Apa saja kelebihan dan kerugian dari pemakaian zat aditif makanan baik yang alami atau yang sintetis

Misalnya saja MSG, yang ditemukan secara alami dalam keju parmesan, sarden, dan tomat dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan MSG yang ditemukan sebagai bahan tambahan pangan dalam makanan.

Beberapa orang mungkin beranggapan bahwa semua bahan tambahan pangan berbahaya, tetapi itu tidak benar. Zat aditif dinyatakan aman untuk dikonsumsi dalam jumlah tertentu.

Di Indonesia sendiri, penggunan zat aditif telah diatur oleh BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan). BPOM menjamin bahan tambahan pangan aman digunakan dalam makanan.

Beberapa orang mungkin sensitif terhadap bahan tambahan pangan tertentu, ia bisa saja memunculkan reaksi alergi, seperti gatal pada kulit atau diare. Namun, ini tidak bisa digeneralisasikan untuk semua bahan tambahan pangan.

Beberapa bahan tambahan makanan yang mungkin dapat menyebabkan masalah pada beberapa orang adalah sebagai berikut.

  • Penambah rasa, seperti monosodium glutamat (MSG) 621
  • Pewarna makanan, seperti tartrazine 102, yellow 2G107, sunset yellow FCF110, cochineal 120
  • Pengawet makanan, seperti benzoat 210, 211, 212, dan 213, nitrat 249, 250, 251, 252, sulfit 220, 221, 222, 223, 224, 225, dan 228
  • Pemanis buatan, seperti aspartam 951

Beberapa minuman dan makanan kemasan dengan embel-embel “rasa asli” kadang mendapatkan rasanya dengan bantuan perasa buatan.

Penelitian yang dilakukan pada hewan menemukan bukti bahwa perasa buatan ini memiliki beberapa efek negatif terhadap kesehatan jika dikonsumsi secara berlebihan.

Sebuah penelitian yang dikutip dari Healthline menyatakan bahwa produksi sel darah merah pada tikus berkurang setelah diberikan perasa buatan selama tujuh hari berturut-turut.

Selain itu, perasa buatan tertentu seperti coklat dan stroberi memiliki efek racun pada sel sumsum tulang. Sementara perasa anggur, plum, dan jeruk dapat menghambat pembelahan sel dan memiliki efek racun bagi sumsum tulang. Namun, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk melihat efeknya pada manusia.

Maka, ada baiknya untuk membatasi konsumsi makanan dengan perasa buatan. Usahakan untuk membeli makanan atau minuman yang diracik menggunakan bahan-bahan alami untuk bisa menikmati rasa aslinya.

8. Lemak trans

Lemak trans (trans fat) merupakan minyak sayur terhidrogenasi yang biasanya ditemukan dalam margarin, biskuit, pop corn, makanan yang digoreng, hingga krimer.

Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa lemak trans dapat meningkatkan kolesterol jahat LDL yang lambat laun meningkatkan risiko penyakit jantung.

Untuk itu, ada baiknya untuk membatasi konsumsi makanan yang mengandung lemak trans. Selain itu, gunakan jenis minyak nabati lain yang lebih aman untuk memasak seperti minyak zaitun, minyak kanola, dan minyak biji bunga matahari.

Batasi konsumsi makanan yang mengandung zat tambahan

Selain delapan jenis zat aditif di atas, sebenarnya masih banyak lagi zat kimia yang ditambahkan ke dalam makanan cepat saji. Semakin banyak porsi yang Anda konsumsi dan beragam jenisnya, semakin tinggi pula risikonya untuk kesehatan.

Oleh sebab itu, ada baiknya untuk membatasi konsumsi makanan olahan dan kemasan yang banyak mengandung zat aditif. Siasati dengan memasak sendiri menggunakan bahan-bahan alami nan segar. Untuk menguatkan rasa, Anda bisa gunakan berbagai rempah penyedap daripada pakai garam atau MSG.

Jakarta -

Zat aditif adalah bahan-bahan yang biasanya ditambahkan pada makanan atau minuman dalam proses pengolahan dan penyimpanan untuk menguatkan rasa, mempercantik tampilan, mengawetkan, dan lain-lain.

Nah, zat aditif ini berbeda dengan zat adiktif. Zat adiktif itu merupakan zat yang menimbulkan ketergantungan atau ketagihan. seperti contohnya kafein yang terdapat dalam kopi.

Dikutip dari Modul Ilmu Pengetahuan Alam Paket B Setara SMP/MTs Kelas VIII bertema "Transportasi pada Tubuh Makhluk Hidup" karya Muhammad Noval, sumber zat aditif terdiri atas alami, non alami atau sintetik.

Sumber zat aditif alami berasal dari tumbuh-tumbuhan, seperti gula untuk pemanis makanan, daun pandan, dan vanila untuk pengaroma. Sedangkan yang non-alami biasanya berasal dari pengawet garam (asinan makanan).

Sumber sintetik atau buatan berasal dari bahan kimia, yang memiliki sifat serupa dengan zat alami sejenis. Penggunaan zat aditif juga sintetik secara berlebihan akan berbahaya bagi tubuh manusia, karena berdampak pada kesehatan.

Fungsi Zat Aditif

Berdasarkan fungsinya, zat aditif pada makanan dan minuman dikelompokkan menjadi pengawet, pemanis, penyedap rasa, pengenyal dan pewarna.

Seperti diketahui, makanan yang biasa dikonsumsi manusia seperti sayuran, buah, susu dan daging kebanyakan tersusun dari zat organik yang sifatnya sangat mudah busuk. Pemberian zat pengawet dilakukan untuk menghambat proses peruraian oleh bakteri atau jamur. Tujuannya adalah agar makanan dan minuman dapat lebih lama bertahan untuk disimpan.

Contoh zat aditif yang banyak digunakan sebagai pengawet:
- Zat aditif alami dan non-alami: gula, garam, dan asam cuka.
- Zat sintetik asam: propionat, asam benzoat, natrium benzoat, asam askorbat, asam etanoat, natrium nitrat (NaNO3), dan natrium nitrit.

Beberapa pengawet yang tidak boleh digunakan dalam mengawetkan makanan adalah formalin dan boraks. Formalin digunakan untuk mengawetkan mayat saja, jika digunakan untuk mengawetkan makanan manusia risikonya adalah kanker. Sedangkan penggunaan boraks pada makanan dapat menyebabkan gangguan pada sistem saraf, ginjal, dan hati.

Namun, kenyataannya penggunaan zat tersebut masih banyak digunakan dalam pengolahan makanan bakso oleh pihak-pihak nakal yang tidak bertanggung jawab.

Penggunaan zat pemanis digunakan untuk menambahkan rasa manis pada makanan.

Contoh zat aditif yang banyak digunakan sebagai pemanis:

- Zat aditif alami: madu, gula tebu, gula kelapa, gula aren, dan pemanis dari buah-buahan yang dapat dicerna oleh tubuh, dan berfungsi sebagai sumber energi.

- Zat sintetik: sakarin, aspartam, natrium siklamat, magnesium siklamat, dan dulsin. Tingkat kemanisan pada zat pemanis sintetik dapat puluhan hingga ratusan kali lipat lebih manis dari zat pemanis alami, sehingga zat ini tidak dapat dicerna oleh tubuh. Ciri zat pemanis sintetik adalah adanya sensasi rasa pahit.

Penggunaan zat pemanis sintetik secara berlebihan pada manusia sangatlah berbahaya, karena dapat berpotensi menimbulkan kanker dan gangguan sistem pencernaan.

Penggunaan penyedap rasa bertujuan untuk menambah cita rasa makanan agar terasa lebih sedap dan tidak hambar.

Contoh zat aditif yang banyak digunakan sebagai penyedap rasa:

- Zat aditif alami: cabai dan lada sebagai perasa pedas, garam, gula, daun salam, daun jeruk, lengkuas dan lain-lain.

- Zat aditif sintetik: vetsin atau MSG (monosodium glutamat) dan essence.
Essence dikenal sebagai peniru aroma dan rasa buah-buahan, yang terdiri dari oktil asetat (jeruk), amil asetat (pisang), etil butirat (nanas), amil valerat (ape) dan propil asetat (pear).

Dampak dari penggunaan vetsin berlebihan dapat menimbulkan sesak napas, rasa mual, sakit kepala, mudah dan mudah letih.

Penggunaan zat aditif sebagai zat pengenyal adalah untuk mengenyalkan makanan. Zat aditif yang digunakan untuk mengentalkan makanan, biasanya akan dicampurkan dengan air.

Contoh zat aditif yang banyak digunakan sebagai pengenyal:

Zat aditif alami: agar-agar, gelatin dan pati (tepung) dan gum (untuk pembuatan permen karet).

Zat aditif sintetik: yang diperbolehkan hanya foodgrade (untuk makanan/minuman manusia).

Penggunaan zat pewarna digunakan untuk memperindah tampilan makanan agar terlihat lebih menarik.

Contoh zat aditif yang banyak digunakan sebagai pewarna:
- Zat aditif alami: kunyit untuk warna kuning, daun pandan untuk warna hijau, wortel untuk warna oranye, warna coklat dari olahan buah coklat, , fast green pewarna hijau, benzil untuk warna violet/ungu.

- Zat aditif sintetik: eritrosin untuk warna merah, fast green pewarna hijau.

Zat aditif pewarna alami memang lebih aman jika digunakan. Namun, kelebihan dari pewarna sintetik adalah pilihan warna lebih banyak, dan tahan lama.

Penggunaan pewarnaan makanan dan minuman yang dilarang adalah pewarna tekstil. Ciri dari pewarna tekstil adalah warnanya yang terlalu mencolok. Contoh dari pewarna tekstil yang berbahaya, yaitu rhodamin B (pewarna merah) , dan metanil yellow (pewarna kuning).

Sayangnya, kenyataan di lapangan menunjukkan masih banyak yang menggunakan pewarna tekstil untuk makanan, karena harganya murah. Pewarna tekstil jika digunakan dapat menimbulkan efek karsinogen yang bisa menyebabkan kanker.

Simak Video "Kata Dokter Soal Pemanis Buatan untuk Pengidap Diabetes"



(pal/pal)