Apa yang anda ketahui tentang baron van hoevell

Indonesia merdeka dengan susah payah setelah berhasil melepaskan diri dari penjajahan Belanda dan Jepang. Berbagai elemen masyarakat meliputi para pemuda hingga tokoh lintas agama seluruhnya berjuang demi merebut kemerdekaan ibu pertiwi.

Namun yang unik, ternyata ada beberapa orang dari negeri penjajah Belanda atau blasteran Indo-Belanda yang justru all out dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini. Hal itu didasarkan atas rasa cinta dengan Indonesia yang mengalahkan rasa cintanya pada kampung halamannya sendiri.

Berikut ini ulasan mengenai orang-orang Belanda yang rela mati-matian berjuang untuk Indonesia.

Baron van Hoevell

Baron van Hoevell dikenal sebagai seorang pendeta yang juga negarawan asal Belanda. Dilansir dari laman boombastis.com, selama bertugas di Batavia pada tahun 1848, ia kerap memprotes kebijakan-kebijakan pemerintah kolonial Belanda yang dianggap tidak pro rakyat. Akibat perbuatannya, Baron sempat diusir oleh pemerintah Belanda lantaran dianggap radikal.

Baron juga paling vokal menolak program tanam paksa atau cultuurstelsel yang diterapkan Belanda terhadap rakyat Indonesia. Ia memang konsisten berjuang demi kesejahteraan rakyat pribumi di mana salah satunya ialah pengembangan pendidikan layak tanpa adanya diskriminasi.

Eduard Douwes Dekker alias Multatuli

Eduard Douwes Dekker atau yang dikenal dengan panggilan Multatuli termasuk tokoh Belnda yang memberi sumbangsih besar terhadap perjuangan rakyat Indonesia. Ia bahkan sampai menulis buku berjudul Max Havelaar (1860) yang berisi sindiran kepada pemerintah kolonial Belanda yang hobi menyiksa banyak orang bumi ibu pertiwi.

Buku tersebut intinya berisi penderitaan rakyat Indonesia yang akhirnya membuat semangat perjuangan semakin kuat bergelora. Disebutkan pula bahwa perilaku tentara kolonial saat itu sangat kejam yang memperlakukan rakyat Indonesia seolah seperti hewan ternak.

Ernest Francois Eugene Douwes Dekker

Pria berdarah Belanda yang masih kerabat dengan Multatuli ini lahir dan besar di Pasuruan, Jawa Timur. Salah satu tokoh dari Tiga Serangkai bersama dr Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat ini yang mengenalkan nama Nusantara sebagai pengganti Hindia Belanda.

 

Ia sempat dibuang ke Suriname oleh pemerintah Belanda hingga akhirnya tiba di Yogyakarta pada tahun 1947 untuk kembali berjuang untuk Indonesia. Ia meninggal dunia tiga tahun setelahnya dan mendapat gelar Pahlawan Nasional.

Baca Juga: Wujudkan Indonesia Sehat 2025, Lifebuoy dan Halodoc Berkolaborasi Berikan Akses Layanan Kesehatan Gratis

Johannes Cornelis Princen

Salah seorang serdadu Belanda yang akrab dipanggil Poncke Princen ini ikut membela Indonesia melawan negaranya sendiri pada tahun 1948.

Keberpihakannya kepada Indonesia bermula dari kebenciannya atas pemerintah kolonial Belanda yang menolak memberi kemerdekaan secara utuh bagi Indonesia.

Ia lalu memutuskan bergabung dengan para pejuang Indonesia dan terlibat dalam serangan umum 1 Maret 1949 dengan bergabung bersama Divisi Siliwangi. Atas aksi heroiknya itu, Poncke kemudian meraih anugerah Bintang Gerilya dari Presiden Soekarno.

Mohammad Husni Thamrin

Husni Thamrin merupakan pejuang blasteran Indo-Belanda. Ayahnya merupakan orang Belanda yang menikahi wanita Betawi. Namun, sepeninggal ayahnya, ia diasuh oleh keluarga dari ibu hingga tidak menyandang nama Belanda.

Lantaran sejak kecil menyaksikan penderitaan rakyat pribumi akhirnya ia memutuskan memerangi pemerintah kolonial Belanda.

Ia pernah memimpin pemberontakan rakyat Betawi untuk melawan penindasan Belanda. Namun sayang, ajal menjemputnya terlalu cepat. Disinyalir, ia dibunuh saat mendekam di penjara. Atas dedikasinya terhadap negara, Husni Thamrin mendapat gelar Pahlawan Nasional Indonesia.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA