Apa maksud kabar gembira yang dijanjikan allah

وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ ۖ وَيُرْسِلُ عَلَيْكُمْ حَفَظَةً حَتَّىٰ إِذَا جَاءَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا وَهُمْ لَا يُفَرِّطُونَ

Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya. (QS Al-An'am : 61)

Rasulullah diutus oleh Allah dengan dua tugas yang saling melengkapi: pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan. Kata Allah, “Dan tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan hanya sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan.” (QS Al-Furqan 25:56). Kabar gembira tersebut diberikan kepada orang mukmin yang akan mendapatkan karunia yang besar dari Allah (QS Al-Ahzab 33:47).

Karenanya, seorang mukmin harus selalu menjaga optimisme dan harapan. Jangan sampai berputus asa dari rahmat Allah. Bahkan, meski kita pernah melampaui batas dan berbuat dosa (QS Az-Zumar 39:53- 54). Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Opmitisme tersebut diseimbangkan dengan peringatan yang diberikan Allah melalui Rasulullah, supaya tidak kebablasan.

Kabar gembira dan peringatan ini pun diberikan oleh Rasulullah ketika masa wabah.

Apa kabar gembiranya? Ketika Rasulullah ditanya seorang sahabat tentang wabah, Beliau menjawab: “Wabah adalah azab yang dikirim oleh Allah kepada siapa saja yang Dia kehendaki, tetapi Dia menjadikannya rahmat untuk kaum mukmin. Siapa saja  tinggal di sebuah kota yang terjangkiti wabah dan dia tetap tinggal di dalamnya dan tidak meninggalkan kota tersebut, tetapi bersabar dan penuh harapan kepada rida Allah, dan mengetahui bahwa wabah tidak akan menimpa kecuali sudah ditulis Allah untuknya, maka dia akan mendapatkan pahala sebagaimana orang yang mati syahid” (Sahih Al-Bukhari 5734).

Dalam hadis lain, Rasulullah menyatakan bahwa “Mati karena wabah adalah syahid bagi setiap muslim” (Sahih Al-Bukhari 2830). Kesyahidan kematian karena wabah, disamakan dengan kematian karena sakit lambung, tenggelam, terkubur bangunan runtuh, terbakar, dan melahirkan. Semuanya disamakan dengan kesyahidan mati di jalan Allah (Sahih Muslim 1914; Sunan Ibnu Majah 2909).

Seperti tersurat dalam hadis di atas, perlu dicatat di sini, kematian ini bukan sesuatu yang diniatkan alias sengaja memaparkan diri dengan wabah.

Peringatan Rasulullah sangat jelas dalam sebuah hadis lain. Kata Rasulullah, “Ketika kami mendengar adanya wabah di sebuah daerah, maka jangan memasukinya, dan ketika kamu berada di daerah yang terkena wabah, maka jangan keluar darinya” (Sahih Al-Bukhari 5728).

Pesan dalam hadis tersebut sangat jelas, bahwa ikhtiar terbaik harus dilakukan, untuk tidak memaparkan diri kepada penyakit, dan sebaliknya tidak memaparkan penyakit kepada orang lain.

Saat ini, ketika wabah Covid-19 menyerang umat manusia, maka mematuhi orang-orang yang ahli di bidang kesehatan untuk tidak terpapar atau memaparkan penyakit menjadi wajib. Ikhtiar tersebut antara lain dapat berupa menjaga jarak fisik dan memakai masker. Pastikan kita lakukan ini dengan tetap bergembira. Ini perintah agama, bukan hanya imbauan pemerintah.

Mari, kita jaga optimisme. Jangan kita berputus asa dari rahmat Allah. Jangan lupa terus berikhtiar diiringi dengan doa tanpa lelah dan penuh harap, semoga Allah segera mengangkat wabah ini.

Allah menyatakan bahwa Dia akan mengikuti prasangka hamba kepadaNya (Sahih Al-Bukhari 7505). Mari bergembira dalam beragama.

Elaborasi ringan dari materi khutbah Jumat di Masjid Syuhada, 17 Juli 2020.

Ali Farkhan Tsani, Da’i Pondok Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Bogor, Jabar  dan Redaktur Senior Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:

وَبَشِّرِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ أَنَّ لَهُمۡ جَنَّـٰتٍ۬ تَجۡرِى مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَـٰرُ‌ۖ ڪُلَّمَا رُزِقُواْ مِنۡہَا مِن ثَمَرَةٍ۬ رِّزۡقً۬ا‌ۙ قَالُواْ هَـٰذَا ٱلَّذِى رُزِقۡنَا مِن قَبۡلُ‌ۖ وَأُتُواْ بِهِۦ مُتَشَـٰبِهً۬ا‌ۖ وَلَهُمۡ فِيهَآ أَزۡوَٲجٌ۬ مُّطَهَّرَةٌ۬‌ۖ وَهُمۡ فِيهَا خَـٰلِدُونَ

Artinya: “Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.” Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 25).

Ayat ini menyebutkan balasan dari Allah bagi orang-orang yang beriman dan beramal shalih. Setelah pada ayat sebelumnya mengancam dengan balasan bagi orang-orang yang kafir, orang-orang yang ingkar kepada Allah.

Bagaimana Allah memberikan hukuman (punishment) bagi yang ingkar serta memberikan pahala (reward) bagi yang taat.

Ini juga dapat menjadi pembelajaran bagi manusia, misalnya dalam dunia pendidikan, pekerjaan, pembinaan dan lainnya. Bagi mereka yang melanggar aturan, tentu ada sanksinya, dan bagi mereka yang berprestasi tentu ada bonusnya. Inilah nilai keadilan, keseimbangan dan kejujuran, yang jika diterapkan secara benar akan mendatangkan kebaikan dan kemajuan.

Maka, tidak boleh ada pembiaran dalam kesalahan dan pelanggaran, serta tidak bisa juga ada pembiaran bagi yang nyata-nyata berprestasi. Jika tidak, maka dapat saja terjadi kecemburuan dan ketimpangan sosial, kalau tidak dicerna dengan kacamata aqidah yang kuat dan keikhlasan yang tinggi.

Namun, pembiaran sama artinya dengan memberi jalan kelapangan dan dukungan bagi kemunduran, serta menghambat kemajuan seseorang maupun tim secara keseluruhan.

Maka, di sinilah bagaimana Allah memberikan dua hal yang saling melengkapi, dan diutusanya Nabi pun untuk demikian, yakni memberikan basyiran wa nadziran (berita gembira dan peringatan).

Allah menyebut di dalam ayat:

إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا

Artinya: “Sesungguhnya Kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan,” (Q.S. Al-Fath [48]: 8).

Pada ayat ini Allah memberikan berita kegembiran bagi orang-orang beriman dan berbuat baik dengan taman surga yang mentakjubkan dan yang mengalir sungai-sungai istimewa di dalamnya.

Sungai-sungai di sini tentu sama sekali berbeda dengan apa yang ada di dunia. Allah menyebut juga pada ayat lain tentang balasan sungai itu.

مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ فِيهَا أَنْهَارٌ مِنْ مَاءٍ غَيْرِ آَسِنٍ وَأَنْهَارٌ مِنْ لَبَنٍ لَمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُ وَأَنْهَارٌ مِنْ خَمْرٍ لَذَّةٍ لِلشَّارِبِينَ وَأَنْهَارٌ مِنْ عَسَلٍ مُصَفًّى وَلَهُمْ فِيهَا مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ وَمَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ كَمَنْ هُوَ خَالِدٌ فِي النَّارِ وَسُقُوا مَاءً حَمِيمًا فَقَطَّعَ أَمْعَاءَهُمْ

Artinya: “Perumpamaan (penghuni) surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Tuhan mereka, sama dengan orang yang kekal dalam neraka dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya.” (Q.S. Muhammad [47]: 15).

Allah pun kemudian mengatakan:

كُلَّمَا رُزِقُوا مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ رِزْقًا قَالُوا هَذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ

Artinya: “setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.”

Kalimat pada ayat ini menyebutkan, setelah disebutkan surga yang di dalamnya ada sungai-sungai, maka kemudian juga ada pohon-pohon yang menghasilkan buah-buahan sebagai rezqi untuk dinikmati. Dan buah-buahan itu sama dengan yang diberikan sebelumnya.

Buah itu pun Allah sebut dengan:

وَأُتُواْ بِهِۦ مُتَشَـٰبِهً۬ا

Artinya: “Mereka diberi buah-buahan yang serupa”.

Ya, mereka diberi buah-buahan yang serupa, yang menurut penafsiran dari para ulama Ahli Tafsir antara lain bermakna : buahan-buahan di surga serupa dengan buah-buahan di dunia dalam rupa dan warnanya. Namun tentu rasanya jelas berbeda, jauh lebih nikmat. Ini seperti penjelasan Imam Mujahid dan Adh-Dhahhak.

Imam Qaradah menyebutkan, buahan-buahan di surga serupa dengan buah-buahan di dunia dalam bentuk dan namanya. Akan tetapi buah-buahan di surga jauh lebih indah rupanya dan lebih lezat rasanya.

Namun yang jelas, seperti disebutkan di dalam hadits qudsi, bagimana Allah berfirman, “Kusiapkan bagi hamba-hamba-Ku yang shalih (di dalam surga), yaitu apa yang tak pernah dilihat mata, tak pernah didengar telinga, dan tak pernah terlintas dalam hati semua manusia.” (H.R. Bukhari dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).

Bukan hanya itu, Allah pun menyiapkan:

وَلَهُمۡ فِيهَآ أَزۡوَٲجٌ۬ مُّطَهَّرَةٌ

Artinya: “dan di dalam surga itu ada pasangan-pasangan atau jodoh-jodoh (suami atau isteri) yang suci.”

Di dalam Tafsir Al-Muyassar dijelaskan bahwa “yang suci” bermakna secara umum inderawi adalah “bebas dari buang air besar maupun kecil ataupun kotoran-kotoran yang biasa menempel di tubuh atau pakaian”.

Serta secara maknawi bisa berarti “bebas dari akhlaq atau perilaku yang tercela”. Sedangkan kalau bagi wanita maka bebas dari darah haidh atau nifas.

Pada ayat lain Allah menyebut dengan:

وَعِنْدَهُمْ قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ عِينٌ

Artinya: “Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang sopan pandangannya dan jelita matanya.” (Q.S. Ash-Shaffat [37] :48).

Juga pada ayat lain:

كَأَنَّهُنَّ الْيَاقُوتُ وَالْمَرْجَانُ

Artinya: “Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan.” (Q.S. Ar-Rahman [55]: 58).

وَحُورٌ عِينٌ (22) كَأَمْثَالِ اللُّؤْلُؤِ الْمَكْنُونِ (23)

Artinya: “Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli, laksana mutiara yang tersimpan baik.” (Q.S. Al-Waaqi’ah [56]: 22-23).

Itu semua disediakan untuk orang-orang yang beriman dan beramal shalih semasa hidupnya di dunia. Dan di surga mereka kekal abadi selamanya.

وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

Artinya: “dan mereka kekal di dalamnya (surga)”.

Maka, ayat ini menunjukkan sunnahnya memberikan kabar gembira bagi kaum mukminin dan memotivasi mereka untuk terus beramal shalih lebih giat, yaitu dengan menyebutkan balasan perbuatan mereka dan hasilnya.

Semoga kita tergolong orang-orang yang beriman dan beramal shalih, yang mendapatkan berita gembira berupa surga tersebut. Aamiin yaa robbal ‘aalamiin. (P4/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

=====
Ingin mendapatkan update berita pilihan dan info khusus terkait dengan Palestina dan Dunia Islam setiap hari dari Minanews.net. Yuks bergabung di Grup Telegram "Official Broadcast MINA", caranya klik link //t.me/kbminaofficial, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA