Apa yang dimaksud dengan homeschooling

Saat ini istilah homeschooling sudah lumayan populer. Sayangnya, banyak yang belum paham apa sih sebetulnya homeschooling itu?

Masih banyak yang salah kaprah mengira homeschooling itu nama lembaga. Soalnya memang banyak banget sekarang bimbingan belajar atau lembaga kursus atau PKBM1 yang pakai nama Homeschooling A, Homeschooling B, Homeschooling C. Mahal-mahal pula.

Alhasil, orang suka mikir bahwa homeschooling itu sejenis sekolah gaya baru. Akhirnya kalau ketemu keluarga homeschooler, orang suka tanya aneh-aneh seperti:

  • “Homeschooling-nya di mana?”
  • “Gurunya datang ke rumah ya?”
  • “Bisa nggak anakku homeschooling di tempatmu?”
  • “Sebulan bayar SPP berapa?”
  • dlsb.

Sekretariat PHI2 kami juga sering dikirimi e-mail oleh mereka yang bilang mau mendaftarkan anaknya homeschooling di PHI, minta diajari mendirikan lembaga homeschooling, ingin ikut buka cabang “Homeschooling PHI”, dsj.

Ada kawan homeschooler veteran dari Amerika yang heran habis (sambil ketawa geli) waktu tahu di negeri kita istilah homeschooling dijadikan nama lembaga, dan banyak orangtua yang mendaftarkan anak ke lembaga-lembaga itu lalu mengklaim anak mereka sudah homeschooling.

Jadi, supaya tidak berkepanjangan salah kaprahnya, apalagi sampai salah klaim dan ditertawakan orang, kita luruskan dulu persepsi tentang homeschooling, yuk!

***

Sebetulnya paling enak memahami homeschooling dari membaca sejarah gerakan munculnya homeschooling. Tapi itu bakal panjang, jadi mending kita bahas di artikel lain saja.

Sekarang kita langsung ke definisinya dulu. Apa itu homeschooling?

Homeschooling adalah sebutan untuk jenis proses belajar. Dari home yang artinya “keluarga”, homeschooling artinya “sekolah berbasis keluarga”. Ada juga yang lebih suka bilang home education atau “pendidikan berbasis keluarga”. Praktisi homeschooling disebut sebagai homeschooler.

Ciri khas keluarga homeschooler adalah tidak memasrahkan pendidikan anak ke tangan lembaga sekolah, baik sekolah formal maupun lembaga pendidikan nonformal.

Dalam homeschooling, anak-anak belajar di bawah arahan dan asuhan ayah-ibu masing-masing.

Orangtua menjadi semacam kepala sekolah dan anak-anak menjadi siswa-siswinya. Sambil jalan, anak-anak  dilatih agar makin bisa menjadi kepala sekolah bagi diri mereka sendiri.

Jadi, syarat penting kalau mau homeschooling adalah orangtua harus siap menerima tanggung jawab menjadi “kepala sekolah” itu!

Tidak seperti orangtua dari siswa sekolahan yang tinggal pasrah ke sekolah, orangtua homeschooler mesti secara mandiri membuat keputusan untuk hal-hal seperti:

  • Apa tujuan pendidikan keluarga kami?
  • Filosofi atau metode pendidikan mana yang kami ikuti?
  • Kurikulum belajar kami mau seperti apa?
  • Jadwal belajar yang paling pas buat tiap anak bagaimana?

Alhasil, tidak ada keluarga homeschooler yang seragam praktik homeschooling-nya. Visi, kurikulum, dan teknis belajar bakal beda-beda di tiap keluarga sesuai dengan kebutuhan dan keyakinan masing-masing.

Keluarga yang ingin anaknya jadi pebisnis akan beda kurikulum dengan keluarga yang ingin anaknya jadi ilmuwan. Keluarga yang memakai metode unschooling akan beda praktik dengan yang memakai metode Charlotte Mason, atau Waldorf, atau Montessori, atau eklektik. Keluarga dengan anak “biasa” akan beda kurikulum dengan keluarga dengan anak berkebutuhan khusus (ABK). Dst.

Keluarga yang punya anak 1 orang bakal beda jadwal belajarnya dengan yang anaknya 3 orang. Keluarga double parent bakal beda agenda dengan yang single parent. Keluarga yang orangtuanya pekerja full time akan beda pengaturan kegiatan belajarnya dengan yang orangtuanya part-timer, atau yang salah satu orangtua harus kerja di luar pulau. Dst.

***

Perumpamaan ini mungkin bisa membantu:

Katakanlah kita mau pergi berwisata ke tempat yang belum pernah kita kunjungi. Mungkin di luar pulau atau di luar negeri.

Sekolah itu ibarat kita berwisata dengan menyewa jasa biro tur. Kita bayar sekian rupiah dan biro tur akan menyiapkan segalanya.

Keuntungannya: kita tidak repot, tinggal terima jadi. Biro sudah membereskan semua urusan imigrasi, transportasi, akomodasi. Kelemahannya: kita jadi tidak bebas. Kita harus mengikuti rombongan terus. Hari ini mau ke mana saja, berapa lama di tiap lokasi, tidak boleh semaunya, harus taat pada jadwal kegiatan.

Homeschooling itu ibarat kita berwisata ala backpacker. Kita berperan sebagai biro tur buat diri sendiri.

Keuntungannya: kita bebas mengatur agenda perjalanan sesuka kita. Mau pergi berapa hari, ke mana saja, di tiap lokasi mau sebentar atau lama, mau menginap di hotel mahal atau murah – terserah. Kelemahannya: harus mau “repot” mengatur perencanaan, mengurusi tetek bengek perjalanan, karena tanggung jawabnya semua ada di kita.

Kalau sudah biasa backpacker, sebetulnya seru sih mengurus apa-apa sendiri itu. Makin lama makin tidak terasa repot. Lagipula menghadapi problem di tengah jalan, lalu akhirnya bisa mengatasinya, itu juga jadi romantika sendiri dalam perjalanan, kenangan tak terlupakan.

Homeschooling juga kurang lebih begitu. Buat yang selama ini biasa tergantung pada lembaga sekolah, apa-apa diaturkan oleh sekolah, awalnya bakal kaget, bingung, ribet, kecapekan, atau panik ketika memulai proses homeschooling. Namanya juga belum biasa.

Nanti seiring waktu, kalau makin ketemu irama harian yang enak buat orangtua dan anak, kalau cita-cita pendidikan keluarga makin jelas, kalau anak-anak makin muncul inisiatif belajarnya, baru terasa ternyata homeschooling itu asyik sekali.

***

Semoga sudah makin jelas ya apa itu homeschooling?

Pertanyaan “Homeschooling di mana?” itu tidak relevan buat keluarga homeschooler. Kami tidak harus ke mana-mana, sekaligus bebas ke mana saja. Karena homeschooling itu basisnya keluarga, bukan lembaga.

Pertanyaan “Gurunya datang ke rumah ya?” juga tidak relevan buat keluarga homeschooler. Kalau butuh mendatangkan guru oke, tidak mendatangkan sama sekali juga oke. Jasa guru dari luar itu opsional, bukan esensi homeschooling.

Harap dicatat sekali lagi:

  • untuk menjadi homeschooler, anda tidak bisa memasrahkan anak agar dididik oleh keluarga homeschooler lain;
  • untuk menjadi homeschooler, anda tidak perlu mendaftarkan anak ke lembaga berlabel homeschooling mana pun!

Begitu anda sebagai orangtua memutuskan untuk menjadi penanggung jawab utama jalannya pendidikan anak-anak, tidak lagi tergantung pada atau didikte oleh lembaga sekolah mana pun, keluarga anda sudah menjadi homeschooler.

Kemerdekaan mencapai target pendidikan yang keluarga kita rumuskan sendiri untuk kepentingan terbaik anak, di situlah esensi dari homeschooling.

===

Keterangan istilah:

  • 1 PKBM: Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
  • 2 PHI: Perkumpulan Homeschooler Indonesia

Foto: familyeducation.com

Apa yg dimaksud sekolah homeschooling?

Homeschooling adalah sebutan untuk jenis proses belajar. Dari home yang artinya “keluarga”, homeschooling artinya “sekolah berbasis keluarga”. Ada juga yang lebih suka bilang home education atau “pendidikan berbasis keluarga”.

Home schooling termasuk pendidikan apa?

Berdasarkan Undang-Undang no. 20 tahun 2003, ada tiga jalur pendidikan yang diakui, yaitu jalur pendidikan formal (sekolah), jalur pendidikan nonformal (kursus, pendidikan kesetaraan), dan jalur pendidikan informal (pendidikan oleh keluarga dan lingkungan), homeschooling pun masuk ke dalam pendidikan informal.

Bagaimana pembelajaran di home schooling?

Homeschooling adalah kegiatan belajar ataupun model pembelajaran yang dilaksanakan di rumah ataupun tempat yang lain tidak hanya di sekolah. Homeschooling mempunyai pengaturan sendiri dalam penyelenggaraan pembelajaran.

Berapa lama sekolah di homeschooling?

Sehingga total standar waktu yang diperlukan anak homeschooling untuk menyelesaikan materi pelajaran kelas 1 – 3 SMA adalah 24 bulan = 2 tahun.