemukakan bertentangan dengan fakta, maka dapat menyusun hipotesis baru yang sesuai dengan fakta-faktayang telah dikumpulkan. Dalam tahap ini sebuah hipotesis dianggap teruji kebenarannyajika ramalan yang dihasilkan berupa fakta. Penalaran konsep statistika modern telah memberikan arti yang pasti kepada pengujian kebenaran terhadap hipotesis. Sebuah hipotesis telah sah teruji apabila pengaruh unsur kebetulan dalam pembuktian telah ditafsiran dengan benar.

Keempat tahapan ini sangat penting dan membatu dalam memfokuskandiskusi tentang metode keilmuan.

Pentingnya Berfikir Secara Ilmiah

Dalam kehidupan nyata sangat diperlukan pemikiran yang benar dan baik, dapat diterima oleh pemikiran manusia, sesuai dengan kenyataan yang ada ,dan berdasarkan bukti. Agar dapat melakukan kegiatan berfikir ilmih dengan baik, diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika, matematika, dan statistika. Dari ke empat sarana tersebut jika digunakan dengan baik, meskipun terkadang tidak smua yang dipergunakan (karena ada batasan tertentu) maka fakta itu akan bisa diterima dalam masyarakat umum.

Kesimpulan

Sarana berfikir ilmiah sangat diperlukan dalam kehidupan. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika, matematika, dan statistika. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah dan untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Dilihat dari pola berpikirnya maka ilmu merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan induktif. Untuk itu maka penalaran ilmiah menyandarkan diri pada proses logika deduktif dan induktif. Matematika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif ini sedangkan statistik mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Proses pengujian dalam kegiatan ilmiah mengharuskan kita menguasai metode penelitian ilmiah yang pada hakekatnya merupakan pengumpulan fakta untuk menolak atau menerima hipotesis yang diajukan. Kemampuan berpikir ilmiah yang baik harus didukung oleh penguasaan sarana berpikir ini dengan baik pula.

________

Tri Agustin Ningrum

(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu dengan dosen Afid Burhanuddin, M.Pd.)

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA