Apa yang dimaksud dengan bullish dan bearish

Memasuki dunia saham bagi pemula bukanlah hal yang mudah. Terlebih lagi jika kita ingin berinvestasi pada instrumen saham yang cukup rumit. Ketika bermain saham, Kita akan menemukan beberapa istilah yang cukup asing dan tidak pernah kita dengar sebelumnya, bullish adalah salah satunya.

Bullish adalah istilah dalam saham yang menggambarkan suatu tren positif di pasar modal. Jika hal ini terjadi, maka para investor seharusnya tidak perlu khawatir tentang investasinya.

Pengertian Bullish

Ketika terjun di dunia saham, Kita akan banyak bertemu istilah-istilah khusus yang digunakan para investor. Mereka akan menggunakan istilah-istilah tersebut untuk menggambarkan kondisi pergerakan harga saham yang penting untuk diketahui.

Bullish adalah istilah saham yang sering disandingkan dengan istilah lainnya yaitu bearish. Bila melihat pergerakannya, Bullish menggambarkan kondisi pasar dimana tren-nya sedang menguat.

Bullish adalah istilah yang diambil dari Bahasa Inggris “Bull” yang berarti banteng, yang gerakannya menyerang dan mengangkat tanduknya keatas.

Secara filosofis, istilah Bullish adalah berasal dari gerakan hewan banteng yang menyeruduk dan mengarah ke atas. Gerakan tersebut menandakan performa pasar yang sedang mengalami kenaikan.

Di beberapa kantor bursa efek dunia, Bull menjadi suatu landmark yang mengartikan bahwa indeks saham di negara mereka akan selalu mengalami penguatan atau Bullish.

Bullish adalah suatu istilah yang juga populer dalam dunia trading forex. Suatu kondisi dimana harga saham sedang menguat secara berkelanjutan pada suatu periode tertentu. Penguatan tersebut terjadi dalam beberapa aspek finansial dan sektor bisnis.

Istilah Bullish juga sering dilontarkan kepada para trader ketika kondisi aset finansial mereka belum menunjukan adanya pergerakan naik.

Sedangkan khusus pada trading Forex, sebutan bullish lebih mengacu kepada kondisi Base currency dari pasangan mata uang yang menguat nilainya, sedangkan Quote currency-nya mengalami penurunan (Uptrend).

Baca juga: Forex Adalah Jenis Investasi yang Populer Di Masyarakat, Ini Penjelasannya!

Faktor-Faktor Penyebab Bullish pada Saham

Terjadinya pergerakan naik pada saham, tentunya diakibatkan sebuah faktor. Dalam hal ini, Bullish adalah suatu trend penguatan yang terjadi karena euphoria pasar.

Dalam dunia saham, Bullish adalah suatu trend penguatan yang disebabkan oleh beberapa faktor. Beberapa faktor terjadinya kondisi bullish adalah sebagai berikut:

  1. Pasar Saham mengalami bullish ketika kondisi ekonomi memang sudah kuat dalam jangka waktu tertentu
  2. Saham mengalami bullish juga karena Produk Domestik Bruto (PDB) yang menguat
  3. Kondisi sektor usaha dan bisnis yang sedang berkembang
  4. Kepercayaan para investor juga ikut mempengaruhi pasar saham sehingga menyebabkan bullish
  5. Ketika kondisi bullish terjadi, umumnya akan diiringi dengan meningkatnya tren jumlah perusahaan yang mencatatkan saham pertamanya di lantai bursa.
  6. Kondisi pertumbuhan laba industri yang baik

Bullish vs Bearish

Sebenarnya istilah Bullish dalam pasar saham tidak tunggal. Istilah ini sering dikaitkan dengan istilah lainnya yaitu Bearish.

Bullish adalah tren penguatan pada harga saham. Sementara Bearish adalah sebaliknya, tren penurunan pada saham.

Seperti yang telah diulas sebelumnya, kondisi bullish dapat terjadi karena beberapa faktor, termasuk kondisi perekonomian di suatu negara yang mengalami pertumbuhan secara positif. Kondisi bullish dalam pasar saham biasanya ditandai dengan warna hijau.

Sebagai investor yang menggunakan instrumen saham, maka kita bisa menyimpulkan kondisi bullish yang mengindikasikan 2 hal penting yaitu:

  1. Indeks Pasar diindikasikan sedang mengalami peningkatan dengan average 20%
  2. Para Investor sedang merasa optimis dengan tren ini

Kondisi bearish adalah suatu kondisi pasar saham yang menggambarkan kebalikan dari kondisi bullish tadi. Gambaran yang muncul dalam bearish adalah pasar saham yang mengalami penurunan bahkan melemah, diikuti penurunan indeks harga saham secara keseluruhan.

Ketika bearish terjadi, para investor akan mengalami panic selling, Dimana mereka akan menjual saham miliknya.

Penyebab tren penurunan ini juga diakibatkan beberapa faktor seperti defisit neraca perdagangan, perekonomian yang melambat, hingga laba industri yang bernilai negatif. Ketika kondisi Bearish terjadi di pasar saham, maka akan ditandai dengan warna merah.

Sebagai investor yang melihat kondisi bearish, kita dapat mengindikasikan bahwa:

  1. Indeks pasar sedang mengalami penurunan hingga 20%
  2. Tanda merah yang berarti para investor sedang pesimis terhadap kondisi ekonomi yang melemah

Sikap Investor Menghadapi Kondisi Bullish

Kondisi Bullish akan terjadi dan tidak bisa dihindari oleh para pelaku pasar. Begitu juga dengan kondisi sebaliknya bearish yang memperlihatkan tren penurunan. Namun akan terjadi dengan diikuti kenaikan harga saham yang cukup tinggi.

Sebagai investor, sebaiknya jangan khawatir jika bullish terjadi. Selama kita berada dalam “time frame” investasi jangka panjang, serta memilih saham yang fundamentalnya bagus, kondisi Bullish bukan masalah.

Justru ketika ini terjadi, para investor bisa memanfaatkanya untuk mendapatkan saham dengan harga murah.

Baca juga: Google Finance: Platform Penting Untuk Bantu Kegiatan Investasi Anda

Kesimpulan

Kondisi bullish adalah suatu kondisi di pasar saham yang biasa terjadi. Para investor sebaiknya mengambil sikap yang positif ketika tren penguatan pada harga saham ini terjadi.

Sebaliknya jika kondisi bearish yang terjadi, para investor juga sebaiknya jangan terlalu pesimis karena biasanya kondisi tersebut akan diikuti dengan kenaikan harga saham yang lebih tinggi meskipun bersifat fluktuatif.

Jika Anda merasa investasi saham sepertinya lebih berisiko, dan sebagai investor Anda belum siap untuk menghadapi kondisi bearish maupun bullish, sebaiknya Anda lebih berfokus pada bisnis yang sedang berkembang dan berinvestasi pada software akuntansi dan bisnis.

Seperti software akuntansi dan bisnis dari Accurate Online yang sudah terintegrasi dan mampu menyajikan laporan keuangan dengan cepat dan akurat. Software seperti ini adalah bentuk investasi yang baik, karena mampu meningkatkan performa perusahaan menjadi lebih baik lagi.

Software akuntansi dan bisnis dari Accurate Online ini sudah dipercaya oleh lebih dari 300 ribu pebisnis di wilayah Indonesia. Software ini juga sudah mendapatkan penghargaan Top Brand Award hingga 6 kali berturut-turut, hingga tahun 2021.

Penghargaan ini didapatkan karena Accurate Online secara konsisten telah membantu para pebisnis di Indonesia agar lebih sukses dalam menjalankan bisnisnya.

Beberapa fitur yang tersedia dalam software akuntansi dan bisnis ini dapat mempermudah para pebisnis mengelola usahanya, seperti fitur pembelian, penjualan, perpajakan, bank, kas dan lain sebagainya. Software ini juga sangat user friendly, karena mudah dioperasikan sekalipun oleh pemula.

Tunggu apa lagi? Klik banner di bawah ini supaya bisa mencoba seluruh fitur menarik dari Accurate Online selama 30 hari, gratis!

Mampu mengidentifikasi tren pasar saham adalah bagian penting dari investasi dan perdagangan. Tetapi apakah kamu memiliki kemampuan untuk mengenali tanda-tanda sebelum pasar saham bergerak ke arah tertentu? Pergerakan pasar saham menuju arah tertentu inilah yang disebut dengan tren pasar. Terdapat dua istilah yang terkenal dalam tren pasar saham, yaitu tren bullish dan bearish. Lalu, apa beda keduanya dan apa saja indikator untuk mengetahui tren pasar yang sedang bullish atau bearish? Simak penjelasan selengkapnya di bawah ini.

Apa itu bullish?


Bullish adalah tren kenaikan harga saham. (Sumber: hpp-investor)

Bersumber dari Economic Times, tren bullish adalah tren kenaikan harga saham industri atau kenaikan indeks pasar secara keseluruhan, yang ditandai dengan kepercayaan investor yang tinggi. Kondisi pasar bullish adalah kondisi ketika investor optimis, biasanya juga ditandai dengan peningkatan indeks pasar sebesar 20 persen. Istilah bullish berasal dari bagaimana banteng sebagai binatang yang menyerang dengan menyapukan tanduknya ke atas, yaitu ke arah yang sama seperti yang diharapkan investor yang optimis.

Baca juga: 10 Sekuritas terbaik Indonesia yang aman digunakan untuk investasi saham

Apa itu bearish?


Bullish dan bearish adalah dua istilah dalam tren pasar saham. (Sumber: Brooksy)

Tren bearish di pasar keuangan dapat didefinisikan sebagai tren penurunan harga saham industri atau penurunan indeks pasar secara keseluruhan. Tren bearish ditandai dengan pesimisme investor yang kuat tentang skenario penurunan harga pasar. Pasar yang mengalami tren penurunan harga dalam jangka panjang disebut sebagai bear market. Sedangkan orang menyebut saham bearish untuk merujuk pada saham yang harganya sedang turun. Penurunan harga sekitar 20 persen diidentifikasi sebagai tren bearish.

Baca juga: IPO adalah: Pengertian, cara kerja, dan kelebihanya

Bedanya bullish dan bearish


Bullish bisa ditandai dengan ekonomi yang menguat. (Sumber: Yahoo)

Agar lebih mudah memahami perbedaan antara bullish dan bearish, kamu dapat melihat perbedaan karakteristik antara keduanya dalam tabel berikut ini. 

Bullish Bearish
Periode kenaikan harga saham yang berkepanjangan (biasanya setidaknya 20% atau lebih selama minimal dua bulan). Periode penurunan harga saham yang berkepanjangan.
Ekonomi yang kuat atau menguat. Ekonomi yang lemah atau melemah.
Kepercayaan dan optimisme investor yang tinggi. Kepercayaan dan optimisme investor yang rendah.

Baca juga: ROE adalah: Pengertian, 2 faktor yang memengaruhi, dan cara menghitungnya

Penyebab naik turunnya harga saham


Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan bullish. (Sumber: Pexels)

Naik dan turunnya harga saham tentu tidak terlepas dari berbagai faktor. Berikut ini adalah beberapa faktor penyebab naik dan turunnya harga saham.

Manipulasi harga saham biasanya dilakukan oleh investor yang memiliki modal besar dan telah memiliki pengalaman yang tinggi dalam dunia saham. Cara mereka melakukan manipulasi harga saham adalah dengan memanfaatkan media massa. Manipulasi ini bisa dilakukan dengan meningkatkan atau menurunkan harga saham, sesuai dengan tujuan mereka. 

Meskipun begitu, faktor ini seringnya tidak akan bertahan dalam jangka waktu yang panjang karena bagaimanapun harga saham akan bergantung pada keadaan fundamental perusahaan yang bisa dilihat melalui laporan keuangan.

2. Kepanikan

Sering terjadi investor akan menjual sahamnya dalam keadaan panik karena takut harga saham menjadi lebih turun lagi dengan adanya berita yang memicu sentimen negatif pasar. Fenomena ini sering disebut sebagai panic selling. Tindakan panic selling ini tentu diakibatkan oleh emosi dan ketakutan sesaat sehingga mengabaikan analisis yang lebih rasional. Dengan berita negatif dan tindakan panic selling secara massal ini akan mengakibatkan jatuhnya harga saham dalam periode waktu tertentu. 

Tipsnya, jangan menjual saham yang kamu miliki dalam keadaan panik. Tetap lakukan analisis secara fundamental untuk menemukan jawaban apakah saham yang sedang diberitakan negatif tersebut masih layak untuk ditahan dalam jangka panjang. Ingat kembali bahwa pergerakan dalam pasar saham memang bersifat fluktuatif.

3. Pergerakan rupiah terhadap mata uang asing

Kurs rupiah yang melemah atau menguat terhadap mata uang asing menjadi salah satu faktor yang menyebabkan naik atau turunnya harga saham. Contoh kasusnya dapat dilihat ketika kurs rupiah melemah terhadap USD, maka harga-harga saham dalam IHSG atau Indeks Harga Saham Gabungan juga ikut melemah. Adanya fluktuasi kurs ini tentu bisa berdampak positif maupun negatif bagi perusahaan-perusahaan tertentu, khususnya yang memiliki beban utang mata uang asing.

4. Isu global

Faktor lain seperti keadaan perekonomian global, hubungan perdagangan antar negara, situasi sosial, politik dan keamanan, serta isu-isu lainnya tentu memberikan sentimen kepada perdagangan saham. Misalnya, kenaikan kasus COVID-19 yang diikuti langkah lockdown akan berpotensi mendorong harga-harga saham secara umum menjadi terkoreksi.

5. Kondisi ekonomi makro

Faktor selanjutnya yang berpengaruh adalah kondisi ekonomi makro. Beberapa kondisi yang berdampak langsung terhadap naik turunnya harga saham antara lain:

  • Kenaikan atau penurunan suku bunga yang diakibatkan kebijakan bank sentral Amerika (Federal Reserve).
  • Kenaikan atau penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dan nilai ekspor impor yang berakibat langsung pada nilai tukar rupiah terhadap USD.
  • Tingkat inflasi
  • Pengangguran yang tinggi yang diakibatkan berbagai faktor seperti keamanan, kesehatan, dan politik.

Baca juga: Rapat umum pemegang saham dan segala seluk beluknya

Cara menghadapi bullish dan bearish


Cara menghadapi bullish dan bearish adalah mengelola risiko secara efektif. (Sumber: Pexels)

Memprediksi arah pasar tentu saja sulit, tetapi itu tidak berarti kamu tidak boleh menentukan posisi. Dengan mengelola risiko secara efektif, kamu akan dapat melindungi modal dan meminimalkan kerugian terlepas dari apakah prospek bullish atau bearish. Kondisi naik dan turun harga saham memang wajar. Jika memang sedang terjadi tren bearish  pada saham yang berfundamental bagus yang kamu pegang, kamu tidak perlu khawatir apalagi hingga melakukan panic selling yang menyebabkan kerugian. 

Selain itu, kamu sebaiknya juga melakukan analisa teknikal, selain untuk meminimalisir kerugian, melakukan analisis teknikal juga bisa membantu kamu untuk mengetahui kapan waktu tepat untuk membeli dan menjual saham.

Baca juga: 15 Orang terkaya di dunia 2021 dan bisnis yang dimilikinya

Indikator untuk mengetahui bullish dan bearish


Indikator bullish bisa diketahui dengan melihat moving average. (Sumber: Pexels)

Untuk mengetahui apakah tren pasar sedang bullish atau bearish, kamu dapat melihat kepada beberapa indikator di bawah ini.

1. Moving average

Moving average adalah salah satu metode paling populer untuk mengidentifikasi tren pasar. Ketika pasar berada di atas level moving average, itu adalah bullish. Jika di bawah, itu adalah bearish. Tetapi metode ini memiliki beberapa kelemahan, tergantung pada periode yang kamu lihat. Tipsnya, kamu bisa memakai dua moving average. Yang satu harus lebih lambat yang lain lebih cepat. Dan, ketika yang lebih cepat di atas lebih lambat maka menandakan pasar bullish, sedangkan ketika di bawahnya, maka menandakan pasar bearish.

2. Candlestick

Pola candlestick menjadi alat yang telah digunakan selama berabad-abad untuk memprediksi arah harga. Ada berbagai pola candlestick yang digunakan untuk menentukan arah dan momentum harga, termasuk three line strike, two black gapping, three black crows, evening star, dan abandoned baby. 

3. Bandingkan dengan IHSG

Cara lain yang dapat kamu gunakan untuk mengetahui apakah pasar sedang mengalami bearish atau bullish adalah membandingkannya dengan IHSG. Membaca tren pergerakan IHSG adalah penting untuk menentukan keputusan-keputusan dalam berinvestasi saham. Tipsnya, jika IHSG naik secara tajam dalam sehari, sebaiknya hindari membeli saham saat momen tersebut. Sebaliknya, jika IHSG mengalami penurunan tajam, kamu disarankan untuk melakukan pembelian saham dengan tetap melakukan analisis fundamental terlebih dahulu.

Namun, perlu diketahui bahwa penggunaan satu indikator saja tidak cukup kuat, kamu tetap disarankan untuk melakukan analisis teknikal atau fundamental agar mendapatkan hasil yang lebih baik.

Baca juga: 9 Cara meningkatkan kemampuan problem solving

Itulah beberapa penjelasan mengenai bullish dan bearish mulai dari pengertian, perbedaan, hingga indikator untuk mengetahui bullish dan juga bearish. Selalu ingat untuk berhati-hati dalam melakukan pembelian atau penjualan saham dan jangan hanya bergantung pada satu indikator saja. 

Sukses dalam berinvestasi pun semakin baik jika didukung dengan karier yang sukses pula. Jika kamu tertarik berpindah kerja dan mengembangkan karier, kamu bisa mendaftarkan diri melalui EKRUT untuk berbagai peluang kerja yang dapat disesuaikan dengan minatmu. 

Dapatkan juga berbagai tips & insight menarik untuk pengembangan karier kamu melalui YouTube EKRUTtv.

Sumber:

  • Economic Times
  • Investopedia

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA