Apa langkah pertama yang dilakukan oleh Rasulullah saat berdakwah secara terang-terangan?

Jakarta -

Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama di usia 40 tahun dan memulai dakwah setelahnya. Cara dakwah Nabi Muhammad SAW awalnya dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan akhirnya terang-terangan.

Periode dakwah Rasulullah SAW terbagi menjadi dua, yakni di Mekkah dan Madinah atau sebelum dan setelah hijrah. Perintah dakwah ini beliau jalankan selama 23 tahun, di mana 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun sisanya di Madinah.

Cara Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekkah

Menurut artikel berjudul Karakteristik dan Strategi Dakwah Rasulullah Muhammad SAW pada Periode Mekkah yang terbit di jurnal At Tabsyir, selama 10 tahun pertama berdakwah belum ada kemajuan yang berarti khususnya dalam jumlah umat Islam.

Kegiatan dakwah di Mekkah ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan dakwah di Madinah. Sebab, ada perbedaan kultur hingga kondisi alam di antara keduanya.

Dijelaskan lebih lanjut dalam sumber yang sama, cara dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekkah memiliki penekanan yang berbeda daripada dakwah di Madinah. Masyarakat Mekkah yang pada saat itu menyembah berhala memiliki kesetiaan terhadap para leluhurnya terutama dalam penyembahan berhala.

Rasulullah SAW lebih memfokuskan pada keesaan Tuhan karena kondisi masyarakat Mekkah yang belum bertauhid, sehingga beliau merasa perlu membina keyakinan bangsa Arab terutama penduduk Mekkah saat itu.

Secara umum, dakwah Nabi Muhammad SAW di periode Mekkah meliputi dakwah dalam bidang ketuhanan, pendidikan, dan pembinaan baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan.

Cara Dakwah Nabi Muhammad SAW di Madinah

Rasulullah SAW kemudian mendapat perintah untuk hijrah dari Mekkah ke Madinah. Beliau tiba di Madinah pada 12 Rabi'ul Awwal. Menurut buku Pendidikan Agama Islam yang disusun oleh Bachrul Ilmy, setidaknya ada empat substansi dakwah pada periode Madinah.

Keempatnya adalah pembinaan akidah, ibadah, dan mu'amalah kaum muslim, pembinaan ukhuwah atau persaudaraan untuk menyatukan kaum muslim, pembinaan kader-kader perjuangan untuk mempertahankan wilayah dakwah, dan memetakan pertahanan dan sosial untuk menjaga stabilitas Madinah.

Berikut cara dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekkah seperti dihimpun dari arsip detikHikmah,

1. Membangun Masjid sebagai Pusat Kegiatan Dakwah

Rasulullah SAW membangun dua masjid yang dijadikan sebagai pusat kegiatan dakwah di Madinah, yaitu Masjid Quba' yang dibangun saat kedatangan pertamanya dan Masjid Nabawi yang kemudian dijadikan untuk mendidik para sahabatnya dan mengatur pemerintahan.

2. Melakukan Perjanjian dengan Kaum Yahudi Madinah

Selama dakwah di Madinah, Rasulullah SAW melakukan perjanjian untuk memperkokoh posisi kaum muslimin dari gangguan penduduk asli, bangsa Arab, maupun Yahudi. Hal ini juga dilakukan tak lain untuk menjaga stabilitas di Madinah.

Perjanjian tersebut kemudian melahirkan Piagam Madinah. Piagam ini berisi sepuluh bab, di antaranya pembentukan ummat, hak asasi manusia, persatuan seagama, persatuan segenap warganegara, golongan minoritas, tugas warga negara, melindungi negara, pimpinan negara, politik perdamaian, dan bab terakhir merupakan penutup.

3. Mempersaudarakan Kaum Muhajirin dan Anshar

Rasulullah SAW juga mempersaudarakan dua kaum muslimin, yakni Muhajirin dan Anshar. Rasulullah SAW menganjurkan untuk kedua kaum tersebut untuk saling memupuk persaudaraan dan melarang adanya sentimen kesukuan. Hal ini dilakukan untuk memperkuat umat Islam.

4. Membangun Ekonomi Rakyat dengan Mendirikan Pasar

Melansir sumber.belajar.kemdikbud.go.id, Rasulullah SAW mendirikan pasar yang tidak jauh dari Masjid Nabawi untuk membangun perekonomian rakyat sekaligus sebagai sarana dakwahnya. Pasar ini dibangun untuk mendidik umat dalam mengatur roda perekonomian yang adil berdasarkan ajaran Islam.

Pasar Madinah yang menjadi salah satu cara dakwah Nabi Muhammad SAW di Madinah ini kemudian menjadi jantung perekonomian negara Islam yang pertama.

Simak Video "Jual Parsel Buah-buahan, Pedagang Lumajang Raih Untung 10 Kali Lipat"


[Gambas:Video 20detik]
(kri/lus)

ChanelMuslim.com – Mengetahui betapa kerasnya kebencian orang-orang Quraisy, kaum permulaan Assaabiquunal Awaluun, (yang terdahulu dan yang pertama masuk Islam) melaksanakan ibadah secara sembunyi-sembunyi. Keadaan ini berlangsung selama tiga tahun berturut-turut. Sementara itu, sedikit demi sedikit, Islam semakin meluas.

Penyampaian dakwah terus dilakukan, hingga turun wahyu yang mengharuskan Rasulullah menampakkan dakwah kepada kaumnya secara terang-terangan.

Wahyu pertama yang turun dalam masalah ini adalah firman Allah,
وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ

“Dan, berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.” (Asy-Syu’ara’: 214)

Langkah pertama yang dilakukan Rasulullah saw setelah turun ayat di atas ialah mengundang Bani Hasyim. Mereka memenuhi undangan ini, yaitu beberapa dari Bani Al-Muththalib bin Abi Manaf, yang jumlahnya ada 45 orang.

Di dalam pertemuan itu, Abu lahab mendahului angkat bicara, bahwa tidak ada yang pernah berbuat macam-macam seperti yang dilakukan Rasulullah saw saat ini. Rasulullah hanya diam dan sama sekali tidak berbicara dalam pertemuan ini. Masyarakat Quraisy tidak tahan melihat kenyataan tersebut. Mereka mulai berani mencela agama Islam dan mengecam Allah.

Akan tetapi, Allah melindungi Rasulullah melalui jasa pamannya, Abu Thalib, karena dia adalah seorang bangsawan yang sangat dihormati di tengah kaum Quraisy. Akibatnya, penduduk Makkah tidak ada yang berani terang-terangan menyakiti dia. Kemudian beliau mengundang mereka untuk kedua kalinya, Abu Thalib berkata:

“kami tidak suka menolongmu, menjadi penasihatmu, namun lanjutkanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Demi Allah. Aku senantiasa akan menjaga dan melindungimu,” kata Abu Thalib.

“Demi Allah, ini adalah kabar buruk. Ambillah tindakan terhadap dirinya sebelum orang lain yang melakukannya,” kata Abu Lahab.

“Demi Allah kami akan tetap akan melindungi selagi kami masih hidup,” Abu Thalib menimpali.

Setelah Nabi Muhammad saw merasa yakin terhadap janji Abu Thalib untuk melindungi dalam menyampaikan dakwah, beliau semakin gencar untuk menyiarkan dakwah ke tengah-tengah umat. Beliau berdiri di atas Shafa, lalu berseru:
“Wahai semua orang!”

Maka semua suku Quraisy berkumpul memenuhi seruan beliau, lalu beliau mengajak mereka kepada tauhid dan beriman kepada risalah beliau serta iman kepada Hari Akhirat.

“Celakalah engkau untuk selama-lamanya. Untuk inikah engkau mengumpulkan kami?” kata Abu Lahab.

Lalu turunlah ayat, “Celakalah kedua tangan Abu Lahab”.

Nama asli Abu Lahab adalah Abdul Uzza. Abu Lahab artinya si “Umpan Api”.

Bisa dibayangkan betapa sakitnya hati Rasulullah dihina Abu Lahab. Abu Lahab adalah paman Rasulullah.Seruan dakwah beliau terus bergema di wilayah Makkah, hingga kemudian turun ayat,

فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَاَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِيْنَ

“Maka sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang yang musyrik.” (Al-Hijr:94)

Melalui dakwah terbuka ini, satu per satu orang mulai menjadi mualaf. Melihat semakin banyak orang yang masuk Islam, masyarakat Quraisy khawatir Islam akan merusak tradisi warisan mereka.[ind/Walidah]


bersambung

Ketika Rasulullah berdakwah secara terbuka, ada banyak tantangan yang dihadapi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Setelah mendapat wahyu pertama, Nabi Muhammad mulai berdakwah secara diam-diam. Dia mengajak para sahabat terdekat dan istrinya, Khadijah. Sampai suatu ketika Allah menurunkan ayat untuk mengumumkan dakwah secara terbuka.

Allah berfirman dalam surat al-Hijr ayat 94:

فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَاَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِيْنَ

Faṣda' bimā tu`maru wa a'riḍ 'anil-musyrikīn. “Maka sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang yang musyrik.”

Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah menjelaskan dalam bukunya Kelengkapan Tarikh Rasulullah, sejak itu, Rasulullah mulai berdakwah secara terbuka. Tentu saja, dia menemukan segelintir tantangan. Dia harus rela dimusuhi oleh kaumnya. Mereka semakin keras dalam menyakiti Rasulullah dan umat Islam.

Namun, melalui dakwah terbuka ini, satu per satu orang mulai menjadi mualaf. Melihat semakin banyak orang yang masuk Islam, masyarakat Quraisy tidak tahan melihat kenyataan tersebut. Mereka mulai berani mencela agama Islam dan mengecam Allah. Mereka juga semakin gencar melancarkan teror dan permusuhan terhadap Rasulullah dan para sahabatnya.

Akan tetapi, Allah melindungi Rasulullah melalui jasa pamannya, Abu Thalib karena dia adalah seorang bangsawan yang sangat dihormati di tengah kaum Quraisy. Akibatnya, penduduk Makkah tidak ada yang berani terang-terangan menyakiti dia. Beberapa sahabatnya yang memiliki keluarga, mereka akan dilindungi dari teror warga Quraisy. Sayangnya, tidak semua sahabat Nabi memiliki keluarga. Pada akhirnya mereka menjadi sasaran teror dan siksaan kaum Quraisy.

Di antaranya adalah Ammar bin Yasir dan ibunya Samiyah. Mereka disiksa karena tetap beriman kepada Allah. Setiap kali melewati orang-orang Quraisy, mereka disiksa dengan kejam. Menanggapi itu, Rasullah menghibur dan mengatakan “Bersabarlah wahai keluarga Yasir karena sesungguhnya yang dijanjikan kepada kalian adalah surga,” (HR at-Thabarani).

Selain Yasir, ada pula Bilal bin Rabah. Dia juga disiksa dengan sangat kejam karena tetap beriman kepada Allah. Namun, dia mengabaikan teror kaumnya supaya keluar dari Islam. Dia harus rela mengorbankan jiwanya.