Apa nama lain dari pengendalian diri

Pengendalian Diri

BincangSyariah.Com – Ada konsep tentang pengendalian diri (mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzzan), dan persaudaraan (ukhuwah) dalam Islam. Apa makna dari masing-masing istilah tersebut?

Pertama, pengendalian diri atau mujahadah an-nafs.

Pengendalian diri atau kontrol diri atau dalam bahasa Arab mujahadah an-nafs memiliki makna menahan diri dari segala perilaku yang berpotensi merugikan diri sendiri dan orang lain. Sebagai misal, sifat serakah atau tamak.

Dalam literatur Islam, pengendalian diri familiar dikenal dengan istilah aś-śaum, atau puasa. Puasa adalah salah satu sarana untuk mengendalikan diri. Hal tersebut berdasarkan hadits Rasulullah Saw. Sebagai berikut:

“Wahai golongan pemuda! Barangsiapa dari antaramu mampu menikah, hendaklah dia nikah, yang demikian itu amat menundukkan pemandangan dan amat memelihara kehormatan, tetapi barangsiapa tidak mampu, maka hendaklah dia puasa, karena (puasa) itu menahan nafsu baginya.” (H.R. Bukhari)

Pengendalian diri diperlukan setiap manusia, khususnya kaum Muslimin agar terjaga dari hal-hal yang dilarang oleh Allah Swt. (Baca: Puasa dan Proses Pengendalian Diri)

Kedua, prasangka baik atau husnuzzan.

Prasangka baik atau husnuzzan berasal dari kata Arab, husnu, yang artinya adalah baik, dan kata żan, yang artinya adalah prasangka. Husnuzzan atau prasangka baik dalam istilah umum disebut dengan positif thinking.

Husnuzzan merupakan sikap orang yang selalu berpikir positif terhadap apa yang telah diperbuat oleh orang lain. Lawan dari sifat ini adalah buruk sangka atau suuzan, yakni menyangka orang lain melakukan hal-hal buruk tanpa adanya bukti yang benar.

Dalam ilmu akhlak, husnuzzan dikelompokkan ke dalam tiga bagian, yaitu husnuzzan kepada Allah Swt. husnuzzan kepada diri sendiri, dan husnuzzan kepada orang lain.

Prasangka baik adalah sifat yang sangat penting untuk dimiliki oleh setiap orang yang beriman. Sebaliknya, prasangka buruk adalah sifat yang harus dijauhi dan dihindari.

Ketiga, persaudaraan atau ukhuwwah.

Persaudaraan (ukhuwwah) dalam Islam maksudnya adalah bukan sebatas hubungan kekerabatan karena faktor keturunan, tapi apa yang dimaksud dengan persaudaraan dalam Islam adalah persaudaraan yang diikat oleh tali aqidah yakni tali sesama Muslim.

Selain itu, persaudaraan dalam Islam juga memiliki fungsi kemanusiaan sebagai sesama manusia sebagai makhluk Allah Swt. Kedua bentuk persaudaraan tersebut sangat jelas dicontohkan oleh Rasulullah Saw.

Rasulullah Saw. mempersaudarakan kaum Muhajirin dan kaum Anshor. Beliau juga menjalin hubungan persaudaraan dengan suku-suku lain yang tidak seiman dan melakukan kerja sama dengan mereka.[]

Pengertian Pengendalian diri. self control atau pengendalian diri merupakan kemampuan diri dalam mengendalikan perilaku untuk mencapai tujuan tertentu. Seorang individu dengan pengendalian diri yang baik dapat memahami benar konsekuensi akibat tindakan yang akan mereka lakukan.

Pengendalian diri (self control) didefinisikan sebagai “pengaturan proses fisik, psikologis, dan perilaku seseorang, dengan kata lain serangkaian proses yang membentuk dirinya sendiri”. Pengendalian diri merupakan keseluruhan dari proses yang membentuk diri individu yang mencakup proses pengaturan fisik, psikologis dan perilaku.

Pengendalian diri atau disebut juga kendali diri dapat pula diartikan sebagai suatu aktivitas pengendalian tingkah laku. Pengendalian tingkah laku mengandung makna, yaitu melakukan pertimbangan-pertimbangan terlebih dahulu sebelum memutuskan sesuatu untuk bertindak. Dengan menggunakan berbagai pertimbangan sebelum bertindak, individu tersebut mencoba untuk mengarahkan diri mereka sesuai dengan yang mereka kehendaki. Dengan kata lain, semakin tinggi kendali diri yang dimiliki seseorang semakin intens pengendalian terhadap tingkah laku. Pengendalian diri dapat digunakan untuk mereduksi efek psikologis yang negatif dan sebagai upaya pencegahan. Dengan memiliki pengendalian diri, individu mampu membuat perkiraan terhadap perilaku yang hendak dilakukan sehingga individu mampu mencegah sesuatu hal yang tidak menyenangkan yang akan diterimanya kelak. Hal tersebut diperkuat dengan definisi yang menjelaskan alasan individu menggunakan kendali diri. Menurut Thoreson dan Mahoney menjelaskan bahwa ‟demi tujuan jangka panjang, dia sengaja menghindari melakukan perilaku yang biasa dikerjakan atau yang segera memuaskannya yang tersedia secara bebas baginya, tetapi malah menggantinya dengan perilaku yang kurang biasa atau menawarkan kesenangan dengan tidak segera‟. Menurut Ronen (1993) menjabarkan bahwa “kendali diri merupakan proses yang terjadi ketika dalam situasi tanpa batasan dari lingkungan eksternal anak melakukan suatu jenis perilaku yang sebelumnya sedikit tidak mungkin muncul dibandingkan perilaku alternatif lainnya‟. Dapat pula diartikan sebagai proses yang dilakukan individu atas dasar kemauan dan pemikiran yang mereka miliki. Dengan kata lain, individu dapat  memunculkan  suatu  perilaku  positif  ketika  situasi  yang  ada memungkinkannya memunculkan perilaku yang negatif. Pengendalian diri atau self control dapat pula diartikan sebagai ”perbuatan membina tekad untuk mendisiplinkan kemauan, memacu semangat, mengikis keseganan dan mengarahkan energi untuk benar-benar melaksanakan apa yang harus dikerjakan. Dengan memiliki pengendalian diri yang baik, individu dapat mengoptimalkan tindakan mereka dan menahan diri untuk berbuat yang tidak seharusnya mereka perbuat. Pengendalian diri dijabarkan sebagai “kemampuan seseorang melakukan pertimbangan-pertimbangan terlebih dahulu sebelum memutuskan sesuatu dengan mendisiplinkan kemauan atau dorongan-dorongan dalam diri seseorang, serta menahan diri dengan sadar untuk bertindak guna mencapai hasil dan tujuan sesuai yang diinginkan”. Maka dapat disimpulkan bahwa, pengendalian diri adalah tindakan mengendalikan atau mengarahkan tingkah laku seseorang, sebagai upaya pencegahan (preventif), sebagai suatu tindakan penundaan pemuasan kebutuhan, sebagai suatu keterampilan, keahlian, potensi, perbuatan untuk pembinaan tekad. Berdasarkan pengertian yang telah diuraikan, maka pengendalian diri dalam penelitian ini memiliki maksud sebagai kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk mengarahkan dirinya mendekati tujuan yang diharapkan dengan jalan mendisiplinkan diri dan melakukan penundaan terhadap perilaku yang dapat menghambat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Dikutip Dari Berbagai Sumber.

Anak perlu tahu bagaimana mengendalikan dirinya sejak dini

Hal-hal yang berurusan dengan emosi memang agak cenderung sulit untuk dipahami anak kecil. Maka dari itu, penting untuk mengajari mereka pengendalian diri sedari dini.

Ini perlu dilakukan untuk membuat mereka terhindari dari memiliki kecerdasan emosional yang buruk yang dapat memengaruhi kebahagiaan jangka panjang mereka.

Untuk memfasilitasi perkembangan dan kemampuan anak dalam mengatasi situasi yang sulit, penting untuk memperkenalkan strategi pengendalian diri melalui permainan dan kegiatan interaktif.

Tentunya, orang tua memiliki peran penting dalam menjalankan strategi tersebut.

Untuk ulasan selengkapnya, simak pengertian, contoh strategi yang bisa Moms dan Dads terapkan pada artikel ini.

Baca Juga: Mengenal Teori Piaget, 4 Tahapan Perkembangan Kognitif dan Kecerdasan Anak

Pengertian Pengendalian Diri

Foto: Jangan Lakukan 4 Kesalahan Ini Saat Menghadapi Anak Marah 03.jpg (youaremom.com)

Foto: emosi anak (Orami Photo Stock)

Menerapkan keterampilan pengendalian diri sedari kecil akan sangat berdampak hingga dewasa nanti.

Dilansir dari Mom Junction, pengendalian diri merupakan keterampilan yang memungkinkan anak-anak dan orang dewasa untuk berlatih menahan diri dengan mengelola pikiran, emosi, perasaan, serta tindakan mereka, agar tidak bertindak berdasarkan dorongan hati mereka.

Contoh Pengendalian Diri

Beberapa contoh pengendalian diri pada anak antara lain:

  • Menunggu giliran ketika berada dalam antrean dan tidak menyerobotnya.
  • Duduk diam di auditorium ketika menonton pertunjukan selama acara berlangsung.
  • Tidak melampiaskan amarah ketika tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkan (tantrum).

Setiap orang dapat mengembangkan pengendalian diri seiring bertambahnya usia.

Anak-anak memiliki pengendalian diri yang terbatas karena bagian otak yang bertanggung jawab untuk pengendalian emosi masih belum berkembang hingga usia tiga tahun.

Inilah sebabnya mengapa balita lebih banyak menunjukkan perilaku keras kepala, mengamuk tanpa memikirkan konsekuensinya, dan sering gagal dalam memahami suatu situasi di sekitar mereka.

Dengan menerapkan pengendalian diri dapat membantu anak-anak berteman membangun hubungan, dan menemukan arah mereka dalam menjalani kehidupan.

Sebaliknya, anak-anak yang gagal memperoleh pengendalian diri sering kali dapat berjuang untuk membentuk ikatan sosial yang sehat dan kuat, menemukan pasangan hidup, dan menjalani kehidupan yang bahagia.

Baca Juga: Perkembangan Anak 2 Tahun, Apakah Sudah Sesuai dengan Si Kecil?

Cara Mengajarkan Anak Sikap Pegendalian Diri

Foto: anak bicara kasar-1.jpg (allprodad.com)

Foto: mengatasi emosi anak (Orami Photo Stock)

Sebagai orang tua, Moms harus memastikan bahwa Si Kecil dapat berkembang dan belajar untuk mengendalikan hingga mereka tumbuh dewasa.

Anak-anak dengan kontrol diri yang terbatas sering kali menyebabkan diri mereka dalam situasi yang memalukan secara sosial, yang selanjutnya berdampak pada harga diri.

Untuk itu, Moms dan Dads wajib melakukan strategi yang tepat untuk membantu anak mengembangkan keterampilan pengendalian diri.

Berikut beberapa contoh strategi yang bisa para orang tua gunakan, meliputi:

1. Bantu Anak Memahami Emosi yang Dirasakan

Anak kecil umumnya memang masih kekurangan empati dan keterampilan kontrol diri, sehingga mereka sering kali membuat ulah dan tidak mendengarkan omongan orang tuanya.

Hal tersebut tentunya bisa membuat Moms dan Dads kewalahan.

Namun sebagai orang tua, Moms harus memahami bahwa anak sedang mencoba untuk menguasai segala sesuatu yang berada di sekitar mereka.

Anak dapat merasakan banyak emosi, namun mereka tidak dapat mengomunikasikan apa yang mereka alami, sehingga mengarah pada perilaku marah.

Maka dari itu, Moms dapat mengajari mereka kata-kata yang dapat membantu anak dalam mengekspresikan perasaan dan emosi mereka, guna pengendalian diri yang lebih baik.

2. Menjadi Role Model

Anak-anak selalu memerhatikan orang tua dalam menyerap setiap tindakan, kata-kata, dan perilaku.

Dalam melatih pengendalian diri, Moms dapat menunjukkannya secara langsung.

Misalnya, ketika sedang memiliki perasaan marah, Moms bisa mengatakan, “Mama butuh waktu untuk menenangkan diri karena sedang marah,” dan kemudian menghabiskan waktu sendirian di dalam kamar.

Dengan begitu, anak akan menangkap perilaku positif tersebut dan mencontohnya ketika mereka merasa marah atau frustrasi.

3. Berbicara pada Anak

Kebanyakan anak dapat dengan mudah berubah atau kehilangan kendali karena tidak dapat melampiaskan perasaan dan emosi mereka dengan jelas.

Jika Moms melihat anak kehilangan kendali diri dalam suatu situasi, segera berbicara dengan mereka.

Tanamkan kepercayaan pada Si Kecil dan beri tahu mereka bahwa Moms selalu ada untuk mereka jika perlu mendiskusikan suatu masalah.

Jika Moms memiliki anak dengan usia yang sudah cukup besar dan mengalami kesulitan untuk memahami berbagai hal dan masih berjuang untuk mengembangkan pengendalian diri, Moms dapat mendorong mereka untuk memikirkan apa yang menyebabkan mereka bereaksi terhadap situasi yang diaalmi.

Ajari anak untuk memikirkan mengapa mereka marah sebelum menanggapi situasi apa pun, dan pujilah mereka ketika mereka berlatih mengendalikan diri.

4. Melatih Pengendalian Diri Melalui Bermain

Beberapa permainan dapat diintegrasikan ke dalam pelajaran pengendalian diri dan tidak memerlukan banyak peralatan.

Permainan sederhana seperti "lampu merah, lampu hijau" sangat baik dalam memperkenalkan anak-anak pada konsep mengendalikan diri dan memikirkan langkah mereka selanjutnya.

Selain itu, memberi anak-anak kesempatan untuk menulis jurnal atau buku harian mereka sendiri, serta mendorong mereka untuk menggambar atau menulis puisi atau cerita tentang apa yang mereka alami juga dapat menciptakan kreativitas yang dapat membantu anak-anak mengendalikan diri.

Berikut beberapa contoh permainan yang bisa Moms coba dalam mendukung anak dalam mengendalikan diri, meliputi:

  • Jenga (mainan balok yang dimainkan dengan cara memindahkan balok dari susunannya).
  • Bermain pola tepuk tangan.
  • Permainan lampu merah, lampu hijau.

Baca Juga: Mengenal Kemampuan Fungsi Eksekutif dalam Perkembangan Anak

Manfaat Melatih Pengendalian Diri Anak

Foto: wah, ternyata ini 7 tanda anak berbakat jadi pengusaha sukses 7

Foto: anak bahagia (Orami Photo Stock)

Tentunya pengendalian diri sejak dini memberi efek positif bagi kehidupan Si Kecil.

Pengendalian diri merupakan tantangan seumur hidup dan kebiasaan baik yang wajib dibangun sejak dini.

Berdasarkan penelitian di Journal of Psychological Science manfaat pengendalian diri mendasari munculnya kesadaran, yang merupakan ciri kepribadian paling erat kaitannya dengan kesuksesan sekolah dan karier.

Dilansir dari Conerstone University manfaat dari melatih anak melakukan pengendalian diri, antara lain:

  • Membuat pilihan dengan pikiran yang matang dan hasil baik.
  • Stabil dan tidak mudah marah.
  • Sukses dalam bersosialisasi.

Demikian informasi pengendalian diri. Perlu diingat bahwa pengendalian diri adalah salah satu hal yang dilakukan seumur hidup oleh setiap manusia dalam menanggapi setiap situasi yang dilalui.

Untuk itu, terapkan sejak dini pada Si Kecil ya, Moms!

  • //www.momjunction.com/articles/how-to-teach-self-control-for-kids-activities_00763712/
  • //positivepsychology.com/self-control-for-kids/
  • //parentingscience.com/teaching-self-control/
  • //www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4512256/
  • //www.focusonthefamily.com/parenting/teaching-kids-self-control/
  • //www.cornerstone.edu/blog-post/the-critical-importance-of-self-control-and-how-to-grow-in-it/

Page 2

Artikel tentang anak 3-5 tahun memaparkan informasi beragam seputar anak dalam rentang usia 3-5 mulai dari kesehatan, nutrisi hingga perkembangan Si Kecil

Moms tak usah khawatir, karena segala informasi yang tersedia di sini berdasarkan dari sumber penelitian dan ilmu yang telah terbukti kebenarannya.

Bahkan tak jarang pula para ahli yang turut memberikan informasi di dalamnya. Selain membahas kesehatan, di artikel ini juga akan membahas perihal perlengkapan dan mainan yang tepat bagi anak usia 3-5 tahun.

Berbeda dengan rentang usia 2-3 tahun, di usia 3-5 tahun anak dikategorikan sebagai anak preschool atau usia siap sekolah.

Maka dari itu, di rentang usia ini anak-anak akan belajar kemandirian fisik. Mereka mulai berpakaian, memberi makan dan toilet sendiri sementara juga mulai mengembangkan keterampilan sosial dan berteman.

Selain itu, di usia ini pula Si Kecil akan berubah menjadi sosok yang lebih suka berbicara. Jadi Moms dan Dads perlu lebih aktif, ya.

Mereka akan berbicara terus-menerus dan mengajukan banyak pertanyaan karena secara kognitif rentang perhatian mereka meningkat.

Kemampuan Anak Usia 3-5 Tahun

Setelah beberapa perkembangan yang disebutkan di atas, anak usia 3-5 tahun memiliki beberapa kemampuan baru yang mereka kuasai.

Mungkin di rentang usia ini Si Kecil memiliki keterampilan seperti mengenal warna, menunjukkan kasih sayang, senang bermain dengan anak-anak lain bahkan bekerja sama dengan teman sebaya.

Bahkan di rentang usia 3-5 tahun anak akan berubah menjadi sosok yang lebih mandiri dan akan mulai lebih fokus pada kegiatannya.

Seperti yang disinggung sebelumnya, anak di rentang usia ini lebih ingin mengeksplorasi dan bertanya tentang hal-hal di sekitar mereka.

Hal ini pula yang menyebabkan interaksi mereka dengan keluarga dan orang-orang di sekitar mereka semakin intens karena cara berpikir mereka yang kian berkembang.

Selain itu, mungkin di tahap ini juga anak-anak mulai dapat mengendarai sepeda roda tiga atau roda empat. Jadi mungkin Moms harus menjaganya lebih ketat lagi.

Tips Mengasuh Anak Usia 3-5 Tahun

Mengalami masa-masa yang tengah aktif-aktifnya sebagai orangtua Moms perlu mengetahui jenis atau tips mengasuh anak usia 3-5, seperti:

  • Lanjutkan kegiatan membacakan cerita pada anak
  • Biarkan anak membantu dengan tugas-tugas sederhana
  • Dorong anak untuk bermain dengan anak-anak lain. Ini membantunya mempelajari nilai berbagi dan persahabatan
  • Bersikaplah jelas dan konsisten saat mendisiplinkan anak
  • Jelaskan dan tunjukkan perilaku yang orangtua harapkan darinya
  • Bantu anak mengembangkan keterampilan bahasa yang baik dengan berbicara kepadanya dalam kalimat lengkap dan menggunakan kata-kata "dewasa"
  • Bantu dia menggunakan kata dan frasa yang benar
  • Bantu anak melalui langkah-langkah untuk memecahkan masalah ketika dia marah
  • Beri anak pilihan sederhana dalam jumlah terbatas (misalnya, memutuskan apa yang akan dikenakan, kapan harus bermain, dan apa yang harus dimakan untuk camilan)
  • Jauhkan televisi dari kamar tidur anak
  • Tetapkan batas waktu layar untuk anak tidak lebih dari 1 jam per hari untuk menonton atau bermain gadget
  • Pastikan anak mendapatkan jumlah tidur yang disarankan setiap malam: Untuk anak-anak prasekolah 3-5 tahun, 10–13 jam per 24 jam (termasuk tidur siang)

Nutrisi yang Dibutuhkan Anak 3-5 Tahun

Waktu anak berusia 3-5 tahun adalah periode pertumbuhan sosial, intelektual, dan emosional yang cepat.

Sehingga anak-anak pada usia ini membutuhkan makanan dengan gizi seimbang.

Mereka harus makan dari masing-masing kelompok makanan: biji-bijian, sayuran, buah-buahan, susu dan daging.

Sebagai orang tua, penting untuk selalu menawarkan pilihan makanan yang berbeda untuk anak dan memberikan contoh yang baik tentang makan sehat.

Umumnya, anak rentang usia 3-5 tahun harus makan antara 1200-1600 kalori per hari. Namun ini akan bervariasi berdasarkan jenis kelamin, berat dan tinggi, serta tingkat aktivitas.

Dengan begitu, orang tua mungkin harus mendiskusikan kalori keseluruhan dengan dokter atau ahli gizi untuk menemukan jumlah kalori yang tepat.

Berikut ini contoh jumlah asupan yang dibutuhkan oleh anak dengan kategori usia 3-5 tahun, antara lain:

  • 2,5-4 porsi sayuran dan kacang-kacangan per hari
  • 1-1,5 porsi buah per hari
  • 2 porsi daging, ikan, telur atau kacang-kacangan per hari
  • 2 porsi susu, yoghurt, keju per hari

Selain memperhatikan jumlah nutrisi, Moms juga harus memperhatikan tekstur atau ukuran makanan untuk mencegah Si Kecil mengalami kesulitan makan atau tersedak.

Dengan begitu, Moms mungkin perlu menghindari atau memperhatikan beberapa kondisi, seperti:

  • Makanan licin seperti anggur utuh, potongan besar daging, hot dog, permen, dan obat batuk
  • Makanan kecil dan keras seperti kacang-kacangan, biji-bijian, popcorn, keripik, pretzel, wortel mentah, dan kismis
  • Selalu potong makanan menjadi potongan-potongan kecil dan perhatikan anak saat mereka makan

Tak hanya itu, jika anak memiliki beberapa alergi makanan, Moms juga penting untuk mengawasi apa yang mereka makan. Jadi ada baiknya bagi Moms untuk mencegah timbulnya alergi pada Si Kecil.

Beberapa alergi makanan yang paling umum terjadi pada anak-anak adalah susu, telur, kacang tanah, kedelai, gandum, ikan, dan kerang.

Maka dari itu, sebagai orang tua Moms perlu mengetahui kesehatan serta kebutuhan nutrisi Si Kecil memantau perkembangannya di usia-usia rentan seperti fase balita.

Pastikan untuk memenuhi kebutuhan Si Kecil dengan memberikan asupan yang seimbang dan menjaga kebersihan akan mainan dan benda-benda yang kerap digunakan oleh anak.

Yuk, temukan artikel lengkap soal kesehatan, perkembangan serta kebutuhan anak balita hanya melalui Orami Parenting!

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA