Apa yang dimaksud dengan prototype produk barang atau jasa

Apa yang dimaksud dengan prototype produk barang atau jasa

LancangKuning Prototype merupakan suatu contoh atau model yang dibuat dari awal untuk produk yang akan diolah menjadi sebuah barang/jasa. Prototype ini juga telah membuat sebuah ide yang sangat abstrak untuk menjadi bentuk yang nyata dan lebih kongkrit. Dalam design thinking di dalam suatu komponen barang, tidak akan cukup dengan hanya menggunakan atau memikirkan sebuah ide dalam melakukannya, mendiskusikan dan membicarakannya saja, tetapi akan perlu juga suatu langkah yang konkrit untuk dapat membuatnya menjadi sangat nyata. Dengan menggunakan barang atau jasa akan perlu untuk anda dalam membuat prototype adalah cara yang baik untuk digunakan.

Tujuan membuat prototype tidaklah untuk menguji suatu produk yang sudah selesai sebelumnya. Tujuan membuat prototype adalah untuk belajar dalam menguasai dan memahami apa yang akan dibuat dengan menemukan sebuah kesalahan dan kegagalan sebelum adanya produk yang benar-benar akan diluncurkan ke pasar. Hal ini penting sekali untuk dijalankan dengan baik agar produk akhir yang dihasilkan bebas cacat dan tidak ada lagi pemborosan dalam produk, karena produk tersebut akan dibuang atau dikerjakan dengan cara diulang.  Maka sebaiknya perhatian terhadap kualitas produk  akan harus dimulai sejak awal pembuatan produk untuk lebih kelihatan maksimalnya.

Tahapan yang sangat penting dalam suatu perencanaan awal pembuatan produk adalah dengan pembuatan prototype produk agar lebih mudah dalam mengerjakannya.

Ada empat manfaat dalam pembuatan prototype yang dapat anda ikuti dengan teliti.

  1. Prototyping dapat saja membantu kita untuk berfikir dalam melakukannya. Dan melakukan merupakan cara terbaik untuk anda dalam berfikir. Dalam membuat prototype anda akan lebih mudah untuk memikirkan sebuah ide-ide dengan menyempurnakan produk yang anda miliki.
  2. Prototyping juga membantu anda dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh penggunanya. Apakah produk anda akan diminati konsumen dan layak untuk digunakan dan akan bertahan lama?, dan itu yang akan dipertanyakan untuk anda.
  3. Prototyping akan membantu anda dalam berkomunikasi dengan baik untuk mengatakan apa yang akan dibuat dalam mengolah barang/jasa. Dan komunikasi yang terbaik adalah dengan menunjukkannya bukan sekadar mengatakannya didepan konsumen tersebut.
  4. Prototyping juga akan dapat membantu anda dalam membuat suatu keputusan yang lebih baik untuk umpan balik yang akan anda dapatkan dari calon pengguna dengan membuat anda mampu dalam membuat keputusan yang lebih baik dari calon pengguna yang lainnya.

Metode yang sebelumnya sudah direkomendasikan dalam merancang produk prototype adalah Rapid Prototyping. Berikut ini proses dalam melakukan Rapid Prototyping yang dapat anda ikuti dengan memahami apa yang sudah tertulis dibawah ini.

  1. Mulai dari yang kecil dan sederhana yang akan anda gunakan dalam proses pendahuluan.
  2. Suatu proyek dan penciptaan akan tumbuh dengan adanya pembuatan prototype secara berulang dari sejak dini dan akan memberikan ruang untuk anda agar mendapatkan ide-ide baru dengan dapat menyempurnakan produk yang telah anda buat sebelumnya dengan rancangan kisah yang ingin anda ceritakan di hadapan calon pengguna lainnya.
  3. Visualisasikan konsep anda dalam membentuk sebuah gambar dan dengan menggunakan kata sesedikit mungkin untuk lebih singkat dan jelas untuk disampaikan. Dan anda harus menambahkan detail seiring berjalannya waktu.
  4. Tunjukkan dan jangan hanya dikatakan saja.

Dengan adanya prototype anda bisa saja memperagakan suatu fungsi tertentu sebelum memperbolehkan pengembangan lebih lanjut dari barang atau jasa tersebut sehingga waktu yang akan anda gunakan akan lebih efisien dan hemat uang karena anda dapat untuk mengembangkannya dengan kondisi seperti prototype final yang baik.

 Fungsi Utama Prototype Produk Dan Jasa Adalah

  • Dapat memberikan bukti dari suatu konsep yang akan dibutuhkan untuk menarik dana dari sebuah pengelola barang/jasa.
  • Biaya yang efektif.
  • Meningkatkan kecepatan pengembangan suatu sistem.
  • Membantu mengidentifikasi sebuah masalah yang dihadapi.
  • Berbagai aspek dapat diuji dengan mengumpan balik secara cepat agar bisa didapat.
  • Membantu untuk memberikan produk dengan kualitas yang lebih bagus.(Pinta).

Perhatian terhadap kualitas yang terbaik adalah bukan pada produk akhir (finished goods), melainkan  saat awal pembangunan produk (product development) agar produk akhir yang dihasilkan adalah produk yang bebas cacat dan tidak ada lagi pemborosan karena produk tersebut dibuang (destroy)  atau dikerjakan ulang (rework/ repair). Tahapan yang sangat penting dalam perencanaan awal pembuatan produk adalah pembuatan prototipe produk.

Prototipe produk (purwa-rupa produk) adalah bentuk dasar dari sebuah produk merupakan tahapan yang sangat penting dalam rencana pembuatan produk karena menyangkut keunggulan produk yang akan menentukan kemajuan suatu usaha di masa mendatang. Dikatakan sebagai tahapan yang sangat penting karena prototipe dibuat untuk diserahkan pada pelanggan (lead-user) agar pelanggan dapat mencoba kinerja prototipe tersebut. Selanjutnya jika pelanggan memiliki komplain ataupun masukan mengenai protipe tersebut maka industri mendokumentasikannya untuk proses perbaikan prototipe tersebut. Sehingga menciptakan suatu sistem inovasi produk yang dibangun bersama-sama antara industri dan pelanggan sebagai upaya pemenuhan kepuasan pelanggan (customers).

Sebagai bentuk dasar produk, prototipe memiliki bagian yang ukuran dan bahan sama seperti jenis produk yang akan dibuat tetapi tidak harus difabrikasi dengan proses sebenarnya ditujukan untuk pengetesan untuk menentukan apakah produk bekerja sesuai desain yang diinginkan dan apakah produk sesuai kebutuhan pelanggan. Prototipe seperti ini disebut alpha prototype ada juga yang disebut beta prototype yang dibuat dengan bagian yang disuplai oleh proses produksi sebenarnya, tetapi tidak rakit dengan proses akhir (finishing) ditujukan untuk menjawab pertanyaan akan performance dan ketahanan uji untuk menemukan perubahan yang perlu pada produk final.

Berikut tahapan prototipe:

a. Pendefinisian produk
Merupakan penerjemahan konsep teknikal yang berhubungan dengan kebutuhan dan perilaku konsumen kedalam bentuk perancangan termasuk aspek hukum produk dan aspek hukum yang melibatkan keamanan dan perlindungan terhadap konsumen.

b. Working model
Dibuat tidak harus mempresentasikan fungsi produk secara keseluruhan dan dibuat pada skala yang seperlunya saja untuk membuktikan konsep dari pembuatan produk dan menemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan konsep yang telah dibuat. Working model juga dibangun untuk menguji parameter fungsional dan membantu perancangan prototipe rekayasa.

c. Prototipe rekayasa (engineering prototype)
Dibuat seperti halnya working model namun mengalami perubahan tingkat kompleksitas maupun superioritas dari working model, dibangun mencapai tingkat kualitas teknis tertentu agar dapat diteruskan menjadi prototipe produksi atau untuk dilanjutkan pada tahapan produksi.

Prototipe rekayasa ini dibuat untuk keperluan pengujian kinerja operasional dan kebutuhan rancangan sistem produksi.

d. Prototipe produksi (production prototype)
Bentuk yang dirancang dengan seluruh fungsi operasional untuk menentukan kebutuhan dan metode produksi dibangun pada skala sesungguhnya dan dapat menghasilkan data kinerja dan daya tahan produk dan part-nya.

e. Qualified production item
Dibuat dalam skala penuh berfungsi secara penuh dan diproduksi pada tahap awal dalam jumlah kecil untuk memastikan produk memenuhi segala bentuk standar maupun peraturan yang diberlakukan terhadap produk tersebut biasanya untuk diuji-cobakan kepada umum.

Untuk mematangkan produk yang hendak diproduksi secara komersil, maka produk perlu memasuki pasar untuk melihat ancaman-ancaman produk yang terjadi; misal: keamananan, regulasi, tanggung jawab, ketahanan dan kerusakan (wear-and-tear), pelanggaran, siklus break even dan polusi, dan konsekuensinya diperlukan peningkatan program pemasaran.

f. Model
Merupakan alat peraga yang mirip produk yang akan dibangun (look-like-models). Secara jelas menggambarkan bentuk dan penampilan produk baik dengan skala yang diperbesar, 1:1, atau diperkecil untuk memastikan produk yang akan dibangun sesuai dengan lingkungan produk maupun lingkungan user.

Prototipe adalah bentuk efektif dalam mengkomunikasikan konsep produk namun jangan sampai menyerupai bentuk produk sebenarnya karena mengandung resiko responden akan menyamakannya dengan produk akhir.

Rujukan:

NREL. (2000). From invention to innovation. Golden, Colorado: National Renewable Energy Laboratory, U.S. Department Of Energy

Tahapan prototipe. (2004, Nopember 19). Republika, p. 4.

Ulrich, K. T. & Eppinger, S. D. (1995). Product design and development. New York: Mc Graw-Hill.

Salah satu kaidah penting dalam Design Thinking adalah “Fail fast to succeed sooner” atau “Gagal cepat agar sukses lebih cepat.” Maksudnya Saat merancang sebuah produk, meskipun sudah dilakukan riset yang cukup, kita tidak dapat memastikan bahwa produk kita akan diterima oleh pasar. Satu-satunya cara untuk mengetahuinya adalah dengan mengujinya di pasar. Namun, sebelum kita menguji versi akhir dari produk kita, ada baiknya kita meluncurkan versi prototipenya terlebih dulu ke kalangan terbatas.


Tujuannya adalah agar kita mendapatkan umpan balik dari pengguna segera.

Perhatian terhadap kualitas yang terbaik adalah bukan terpaku pada produk akhirnya saja. Hal ini penting agar produk akhir yang dihasilkan adalah produk yang bebas cacat dan tidak ada lagi pemborosan karena produk tersebut dibuang atau dikerjakan ulang.  Maka sebaiknya perhatian terhadap kualitas produk  harus dimulai sejak awal pembuatan produk. Tahapan yang sangat penting dalam perencanaan awal pembuatan produk adalah pembuatan prototipe produk.



Prototipe produk (purwa–rupa produk) adalah bentuk dasar dari sebuah produk merupakan tahapan yang sangat penting dalam rencana pembuatan produk karena menyangkut keunggulan produk yang akan menentukan kemajuan suatu usaha di masa mendatang. Dikatakan sebagai tahapan yang sangat penting karena prototipe dibuat untuk diserahkan pada pelanggan (lead–user) agar pelanggan dapat mencoba kinerja prototipe tersebut. Selanjutnya jika pelanggan memiliki komplain ataupun masukan mengenai protipe tersebut maka industri mendokumentasikannya untuk proses perbaikan prototipe tersebut. Sehingga menciptakan suatu sistem inovasi produk yang dibangun bersama-sama antara industri dan pelanggan sebagai upaya pemenuhan kepuasan pelanggan (customers).



Prototipe adalah sebuah contoh atau model awal dari produk. Prototipe membuat ide yang abstrak menjadi bentuk nyata yang lebih kongkrit. Dalam design thinking, tidak cukup hanya memikirkan ide, mendiskusikan dan membicarakannya saja. Perlu langkah konkrit untuk membuatnya menjadi nyata. Membuat prototipe adalah caranya.


Tujuan membuat prototipe bukanlah untuk menguji produk yang sudah selesai, tujuan membuat prototipe adalah untuk belajar. Menemukan kesalahan dan kegagalan sebelum produk benar-benar diluncurkan ke pasar.


Teresa Torres, seorang Product Coach, mendefinisikan tujuan pembuatan prototipe sebagai berikut:


“Prototype simulates an experience, with the intent to answer a specific question, so that the creator can iterate and improve the experience.”


“Prototipe memberikan gambaran, untuk memberikan jawaban spesifik, sehingga penciptaan produk dapat diulang dan diperbaiki.” (sebelum menjadi produk akhir).”



Setidaknya ada empat manfaat membuat prototipe.


  1. Prototyping membantu kita berpikir. Melakukan adalah cara terbaik untuk berpikir. Membuat prototipe membuat kita lebih mudah memikirkan ide-ide untuk menyempurnakan produk Anda.
  2. Prototyping membantu kita menjawab pertanyaan. Apakah produk kita diminati konsumen? Layak? dan bertahan lama?
  3. Prototyping membantu kita berkomunikasi. Komunikasi terbaik adalah dengan menunjukkannya, bukan sekadar mengatakannya.
  4. Prototyping membantu anda membuat keputusan yang lebih baik. Umpan balik yang kita dapatkan dari calon pengguna membuat kita mampu membuat keputusan yang lebih baik.


Metode yang direkomendasikan dalam merancang prototipe adalah Rapid Prototyping. Bagaimana proses melakukan Rapid Prototyping? John Krissilas di dalam blognya mengutip dari Jeanne Liedtka membagikan lima prinsip berikut ini.


  1. Mulai dari yang kecil dan sederhana
  2. Sebuah proyek penciptaan akan tumbuh dengan adanya pembuatan prototipe secara berulang sejak sejak dini. Ini akan memberi ruang bagi Anda untuk mendapatkan ide-ide baru untuk menyempurnakan produk Anda. Ini juga akan memberi kesempatan calon pengguna untuk berkontribusi dan melengkapi produk Anda dengan masukan dari mereka.
  3. Rancang kisah yang ingin Anda ceritakan
  4. Visualisasikan konsep Anda dalam bentuk gambar. Gunakan kata sesedikit mungkin. Tambahkan detail seiring berjalannya waktu. Teknik storyboarding akan bermanfaat di sini.
  5. Tunjukkan, jangan katakan

Buat prototipe-nya terlihat nyata dengan gambar mock up, model fisik, dan pengalaman nyata. Visualisasikan beberapa opsi. Beri ruang bagi calon pengguna untuk memilih.


Tujuan prototipe adalah untuk mendapatkan umpan balik. Jangan berdebat dan mempertahankan diri saat orang lain memberi masukan terhadap umpan balik Anda. Biarkan mereka mevalidasi produk Anda. Jangan berikan otoritas validasi ke orang yang menciptakannya.


Peluang lain dari pembuatan prototipe adalah melibatkan calon konsumen dalam proses desain produk kita. Istilah keren untuk hal ini adalah Customer Co-Creation. Dengan demikian mereka merasa memiliki produk ini. Mereka merasa menjadi bagian dari produk ini.


Sebagai bentuk dasar produk, prototipe memiliki bagian yang ukuran dan bahan sama seperti jenis produk yang akan dibuat tetapi tidak harus difabrikasi dengan proses sebenarnya ditujukan untuk pengetesan untuk menentukan apakah produk bekerja sesuai desain yang diinginkan dan apakah produk memuaskan kebutuhan pelanggan. 

Prototipe seperti ini disebut alpha prototype ada juga yang disebut beta prototype yang dibuat dengan bagian yang disuplai oleh proses produksi sebenarnya, tetapi tidak dirakit dengan proses akhir yang ditujukan untuk menjawab pertanyaan akan performance dan ketahanan uji dari produk, untuk menemukan perubahan yang perlu pada produk final.



TAHAPAN-TAHAPAN PROTOTYPE


Berikut tahapan prototype:


  1. Pendefinisian produk: merupakan penerjemahan konsep teknikal yang berhubungan dengan kebutuhan dan perilaku konsumen kedalam bentuk perancangan termasuk aspek hukum produk dan aspek hukum yang melibatkan keamanan dan perlindungan terhadap konsumen.
  2. Working model: dibuat tidak harus mempresentasikan fungsi produk secara keseluruhan dan dibuat pada skala yang seperlunya saja untuk membuktikan konsep dari pembuatan produk dan menemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan konsep yang telah dibuat. Working model juga dibangun untuk menguji parameter fungsional dan membantu perancangan prototipe rekayasa.
  3. Prototipe rekayasa (engineering prototype): dibuat seperti halnya working model namun mengalami perubahan tingkat kompleksitas maupun superioritas dari working model, dibangun mencapai tingkat kualitas teknis tertentu agar dapat diteruskan menjadi prototipe produksi atau untuk dilanjutkan pada tahapan produksi. Prototipe rekayasa ini dibuat untuk keperluan pengujian kinerja operasional dan kebutuhan rancangan sistem produksi.
  4. Prototipe produksi (production prototype): bentuk yang dirancang dengan seluruh fungsi operasional untuk menentukan kebutuhan dan metode produksi dibangun pada skala sesungguhnya dan dapat menghasilkan data kinerja dan daya tahan produk dan part-nya.
  5. Qualified production item: dibuat dalam skala penuh berfungsi secara penuh dan diproduksi pada tahap awal dalam jumlah kecil untuk memastikan produk memenuhi segala bentuk standar maupun peraturan yang diberlakukan terhadap produk tersebut biasanya untuk diuji-cobakan kepada umum. Untuk mematangkan produk yang hendak diproduksi secara komersil, maka produk perlu memasuki pasar untuk melihat ancaman-ancaman produk yang terjadi; misal: keamananan, regulasi, tanggung jawab, ketahanan dan kerusakan (wear–and–tear), pelanggaran, siklus break even dan polusi, dan konsekuensinya diperlukan peningkatan program pemasaran.
  6. Model: merupakan alat peraga yang mirip produk yang akan dibangun (look–like–models). Secara jelas menggambarkan bentuk dan penampilan produk baik dengan skala yang diperbesar, 1:1, atau diperkecil untuk memastikan produk yang akan dibangun sesuai dengan lingkungan produk maupun lingkungan user.


Prototipe adalah bentuk efektif dalam mengkomunikasikan konsep produk namun jangan sampai menyerupai bentuk produk sebenarnya karena mengandung resiko responden akan menyamakannya dengan produk akhir.


Sumber:


http://kewirausahaan.net/produk-kreatif-dan-kewirausahaan-konsep-desain-prototype-dan-kemasan-produk-barangjasa/


https://www.darmawanaji.com/rapid-prototyping-mengubah-ide-abstrak-menjadi-nyata/