Apa yang dimaksud dengan emulgator dan Koloid pelindung

Kestabilan Koloid, Sistem, Penambahan Ion dan Emulgator, Dialisis, Kimia - Pernahkah kalian mengamati apa yang terjadi jika susu atau darah didiamkan tanpa ada pengaruh dari luar? Ternyata koloid tersebut mengalami pengendapan dan akhirnya menggumpal. Penggumpalan ini disebabkan oleh adanya penetralan muatan partikel koloid oleh ion yang berlawanan dengan muatan koloid, sehingga mengakibatkan terjadinya penggabungan partikel-partikel koloid menjadi suatu agregat yang lebih besar. Bagaimana caranya agar tidak terjadi penggumpalan supaya koloid tersebut tetap stabil? Perhatikanlah uraian berikut.

a. Penambahan ion

Kalian telah mengetahui bahwa koloid dapat bermuatan dengan cara menyerap ion. Setelah partikel koloid bermuatan, maka akan terjadi tolak-menolak sesamanya sehingga tidak akan terjadi penggumpalan dan tetap stabil. Contohnya, koloid Fe2CO3 menjadi stabil ketika ditambahkan/menyerap ion Fe5+.

b. Dialisis

Telah dijelaskan di atas bahwa terjadinya penggumpalan koloid disebabkan adanya ion yang bermuatan berbeda dengan koloid tersebut sehingga menjadi netral. Cara mencegah koagulasi tersebut adalah dengan mengeluarkannya secara dialisis. Dialisis adalah proses mengeluarkan ion yang ada dalam koloid dengan cara memasukkan koloid ke dalam kantong yang terbuat dari selaput semipermeabel, kemudian dialiri cairan murni secara terus-menerus, maka molekul kecil atau ion yang terdapat dalam koloid akan menembus selaput semipermeabel den terbawa keluar, sehingga koloid akan stabil dan murni kembali.

c. Penambahan emulgator

Kalian tentu mengetahui bahwa jika air dan minyak tidak dapat dicampur. Tetapi, jika keduanya dikocok dengan kuat, akan terjadi suatu koloid minyak dalam air (oil in water). Keadaan koloid ini tidak akan stabil dan bertahan lama karena air dan minyak tetap akan memisah. Namun, jika kalian menambahkan sabun dalam campuran tersebut, maka partikel minyak tetap akan teremulsi dalam air membentuk misel-misel. Sabun di sini bertindak sebagai emulgator minyak dalam air.

Apa yang dimaksud dengan emulgator dan Koloid pelindung
Gambar 1. Emulsi minyak dalam air (o/w). Ekor dari anion asam lemak yang hidrofobik akan bercampur, sehingga kepalanya yang bermuatan negatif dan bersifat hidrofilik akan mengarah ke pelarut air.

Dalam istilah kimia, emulgator sering disebut juga dengan surfaktan atau zat aktif permukaan. Zat ini dapat meningkatkan sifat rambatan suatu cairan pada suatu obyek. Sifat zat semacam ml dimanfaatkan untuk menurunkan tegangan permukaan suatu cairan, sehingga dua jenis cairan yang berbeda dapat bercampur dengan ditambahkannya surfaktan. (Mulyono, 2006, hlm. 398)

Anda sekarang sudah mengetahui Kestabilan Koloid. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.

Referensi :

Premono, S. A. Wardani, dan N. Hidayati. 2009. Kimia : SMA/ MA Kelas XI. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 282.

Tags :

Apa yang dimaksud dengan emulgator dan Koloid pelindung

Koloid pelindung adalah suatu bentuk campuran kasar yang ditambahkan pada ke dalam suatu sistem koloid agar stabil. Fungsi koloid pelindung adalah untuk melindungi koloid yang diberi koloid pelindung lebih stabil.

Oleh karena itu, koloid pelindung merupakan koloid yang ditambahkan untuk menstabilkan koloid.


Pengertian dan Contoh Koloid Pelindung

     Agar koloid tetap stabil dapat ditambahkan suatu koloid lain yang dapat melindungi koloid tersebut sehingga tidak terkoadiasi. Koloid tersebut dinamakan koloid pelindung yang akan membungkus partikel koloid yang dilindungi. Koloid pelindung juga ditambahkan koloid yang sifatnya tidak stabil.


Koloid pelindung sering digunakan pada sistem emulsi (cair dalam air). Koloid pelindung yang berfungsi menstabilkan koloid yang berupa emulsi dinamakan emulgator.

*Contoh emulgator digunakan dalam mayones, margarin.
Dengan adanya emulgator zat yang ada emulsi antara(minyak dan air) yang seharusnya tidak bisa bersatu menjadi bersatu, jadi emulgator diperlukan untuk menjaga kestabilan emulsi.

*contoh emulgator: lesitin=mayonaise, soyben= margarine, kasein= susu, gelatin= es cream. 


Page 2

Majalah Farmasetika – Pernahkan anda mendengar ungkapan minyak dan air tak mungkin bersatu? Padahal keduanya sama-sama zat cair. Namun ternyata kedua zat cair ini memiliki perbedaan yang tak tampak.

Mengapa minyak dan air tidak bersatu?

Minyak dan air memiliki massa jenis yang berbeda. Massa jenis air lebih besar dari pada massa jenis minyak, itulah yang menyebabkan jika minyak dicampurkan dengan air maka minyak akan selau berada di lapisan atas.

Fenomena ini dapat terjadi karena adanya tegangan permukaan. Tegangan permukaan adalah suatu kecenderungan permukaan zat cair untuk menegang sehingga permukaannya seperti ditutupi oleh suatu lapisan kulit tipis, karena adanya gaya tarik menarik sesama molekul fluida yang disebut gaya kohesi.

Tegangan permukaaan disebabkan oleh adanya gaya kohesi dan adesi. Kohesi adalah gaya tarik-menarik antar partikel sejenis (partikel-partikel suatu zat tidak dapat bergabung dengan partikel zat lain). Adhesi adalah gaya tarik menarik antar partikel yang berlainan jenis (partikel suatu zat dapat bergabung dengan partikel-partikel zat lain).

Besar kecilnya tegangan permukaan mempengaruhi kemampuan air untuk membasahi suatu zat. Semakin kecil tegangan permukaannya semakin baik kemampuan air untuk membasahi benda.

Jika kedua cairan yang tak dapat bersatu dicampurkan maka akan terbentuk tegangan antarmuka. Tegangan antarmuka adalah gaya tarik menarik yang terdapat pada antarmuka dua fase cairan yang tidak dapat bercampur.

Perbedaan tegangan antarmua dari dua cairan sehingga tidak dapat bercampur. Semakin tinggi perbedaan tegangan antarmuka mengakibatkan antara kedua zat cair itu semakin susah untuk bercampur. Jika dua cairan bercampur dengan sempurna, maka tidak ada tegangan antarmuka antara kedua cairan tersebut.

Kenapa minyak dan air harus bisa bercampur?

Seorang ahli farmasi harus dapat merancang formula dengan berbagi pertimbangan. Misalnya ada tujuan khusus pada penggunaan minyak di area tubuh manusia.

Dimana jika cairan minyak langsung dioleskan kepermukaan kulit akan menimbulkan rasa tidak nyaman pada kulit. Untuk itu dibuatlah suatu sediaan cair yang didalamnya terdapat zat aktif yang berminyak terdispersi dalam pembawa air.

Sehingga dalam pemakaian tidak terasa lengket dan tujuan zat aktifnya tercapai karna menembus lapisan kulit dan terlarut pada lapisan kulit yang bersifat lipofilik.

Demi menjaga kualitas produk sediaan para ahli farmasi terus menerus mengikuti perkembangan dan melakukan riset untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Penelitian juga terus menerus dilakukan untuk menggali potensi bahan alam yang dapat bermanfaat menjadi produk farmasi yang berkualitas tinggi.

Emulgator bisa mempersatukan minyak dan air

Ada suatu zat yang disebut Emulgator. Emulgator adalah bahan aktif permukaan yang dapat menurunkan tegangan antar muka antara minyak dan air dan membentuk film yang mengelilingi tetesan terdispersi sehingga mencegah koalesensi dan terpisahnya fase terdispersi merupakan komponen penting lain dalam pembuatan emulsi Selain fase air dan fase minyak.

Ada dua jenis emulgator yaitu : Sufaktan dan hidrokoloid, dimana surfaktan adalah suatu zat yang mempunyai gugusan hidrofil dan lipofil sekaligus dalam molekulnya sehingga dapat berada di permukaan cairan atau antar muka dua cairan dengan cara teradsorbsi.

Gugus hidrofil akan berada pada bagian air sedangkan gugus lipofil akan berada pada bagian minyak. Surfaktan ini memiliki 4 kategori berdasarkan atas muatan yang dihasilkan bila terhidrolisis dalam air yaitu surfaktan anionik, surfaktan kationik, surfaktan amfoterik, dan surfaktan non-ionik. Selanjutnya Emulgator Hidrokoloid adalah emulgator yang bekerja dengan membentuk lapisan yang kaku dan bersifat viskoelastik pada permukaan minyak-air.

Zat ini bersifat larut dalam air dan akan membentuk emulsi tipe o/w. Beberapa contoh emulgator ini adalah Gom : gom arab, tragacant; Ganggang laut : agar-agar, alginat, caragen; biji-bijian : guar gum.

Minyak dan air dalam sediaan emulsi

Suatu campuran antara dua zat cair yang awalnya tak bisa bersatu namun setelah ada penambahan zat lain kedua zat cair tersebut bisa tercampur secara homogen biasanya dikenal dengan EMULSI.

Secara teoritis emulsi didefinisikan sebagai suatu sistem yang memungkinkan suatu cairan terdispersi di dalam cairan yang lain dalam bentuk tetes-tetes kecil. Pada umunya cairan tersebut adalah campuran dari fase minyak dan fase air.

Emulsi dalam kosmetik

Banyak sekali sediaan emulsi yang kita gunakan sehari-hari. Kosmetik yang kita gunakan pun banyak yang dibuat dengan system emulsi. Emulsi dalam sediaan kosmetik dapat mengontrol pelepasan dan mengoptimalkan penyebaran komponen aktif sediaan kosmetik terutama transpor komponen hidrofilik sampai ke lapisan kulit terdalam, sehingga meningkatkan efek bioaktif dari sediaan kosmetik.

Tipe emulsi yang dipilih sebagai sistem pembawa adalah emulsi pada kosmetik adalah air dalam minyak yang membutuhkan emulgator yang tepat agar menghasilkan campuran yang stabil, salah satu contohnya adalah Lotion emulsion.

Lotion emulsion adalah pelembab yang berfungsi menyokong kelembaban dan daya tahan air pada lapisan kulit sehingga dapat melembutkan dan menjaga kehalusan kulit yang jika ditempatkan pada suhu ruang, berbentuk cairan yang dapat dituang.

Baca :  Sudut Kontak dan Tegangan Permukaan dalam Sirup Kering

Komponen utama dari emulsi lotion adalah fase berair dan berminyak. Untuk mencegah pemisahan dua fase maka ditambahkan emulgator. Emulsi Lotion yang baik memiliki sifat tidak berubah menjadi lapisan-lapisan, tidak berubah warna, dan tidak berubah konsistensinya selama penyimpanan.

Kerusakan pada sediaan emulsi lotion dapat dilihat secara organoleptis. Sediaan yang mengalami kerusakan pada umumnya terlihat adanya perubahan bentuk terpisahnya fase minyak dan fase air yang ditandai dengan adanya bulir-bulir minyak diatas permukaan sediaan, perubahan warna pun terlihat jelas dari spesifikasi awal produk, perubahan bau tercium dari aroma biasanya berbau tengik yang berasal dari fase minyak yang dapat teroksidasi, dan terjadi pengendapan.

Konsumen harus selalu cerdas dalam mengenggunakan produk kosmetik. Mengenal karakteristik dari setiap sediaan dapat meminimalisir kesalahan yang dapat terjadi dalam penggunaan kosmetik.

Mulai dari cara penggunaan, khususnya sediaan emulsi lotion biasanya harus dilakukan pengocokan dahulu sebelum digunakan hingga mendapatkan sediaan yang homogen saat penggunaan.

Serta pada proses penyimpanan karena perlakuan yang tidak sesuai dapat mempengaruhi stabilitas produk. tak lupa untuk mengamati secara organoleptis dan memastikan tanggal kadaluarsa sediaan tersebut agar dapat terjaga kualitas produk tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, penerjemah Farida Ibrahim. Pernebit : UI. Jakarta.

Faridha, Y., et al. 2015. Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik Krim Susu Kuda Sumbawa dengan Emulgator Nonionik dan Ionik. Universitas Islam Negeri Alauddin; Makassar

Lachman Leon, 2007. Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi Ketiga. Penerbit Universitas Indonesia Press : Jakarta.

Martin, A. 2008.Farmasi Fisika, Buku I. UI Press : Jakarta

Sinko, P. 2011. Farmasi Fisika, Buku II. UI Press : Jakarta

Sri Hidayah, 2011. Pengaruh Rasio mol, Suhu dan lama reaksi terhadap tegangan permukaan dan stabilitas emulsi metal ester sulfonat dari CPO (The effect of Mol ratio, temperature and reaction time on surface tension and stability of metal ester sulfonat emulsion from CPO). Universitas Lampung; Bandar Lampung