Apa nama kotoran sapi yang diolah menjadi bahan bakar?

PADANG - Petani hingga kini belum membiasakan pemanfaatan kotoran ternak sebagai bahan bakar dan berbagai kebutuhan lainnya. Padahal potensi bahan bakar sangat besar dan bisa dimafaatkan untuk kebutuhan bahan bakar rumah tangga. Buktinya, 1.500 ton kotoran sapi di Pesisir Selatan berpotensi dimanfaatkan untuk bahan bakar.

“Selama ini potensi itu hanya terbuang di pinggir kandang atau berserakan di pinggir jalan dan bahakan kantor pemerintah karena pola tatalaksana peternakan tidak dilaksanakan dengan baik,” kata Bustami, dikutip dari Harian Haluan, Rabu (17/2/2016), yang telah tiga tahun memanfaatkan kotoran ternak untuk bahan bakar.

Data dari BPS Pessel, tahun 2011, jumlah ternak sapi mencapai 98.000 ekor dengan jumlah kotoran yang dihasilkan setiap hari sebesar 1.470.000 kilogram atau setara dengan 1.470 ton.

Satu ekor sapi dengan kotoran setiap hari 15 kilo telsh bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga satu hari. Dimana setiap 15 kilogram bisa menyalakan komporgas selama lima atau enam jam. Sementara jumlah rumah tangga di Pesisir Selatan hanya berkisar 95 ribu saja.

“Kotoran sapi di Pesisir Selatan bila diman faatkan untuk sumber energi melebihi kebutuhan energi di dapur,” ungkap Bustami, salah seorang warga Pesisir Selatan yang telah memanfaatkan kotoran ternak untuk sumber bahan bakar.

Menurutnya, bila pemerintah mau mensosialisasikan penggunaan biogas yang memanfaatkan kotoran sapi sebagai bahan bakar, maka akan menguntungkan pemerintah dan masyarakat. Keuntungan pemerintah adalah, ternak di Pesisir Selatan tidak akan ada yang berkeliaran atau dilepas. Lingkungan akan tampak indah dan terurus.

“Selanjutnya keuntungan lain, kekhawatiran kekurangan bahgan bakar di Pesisir Selatan akan hilang sebab sumber energi untuk bahan bakar dapur di Pesisir Selatan lebih dari cukup,” kata Bustami lagi.

Bustami semenjak empat bulan belakangan telah memanfaatkan kotoran ternaknya untuk keperluan bahan bakar dapur, misalnya menanak nasi, masak air dan lain sebagainya.

“Penggunaan energi kotoran ternak tersebut telah meringankan beban keluarga, setidaknya untuk biaya didapur. Penggunaan biogas juga terbilang aman bagi rumah tangga dsan lingkungan. Berdasarkan petunjuk, bahkan kotoran ternak juga bisa digunakan sebabagi bahan bakar menggerakkan generator untuk penerangan rumah tangga,” kata Bustami.

Disebutkannya, selain untuk energi, limbah dari pembuatan biogas juga bisa digunakan untuk pupuk. Lahan pertanian milik Bustami, semenjak empat bulan belakangan dipupuk dengan limbah pembuatan biogas.

(amr)

Apa nama kotoran sapi yang diolah menjadi bahan bakar?
Foto: Charolin Pebrianti

Ponorogo - Beberapa warga Ponorogo kini bisa merasakan berhemat saat memasak. Bagaimana tidak, warga Desa Bringinan, Kecamatan Jambon, ini memiliki biogas untuk memasak setiap harinya. Setidaknya ada enam rumah yang kini memiliki biogas.Penggunaan gas elpiji pun berkurang drastis dengan adanya biogas ini. Cara kerjanya pun terbilang mudah. Cukup masukkan kotoran sapi ke dalam lubang reaktor hingga penuh kemudian diolah menjadi bahan bakar gas.Kepala Desa Bringinan, Subarno saat ditemui menuturkan awalnya karena warga desanya banyak yang memelihara sapi dan kotorannya belum termanfaatkan secara maksimal. Saat itu hanya dijadikan kompos atau malah ditumpuk begitu saja. "Akhirnya terpikirkan untuk membuat biogas dari kotoran sapi," tuturnya kepada detikcom saat ditemui di Balai Desa Bringinan, Rabu (17/1/2018).Barno sapaannya, mengajukan proposal untuk bantuan reaktor di desanya melalui program Dinas Lingkungan Hidup (DLH) pada tahun 2016 lalu. "Baru tahun 2017 disetujui dan diberikan dua reaktor yang bisa mengaliri gas untuk enam rumah," jelasnya.Untuk bisa memasak menggunakan biogas ini, satu reaktor harus diisi 8 kg kotoran sapi. "Nantinya gasnya bisa dialirkan ketiga rumah yang tersambung dengan satu reaktor ini," ujarnya.

Apa nama kotoran sapi yang diolah menjadi bahan bakar?
Biogas untuk memasak warga Ponorogo/ Foto: Charolin Pebrianti

Salah satu warga, Mbah Wagiman mengaku terbantu dengan adanya biogas ini karena selain bisa menghemat gas elipiji untuk memasak juga sisa dari pengolahan ini bisa dijadikan sebagai kompos."Dalam satu bulan bisa menghemat gas elpiji, kalau biasanya sebulan habis empat tabung melon, saya hanya tiga tabung melon saja, soalnya biogasnya untuk tiga rumah," terangnya.Ia bahkan mengaku tak khawatir lagi saat gas elpijinya habis, ia tinggal menggunakan biogas yang sudah terhubung ke rumahnya.Ia berharap dengan adanya biogas di rumahnya ini bisa menjadi contoh untuk warga lain agar mau memanfaatkan kotoran sapinya sebagai bahan bakar. "Saya berharap warga lain juga ikut menggunakan biogas agar tidak risau lagi saat pasokan elpiji telat atau gas elpijinya tiba-tiba habis, bisa langsung menggunakan biogas ini," tandasnya.Sementara itu Subarno juga memanfaatkan kotoran sapi yang melimpah di desanya sebagai bahan baku pembuatan pupuk kandang. Kotoran sapi yang dibuang oleh tetangganya ini kemudian ia olah menjadi pupuk kandang yang bernilai jual tinggi.Pria yang akrab dipanggil Barno ini menjelaskan awalnya ia prihatin dengan kesehatan warganya yang memiliki sapi tiap rumah namun kotoran sapinya dibuang begitu saja tanpa ada pengolahan lebih lanjut.

Apa nama kotoran sapi yang diolah menjadi bahan bakar?
Kotoran sapi dijadikan biogas dan pupuk kandang/ Foto: Charolin Pebrianti

"Jadi saya berfikir untuk mengolah kotoran sapi ini sebagai pupuk kandang," ucapnya.Namun sayangnya karena belum memiliki izin atau nama atas pupuk organik buatannya, Barno mengaku menjual pupuknya jika ada yang datang dan membeli langsung ke rumahnya. "Sementara pupuk untuk kalangan sendiri dan harus datang ke rumah saya untuk beli," paparnya.Usaha yang digelutinya sejak tahun 2007 lalu ini ternyata membuahkan hasil, banyak petani terutama petani yang menanam sayuran dan buah datang ke rumahnya untuk membeli pupuk organik buatannya. "Cara pembuatannya pun saya sendiri yang membuat, jadi tetap terjaga kualitasnya," tukasnya.Pria yang pernah menjadi TKI ini melanjutkan dalam satu bulan ia mampu memproduksi 5-6 ton pupuk kandang yang dibantu oleh dua orang pekerja. Satu karung isi 40 kg pupuk bubuk halus dijual dengan harga Rp 20 ribu. "Kalau yang granul satu karung dijual Rp 25 ribu," imbuhnya.

Bapak dua orang anak ini yakin pupuk buatannya ini mampu mengarah kepembentukan tanah ada kandungan makro dan mikro sehingga tanah di sawah jauh lebih mudah dibajak dan penyerapan hara tanaman jadi lebih mudah. "Kalau pakai pupuk ini sebelum tanam bisa menghemat penggunaan pupuk kimia 30%," pungkasnya. (fat/fat)

Artikel YUNI ERLITA, S.Pt(Dinas Peternakan & Kesehatan Hewan) 21 Januari 2016 19:43:22 WIB

CARA MEMBUAT BIOGAS DARI KOTORAN TERNAK

Permintaan kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) dunia dari tahun ketahun semakin meningkat, menyebabkan harga minyak melambung. Pemerintah berencana menaikkan lagi harga minyak untuk mengurangi sudsidi yang harus ditanggung oleh APBN. Yang menjadi pertanyaan adalah jika BBM mahal, apakah kita tidak bisa hidup tanpa menggunakan bahan bakar minyak tersebut. Ternyata tidak demikian. Sumber energi alternatif telah banyak ditemukan sebagai pengganti bahan bakar minyak, salah satunya adalah Biogas.

Pemerintah sudah saatnya mengalokasikan sebagian dari pengurangan subsidi BBM untuk mengembangkan biogas dari kotoran ternak keseluruh pelosak pedesaan.

Sudah saatnya pula kita berfikir dan berusaha mengembangkan kreatifitas untuk mengembangkan energi alternatif dari kotoran ternak, karena sudah banyak hasil penelitian ilmiah yang berhasil. Kegiatan yang harus kita lakukan sekarang adalah mengaplikasikan hasil penelitian tersebut untuk kepentingan masyarakat. Usaha ini juga harus didukung dengan mengubah pola pikir masyarakat untuk menerima kehadiran teknologi baru.

PRINSIP PEMBUATAN BIOGAS
Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik secara anaerobik (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan gas yang sebagian besar adalah berupa gas metan (yang memiliki sifat mudah terbakar) dan karbon dioksida, gas inilah yang disebut biogas.

Proses dekomposisi anaerobik dibantu oleh sejumlah mikroorganisme, terutama bakteri metan. Suhu yang baik untuk proses fermentasi adalah 30-55°C, dimana pada suhu tersebut mikroorganisme mampu merombak bahan bahan organik secara optimal. Hasil perombakan bahan bahan organik oleh bakteri adalah gas metan seperti yang terlihat dibawah ini:

Komposisi biogas : kotoran sapi dan campuran kotoran ternak dengan sisa pertanian
Jenis gas: Biogas, Campuran kotoran + sisa pertanian: Metan (CH4), Karbon dioksida (CO2), Nitrogen (N2), Karbon monoksida (CO), Oksigen (O2), Propena (C3H8), Hidrogen sulfida(H2S), sedikit Nilai kalor (kkal/m2).

MEMBANGUN INSTALASI BIOGAS
Bangunan utama dari instalasi biogas adalah Digester yang berfungsi untuk menampung gas metan hasil perombakan bahan bahan organik oleh bakteri. Jenis digester yang paling banyak digunakan adalah model continuous feeding dimana pengisian bahan organiknya dilakukan secara kontinu setiap hari. Besar kecilnya digester tergantung pada kotoran ternak yang dihasilkan dan banyaknya biogas yang diinginkan.

Lahan yang diperlukan sekitar 16 m2. Untuk membuat digester diperlukan bahan bangunan seperti pasir, semen, batu kali, batu koral, bata merah, besi konstruksi, cat dan pipa prolon.

Lokasi yang akan dibangun sebaiknya dekat dengan kandang sehingga kotoran ternak dapat langsung disalurkan kedalam digester. Disamping digester harus dibangun juga penampung sludge (lumpur) dimana slugde tersebut nantinya dapat dipisahkan dan dijadikan pupuk organik padat dan pupuk organik cair.

Proses pembuatan biogas dengan langkah langkah sebagai berikut:

1. Mencampur kotoran sapi dengan air sampai terbentuk lumpur dengan perbandingan 1:1 pada bak penampung sementara. Bentuk lumpur akan mempermudah pemasukan kedalam digester

2. Mengalirkan lumpur kedalam digester melalui lubang pemasukan. Pada pengisian pertama kran gas yang ada diatas digester dibuka agar pemasukan lebih mudah dan udara yang ada didalam digester terdesak keluar. Pada pengisian pertama ini dibutuhkan lumpur kotoran sapi dalam jumlah yang banyak sampai digester penuh.

3. Melakukan penambahan starter (banyak dijual dipasaran) sebanyak 1 liter dan isi rumen segar dari rumah potong hewan (RPH) sebanyak 5 karung untuk kapasitas digester 3,5 - 5,0 m2. Setelah digester penuh, kran gas ditutup supaya terjadi proses fermentasi.

4. Membuang gas yang pertama dihasilkan pada hari ke-1 sampai ke-8 karena yang terbentuk adalah gas CO2. Sedangkan pada hari ke-10 sampai hari ke-14 baru terbentuk gas metan (CH4) dan CO2 mulai menurun. Pada komposisi CH4 54% dan CO2 27% maka biogas akan menyala.

5. Pada hari ke-14 gas yang terbentuk dapat digunakan untuk menyalakan api pada kompor gas atau kebutuhan lainnya. Mulai hari ke-14 ini kita sudah bisa menghasilkan energi biogas yang selalu terbarukan. Biogas ini tidak berbau seperti bau kotoran sapi. Selanjutnya, digester terus diisi lumpur kotoran sapi secara kontinu sehingga dihasilkan biogas yang optimal.

Pengolahan kotoran ternak menjadi biogas selain menghasilkan gas metan untuk memasak juga mengurangi pencemaran lingkungan, menghasilkan pupuk organik padat dan pupuk organik cair dan yang lebih penting lagi adalah mengurangi ketergantungan terhadap pemakaian bahan bakar minyak bumi yang tidak bisa diperbaharui.