Apa makna yang terkandung dalam QS Al Isra 17 26 27?

Isi Kandungan Surat Al Isra Ayat 26-30, Lafadz Arab, Latin dan Terjemahnya /unsplash.com/Lexi T/

MANTRASUKABUMI - Ayat 26-30 Surat Al Isra ini mengandung pesan untuk bersikap sederhana dalam hidup. Sikap tersebut adalah tidak berlebihan sekalipun dalam berinfak.

Isi kandungan surat Al Isra Ayat 26-30 berisikan larangan untuk bersifat kikir dalam membelajakan harta. Sifat boros adalah perilaku setan yang ingkar kepada Tuhannya.

Isi kandungan surat Al Isra Ayat 26-30 ini menyebutkan larangan kikir digambarkan dengan tangan yang terbelenggu di leher. Kikir akan mengakibatkan pelakunya tercela, sedang boros menjadikan pelakunya menyesal di kemudian hari.

Baca Juga: Isi Kandungan Surat Al Furqan Ayat 67, Perintah Hidup Sederhana dan Larangan Berlebihan 

Ayat 26-30 Surat Al Isra  tersebut juga menunjukkan bahwa Allah swt. sangat mengetahui potensi hamba-hambaNya. Allah swt. melapangkan rezeki kepada sebagian manusia dan mencukupkan kepada sebagian yang lain. Manusia diwajibkan menjemput rezeki yang telah dipersiapkan Allah baginya.

>

Berikut bacaan Surat Al Isra ayat 26-30 lengkap lafadz arab, latin dan artinya :

وَءَاتِ ذَا ٱلْقُرْبَىٰ حَقَّهُۥ وَٱلْمِسْكِينَ وَٱبْنَ ٱلسَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا

Wa āti żal-qurbā ḥaqqahụ wal-miskīna wabnas-sabīli wa lā tubażżir tabżīrā

Terjemahnya : Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.

Jakarta -

Surah yang ke-17 dalam Al Quran adalah surah Al Isra yang termasuk dalam golongan surah Makiyyah. Jumlah ayat yang dikandung dalam surah ini sebanyak 111 ayat.

Kata Al Isra ini sendiri mengandung arti perjalanan malam. Oleh sebab itu dalam surah ini dikisahkan tentang peristiwa perjalanan malam hari dan mikraj Rasulullah SAW. Selain itu, dalam surah Al Isra juga membahas tentang ajakan untuk berprilaku sesuai dengan akhlak terpuji Rasulullah SAW.

Salah satunya adalah persoalan tentang perilaku boros yang para pelakunya disebut sebagai saudara setan. Berikut ini bunyi bacaan QS Al Isra ayat 27 beserta artinya:

إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ ۖ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا

Bacaan latin: Innal-mubażżirīna kānū ikhwānasy-syayāṭīn, wa kānasy-syaiṭānu lirabbihī kafụrā

Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya." (QS. Al Isra: 27).

Melansir dari tafsir Kementerian Agama (Kemenag), yang dimaksud dengan orang-orang pemboros dalam ayat ini adalah mereka yang menghambur-hamburkan harta bendanya dalam perbuatan maksiat. Hal itu tentunya ada di luar perintah Allah. Mereka pula yang disebut saudara setan dalam ayat ini.

Baca juga: Alif Lam Syamsiah: Definisi, Contoh, dan Cara Membacanya

Ungkapan itu juga biasa digunakan oleh orang-orang Arab. Orang yang membiasakan diri mengikuti peraturan suatu kaum atau mengikuti jejak langkahnya, maka disebut sebagai saudara kaum tersebut. Artinya bila di dunia mereka tergoda oleh setan dengan memanfaatkan hartanya di luar batas-batas keridhoan Allah, maka mereka termasuk dalam golongan kaum tersebut.

Di akhir surah Al Isra ayat 27 disebutkan bahwa setan adalah makhluk yang sangat ingkar kepada Allah SWT. Ayat tersebut bermaksud untuk menjelaskan bahwa setan sangat ingkar kepada nikmat yang diberikan Allah, tidak mau mensyukurinya, membangkang tidak mau menaati perintah Allah, hingga menggoda manusia agar berbuat maksiat.

Pada dasarnya, ayat ini diturunkan Allah untuk menjelaskan perbuatan orang-orang pada jaman Jahiliah. Mereka memiliki kebiasaan untuk menumpuk harta mereka yang diperoleh dari rampasan perang, perampokan, dan penyamunan.

Kemudian, harta-harta itu dimanfaatkan hanya untuk berfoya-foya. Bahkan beberapa dari mereka ada yang menggunakan harta untuk menghalangi penyebaran agama Islam, melemahkan pemeluk-pemeluknya, dan membantu musuh-musuh Islam. Sebab itulah, surah Al Isra ayat 27 diturunkan untuk menceritakan keburukan pada kaum masa Jahiliah.

Baca juga: Ini Surat Terpanjang dalam Al Quran, Terdiri dari 286 Ayat

Tonton juga Video: Makna Orang Beriman dalam Surat Al-Baqarah 183






(nwy/nwy)

surat al isra al quran tafsir surah al isra ayat 27 hikmah

ASTALOG.COM – Dilansir dari wikipedia, Surah Al-Isra’ (Bahasa Arab: الإسرا, al-Isrā, “Perjalanan Malam”) adalah surah ke-17 Al-Quran berdasarkan susunan mushaf dan ke-50 sesuai dengan urutan pewahyuan serta tergolong sebagai salah satu surah Makkiyah. Dalam surah ini dikisahkan tentang peristiwa perjalanan malam hari dan mikraj Rasulullah Saw. Surah Al-Isra’ dari sisi isi termasuk sebagai surah miun dan berukuran sedang.

Surah Al-Isra’ adalah surah keempat yang mengandung ayat sajadah (sujud) yang disebutkan pada ayat 107 dan dianjurkan untuk bersujud bagi yang membaca dan mendengarkan ayat ini. Surah Al-Isra’ ini adalah surah pertama di antara tujuh surah yang dimulai dengan tasbih dan taqdis (pemuliaan) Allah Swt.

Didalam surah Al-isra’ terdapat 2 ayat yang membahas mengenai anjuran bershadaqah dan menjauhi sifat mubadzir yaitu pada ayat ke 26-27. Berikut ini terjemahan atau arti Q.S. Al-Isra’ ayat 26 sampai 27, Allah swt berfirman yang artinya :

PELAJARI:  Nama Lain Surah Al-Maidah

17:26. Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.

 

17:27. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.

Terjemahan dan Isi Kandungan Quran Surat Al-Isra ayat 26 – 27
Berikut ini merupakan isi pokok kandungan dalam Q.S. Al-Isra’ ayat 26 – 27

Allah swt telah berfirman dan memerintahkan kepada kita semua sebagai umat Islam untuk memberikan atau menunaikan hak (berzakat, shadaqah, infaq dll) kepada keluarga-keluarga yang dekat, orang miskin, musafir (orang yang dalam perjalanan).

Dalam ayat ini berisi perintah untuk berbuat baik kepada kaum dhuafa seperti orang orang miskin, orang terlantar, dan juga orang yang dalam perjalanan.

PELAJARI:  Apa Nama Surah Yang Mengisyaratkan Celakanya Abu Lahab ?

Hak lainnya yang harus ditunaikan adalah “mempererat tali persaudaraan dan hubungan kasih saya satu sama lain, saling bersilaturahmi, bersikap lemah lembut dan sopan santun, memberikan bantuan kepada mereka, dan memberikan sebagaian rizeki yang Allah swt berikan kepada kita semua.

 

Selanjutnya Allah swt memberikan penegasan bahwa kita dilarang untuk menghambur-hamburkan harta yang kita miliki secara boros atau berlebihan, Islam mengajarkan kita kesederhanaan, sehingga kita harus membelanjakan harta sesuai dengan kebutuhan saja, seperlunya saja dan tidak boleh berlebihan.

Dalam ayat yang ke 27 Allah berfirman bahwa orang-orang yang berperilaku boros adalah saudara-saudaranya setan, tentu kita tidak mau bukan menjadi saudara setan. Karena setan adalah makhluk yang Allah swt ciptakan, tetapi ia ingkar kepada Allah swt atau tidak mau menjalankan yang Allah swt perintahkan. Sehingga setan nantinya akan masuk ke dalam neraka, setan akan selalu menggoda manusia untuk mengajak kita masuk ke dalam neraka, tentu kita sebagai seorang muslim yang beriman tidak mau masuk ke dalam neraka, mengingat sangat pedihnya siksa di dalam neraka.

BincangSyariah.Com– Ekonomi menjadi salah satu dampak yang sangat nyata dirasakan oleh masyarakat pada masa pandemi ini. Sehingga banyak orang yang terpaksa menutup usahanya, dan banyak juga yang harus dirumahkan oleh pemilik usaha. Di saat seperti ini, tentu orang yang pandai mengatur pengeluarannya lah yang lebih siap dalam menghadapinya.

Tentang pengeluaran keuangan ini, Islam telah melarang kepada umat-nya untuk pandai mengatur uang dan tidak boros. Dalam Q.S Al-Isra’ ayat 26:

وَآتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا

Artinya: “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.”

Pada awal ayat dijelaskan tentang bagaimana kita harus menjaga hablu-minannas kita. Dan jika dicermati, sangat relevan di masa pandemi ini. Ya, kita haruslah berbagi kepada keluarga dekat kita dan juga tetangga kita. Terlebih mereka yang sangat butuh bantuan kita. Dan pada akhir ayat dikatakan bahwa kita dilarang untuk bersikap boros terhadap harta kita.

Dalam menafsirkan ayat ini, Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud mengatakan bahwa perbuatan tabdzir atau pemborosan ini ialah menginfakkan harta di jalan yang salah atau keliru. Karena bagaimanapun seharusnya kita tetap bersikap rendah hati dalam menyikapi harta kita. Dan jangan sampai dapat membuat kita terlena oleh hal tersebut.

Mujahid pun sepakat dengan pendapat tersebut. Menurutnya, seluruh harta yang diinfakkan itu bukanlah ukuran yang boros. Akan tetapi seseorang yang menginfakkan hartanya walaupun seukuran telapak tangan, maka itu sudah termasuk ke dalam tabdzir. Perbandingan ukuran tersebut memang seringkali terbalik bagi kehidupan masyarakat kita.

Dan larangan tersebut diperkuat oleh sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Rasulullah Saw. bersabda (artinya):

“Sesungguhnya Allah meridlai tiga hal bagi kalian dan murka apabila kalian melakukan tiga hal. Allah ridha jika kalian menyembah-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, dan (Allah ridla) jika kalian berpegang pada tali Allah seluruhnya dan kalian saling menasehati terhadap para penguasa yang mengatur urusan kalian. Allah murka jika kalian sibuk dengan desas-desus, banyak mengemukakan pertanyaan yang tidak berguna serta membuang-buang harta.” (HR. Muslim no.1715)

Perhatikan redaksi terakhir dari hadits tersebut. Dikatakan bahwa Allah murka kepada orang-orang yang sering membuang-buang hartanya. Karena sejatinya perilaku tabzir merupakan salah satu saudaranya syaithan. Sebagaimana Q.S Al-Isra’ ayat 27,

إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا

Artinya: “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.”

Pada ayat ini dikatakan bahwa orang yang bersikap tabdzir termasuk saudaranya syaithan. Dan ini menjadi sebuah penegas bahwa tabdzir itu merupakan suatu perilaku yang buruk. Tidak hanya menjadi kuffur nikmat yang telah diberikan oleh Allah, tetapi juga tidak ingat akan sesama yang membutuhkan, baik kepada tetangga maupun orang asing sekalipun.

Menurut Ibnu Asyur, lafazh ikhwan diartikan sebagai kebersamaan. Oleh karenanya antara pelaku tabdzir dan syaithan itu bersatu dan enggan untuk berpisah. Dan menurut Thabathaba’I syaithan itu akan terus bersamanya selagi ia tetap berperilaku tabdzir.

Kandungan dari kedua ayat tersebut sepenuhnya memerintahkan kepada kita untuk senantiasa menjaga hubungan anatar sesama. Kita haruslah berperilaku baik dan mengasihi terhadap sesama. Selain itu kita pun dilarang oleh Allah Swt untuk memboroskan hartanya hanya semata-mata karena nafsu yang dimilikinya.

Semoga kita semua dapat mengambil hikmah di masa pandemi ini. Hilangkan perilaku tabdzir dari dalam diri kita dengan cara bersedekah dan tentunya menabung. Sehingga kita akan lebih siap apabila di masa depan terjadi musibah seperti ini. Wallohu a’lam bish-showab.

Tabik.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA