Dari dalam daftar kurs pajak yang ditetapkan pemerintah untuk periode 6-12 April, rupiah hanya ditetapkan menguat terhadap 6 mata uang asing.
Terhadap 25 mata uang asing dalam daftar kurs pajak, nilai tukar rupiah ditetapkan melemah terhadap 13 mata uang asing. Termasuk di dalamnya, dolar Amerika Serikat dan yuan Tiongkok.
Dua sentimen utama pendorong lemahnya rupiah yakni kenaikan bunga acuan bank sentral Amerika Serikat dan perang di Ukraina
Selama sepekan mendatang, kurs pajak rupiah ditetapkan menguat terhadap 20 mata uang asing.
Kurs pajak rupiah selama sepekan mendatang ditetapkan menguat terhadap mayoritas mata uang asing yang masuk dalam daftar yang ditetapkan Kementerian Keuangan (Kemenkeu)
Analis memperkirakan rupiah akan melemah hari ini seiring rencana kenaikan bunga Bank Sentral Amerika Serikat
Bank Sentral AS kemungkinan akan meningkatkan bunga acuan untuk melawan inflasi. Sentimen positif dari Rusia dan neraca perdagangan bisa menahan pelemahan rupiah
Kurs Pajak Rupiah selama sepekan mendatang ditetapkan variatif, menguat terhadap 13 mata uang asing. Namun, terhadap mata uang beberapa mitra dagang utama, rupiah ditetapkan melemah.
Nilai tukar rubel terus merosot ke rekor terendah baru terhadap dolar seiring dengan sanksi yang mengacaukan perekonomian Rusia.
Harga minyak yang terus naik hingga menyentih US$ 110 per barel menjadi sentimen yang menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Spotlight
Sentimen perang Rusia Ukraina masih menjadi pemberat nilai tukar rupiah dan perekonomian Indonesia dalam beberapa waktu ke depan.
Potensi tekanan rupiah masih muncul dari sentimen negatif akibat kenaikan kasus Covid-19 hingga keputusan Bank Sentral AS
Sentimen negatif terhadap nilai tukar rupiah juga datang dari wacana kenaikan bunga acuan Bank Sentral AS hingga harga minyak dunia
Rupiah diperkirakan akan bergerak di rentang Rp 14.400-14.200 per dolar AS hari ini. Kenaikan kasus Covid-19 RI akan menjadi salah satu sentimen penggeraknya
Penurunan jumlah pekerjaan di Amerika Serikat (AS) memicu sentimen negatif ke aset berisiko. Memburuknya data tenaga kerja di AS juga menjadi sinyal meluasnya Omicron yang berdampak ke ekonomi. |