Apa yang dimaksud tentang biaya bahan baku?

Biaya bahan baku adalah semua biaya yang yang dikeluarkan perusahaan untuk membeli bahan utama dari suatu produksi. Pelajari lebih lanjut tentang definisi, contoh, dan cara menghitung biaya bahan baku dalam pembahasan ini! 

Apa Itu Biaya Bahan Baku?

Biaya bahan baku adalah pengeluaran perusahaan untuk memenuhi semua bahan baku, baik bahan mentah atau setengah jadi. Bukan hanya itu, biaya untuk ongkos angkut, ongkos kirim, dan penyimpanan bahan baku juga termasuk dalam biaya bahan baku.  

Bahan baku sendiri adalah semua material dan bahan-bahan untuk proses pengelolaan dan produksi untuk menghasilkan barang jadi. Sebuah perusahaan bisa mendapat bahan baku dari pengelolaan sendiri, pembelian lokal/import, vendor, supplier, distributor yang biasanya dibeli dalam jumlah banyak untuk mendapat harga lebih rendah. 

Contoh Biaya Bahan Baku

Sebuah pabrik kue kering akan mengeluarkan sejumlah biaya untuk membeli bahan baku, seperti tepung terigu, sagu, gula, vanili, selai, mentega, perisa makanan, telur, air, dan bahan kue lainnya. Termasuk seluruh biaya pendukung untuk menghadirkan semua bahan baku itu. 

Itu semua masuk dalam pencatatan pengeluaran untuk bahan baku. Umumnya dalam sebuah bisnis, dana untuk bahan baku menjadi dana paling besar.

Perbedaan Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja, dan Biaya Overhead 

Ada tiga jenis biaya dalam sebuah proses produksi, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead. Apa saja perbedaannya? Mari pelajari dalam poin berikut ini:

  • Dana Bahan Baku: Semua biaya untuk membeli bahan baku utama.
  • Biaya Tenaga Kerja: Biaya untuk membayar tenaga kerja, pegawai, atau semua sumber daya manusia yang menjalankan proses produksi hingga final. 
  • Biaya Overhead: Biaya yang tidak berkaitan langsung dalam proses produksi, namun masih berhubungan dengan proses produksi. Misalnya, biaya pemasaran, perlengkapan kantor, biaya kegiatan khusus, tagihan listrik, telepon, atau air, dan biaya lainnya. 

Penting untuk memahami pengeluaran perusahaan berdasarkan jenisnya agar bisa menghitung modal total dengan tepat, menentukan harga jual, dan mengkalkulasi revenue, serta keuntungan perusahaan dengan benar. 

Jenis Biaya Bahan Baku

Terdapat dua jenis pengeluaran bahan baku, yaitu:

1. Biaya Material Langsung (Direct Material)

Bahan baku utama yang berperan langsung untuk diolah dan diproduksi untuk menghasilkan barang jadi yang menjadi aktivitas penjualan suatu bisnis. 

Misalnya sebuah kedai kopi, maka yang termasuk biaya material langsung adalah semua bahan baku utama seperti kopi jadi, biji kopi, air, gula, biaya untuk membuat kue, dan semua biaya bahan baku untuk menu lainnya. 

2. Bahan Material Tidak Langsung (Indirect Material)

Biaya pendamping yang berperan dalam suatu proses produksi namun secara tidak langsung. Bahan pendamping ini tidak terlihat di barang jadi.

Metode Pencatatan Biaya Bahan Baku

Pebisnis dapat menghitung biaya material produksi dengan beberapa metode, di antaranya:

1. Metode Identifikasi Khusus

Setiap bahan baku yang dibeli memiliki harga pokok berbeda, itu semua harus ditandai secara khusus. 

Harga barang baku yang sudah ada di gudang dan harga barang baku yang baru dibeli dengan harga per satuan memiliki harga pokok berbeda, penyimpanannya harus dipisahkan dan diberi tanda pada harga berapa bahan baku tersebut dibeli.

Setiap jenis bahan baku sudah punya label identitas harga pokok yang jelas per satuannya. 

2. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama

First in First Out (FIFO) adalah metode untuk menentukan biaya material dengan cara menghitung harga pokok per satuan bahan baku yang pertama masuk ke gudang, itu menentukan harga bahan baku yang pertama kali dipakai. 

3. Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama 

Last in First Out (LIFO) atau masuk terakhir keluar pertama adalah metode untuk menentukan harga pokok dari bahan baku yang terakhir masuk ke gudang. 

Harga pokok per satuan bahan baku yang terakhir masuk dalam persediaan gudang, itu menentukan harga pokok bahan baku yang pertama kali dipakai dalam produksi.

4. Metode Rata-rata Bergerak

Metode rata-rata bergerak atau (Moving Average Method) adalah metode untuk menentukan harga bahan baku dengan cara menghitung rata-rata harga persediaan bahan baku yang ada di gudang penyimpanan. Total harga pokok semua bahan baku dibagi dengan jumlah satuannya. 

Saat produk terjual, harga pokok satuan produk berbeda dengan harga pokok rata-rata persediaan yang ada di gudang. Harga pokok rata-rata per satuan produk harus dihitung lagi. 

Caranya dengan jumlah satuan bahan baku yang dipakai dikali dengan harga pokok rata-rata per satuan bahan baku yang ada di gudang.

Cara Menghitung Biaya Bahan Baku

Dalam menghitung biaya bahan baku yang faktual, kamu perlu melewati empat tahap dalam mencatat kebutuhan bahan baku dan biayanya secara detail. Sebagai contoh dalam usaha F&B, lihat contoh perhitungan detail selengkapnya. 

Diketahui biaya operasional produksi dalam sebulan untuk usaha F&B diantaranya adalah: 

  • Biaya belanja bahan baku awal: Rp 12 juta.
  • Stok (Biaya) awal untuk bahan baku produksi: Rp 10 juta.
  • Stok (Biaya) produk siap dijual: Rp 3 juta.
  • Biaya gaji tenaga kerja: Rp 5 juta.
  • Ongkos Kirim: Rp 300 ribu.
  • Biaya pemeliharaan alat produksi: Rp 2 juta.
  • Biaya barang sisa produksi: Rp 500 ribu. 
  • Surplus biaya belanja untuk stok bahan baku: Rp 8 juta.
  • Biaya overhead (pajak, sewa lahan, keamanan, dll): Rp 2 juta.

Dari rincian biaya tersebut, kamu dapat menjabarkan dalam empat tahapan, antara lain: 

Tahapan 1

Menghitung bahan baku yang dipakai dalam satu siklus waktu (bulanan/mingguan/harian). Rumusnya adalah: 

Bahan baku dipakai = saldo awal dari bahan baku + (surplus biaya belanja untuk stok bahan baku+ongkos kirim) – biaya barang sisa produk

Bahan baku dipakai = 10 juta + (8 juta + 300 ribu) – 500 ribu = Rp 17,8 juta. 

Tahapan 2 

Menghitung biaya produksi dalam satu siklus waktu (bulanan/mingguan/harian). Rumusnya adalah: 

Biaya produksi =  bahan baku dipakai +  biaya gaji tenaga kerja + biaya overhead usaha

Biaya produksi = Rp17,8 juta + Rp5 juta + Rp2 juta = Rp24,8 juta. 

Biaya produksi bulanan = Rp24,8 juta. 

Biaya produksi harian (30 Hari Kerja) = 24,8 juta /30 hari = 826,7 ribu. 

Bila sekali produksi 100 unit/hari, maka biaya produksi per unit = 826,7ribu /100 = Rp 8300/unit (Pembulatan keatas).

Tahapan 3

Menghitung harga pokok produksi  dalam satu siklus waktu (bulanan/mingguan/harian). Rumusnya adalah:  

Harga pokok produksi= Total biaya produksi +  saldo belanja bahan baku – saldo sisa di akhir (kembalian)

Harga pokok produksi= Rp24,8 juta + Rp20 juta  – (Rp20 juta – Rp17,8 juta) = Rp42,6 juta.

Tahapan 4

Menghitung harga pokok penjualan dalam satu siklus waktu (bulanan/mingguan/harian). Rumusnya adalah:  

Harga pokok penjualan = Harga pokok produksi + persediaan barang stok awal – persediaan akhir barang (siap dijual)

Harga pokok penjualan = 24,8 juta + 10 juta – 3 juta = 31,8 juta. 

Harga pokok penjualan harian (30 hari) = 1,06 juta. 

Bila sekali produksi 100 unit/hari, maka harga pokok penjualan per unit = 1,06 juta/100 = Rp 10.600/unit. 

Keuntungan yang didapat = Harga pokok penjualan/unit – biaya produksi/unit. 

Keuntungan yang didapat = 10.600 – 8.300 = 2.300/unit. 

Itulah pembahasan tentang cara menghitung biaya bahan baku yang harus kamu pahami. Nah, optimalkan juga bisnis kamu dengan website toko online di TokoTalk. 

Cukup daftar, unggah katalog, dan kamu siap berbisnis online untuk mendapat lebih banyak kesempatan dan keuntungan. Yuk, segera daftar website toko online di TokoTalk sekarang juga! 

PROSES produksi merupakan kegiatan operasional utama dari industri atau perusahaan manufaktur. Perusahaan akan memperhitungkan biaya produksi saat mulai dilakukan proses pengolahan dari bahan baku menjadi barang siap pakai atau setengah jadi.

Baca juga: Ditjen Diktiristek Raih Penghargaan Wiyata Dharma Aksata

Sekarang kita akan membahas pengertian dan cara menghitung biaya produksi .

Pengertian Biaya Produksi

Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan selama proses manufakturing atau pengelolaan dengan tujuan menghasilkan produk yang siap dipasarkan. Perhitungan biaya produksi ini akan dilakukan mulai dari awal pengolahan, hingga barang jadi atau setengah jadi.

Akumulasi pengeluaran yang diperlukan perusahaan untuk bisa memproses bahan baku hingga menjadi produk jadi disebut sebagai biaya produksi. 

Cakupan biaya produksi memuat 3 unsur, antara lain adalah bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik.

Production cost akan dibebankan kepada perusahaan hingga proses pengolahan menghasilkan barang yang siap dijual di pasaran. Nantinya, biaya tersebut akan diperhitungkan untuk per unit produknya, sehingga memudahkan penghitungan dan pengambilan angka keuntungan.

Biaya ini nantinya akan menimbulkan terbentuknya harga pokok barang jadi saat akhir periode akuntansi. 

Keseluruhan pengorbanan ekonomi yang digunakan dalam kegiatan pengolahan bahan baku hingga menjadi barang jadi dan siap untuk dipasarkan disebut biaya produksi.

Karakteristik biaya produksi mempunyai perbedaan jika dibandingkan dengan pengeluaran operasional. Biaya operasional biasa dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendukung sistem manajerial perusahaan, sementara pengeluaran produksi untuk mengelola barang siap jual.

Jenis biaya produksi 

Secara umum ada 3 jenis biaya produksi dalam pencatatan akuntansi perusahaan. 

1. Biaya bahan baku 

Biaya bahan baku atau direct material adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membeli dan mengolah bahan baku hingga menjadi barang jadi. 

Sebagai contoh perusahaan garmen. Perusahaan mengeluarkan biaya untuk pembelian bahan baku berupa kain untuk kemudian diolah menjadi barang jadi. Semua biaya itulah yang disebut sebagai biaya bahan baku.

2. Biaya tenaga kerja

 Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membayar upah tenaga kerja. Biaya ini juga biasa disebut direct labour. 

Namun demikian, direct labour dari biaya produksi adalah hanya menghitung tenaga kerja yang berkaitan langsung denganprosesproduksi.

3. Biaya overhead 

Biaya overhead adalah biaya yang dikeluarkan untuk mendukung proses produksi. Biaya overhead ini tidak berkaitan langsung dengan proses produksi, namun membantu kelancaran proses produksi. 

Beberapa contoh biaya overhead dalam biaya produksi adalah biaya pembelian ATK, biaya tenaga keamanan, biaya listrik, biaya sewa, dan sebagainya.

Cara Menghitung Biaya Produksi

Perhitungan production cost nantinya akan dijadikan sebagai acuan untuk mengetahui nilai dari harga pokok produksi. Ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan dalam memperhitungkan biaya produksi ini.

Sebagai ilustrasi perhitungan produksi, berikut disajikan data pengeluaran PT Dirgantara selama satu bulan. PT dirgantara merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi baju kaos dengan total output sebesar 5.000 unit selama satu bulan.

Produk baju kaos dari PT. dirgantara ini dipasarkan melalui 3 toko besar dan e-commerce. 

Berikut adalah data laporan pengeluaran PT dirgantara selama satu bulan.

Persediaan bahan baku Rp30.000.000

Bahan baku setengah jadi Rp40.000.000

Barang jadi siap dijual Rp80.000.000

Pembelian persediaan bahan baku Rp50.000.000

Biaya pengiriman Rp5.000.000

Biaya pemeliharaan mesin Rp5.000.000

Gaji tenaga kerja langsung Rp30.000.000

Sisa penggunaan bahan baku serta sisa bahan setengah jadi Rp30.000.000

Sisa bahan setengah jadi Rp5.000.000

Baju kaos yang siap dijual Rp30.000.000

Setelah diketahui data pengeluarannya, selanjutnya bisa dilakukan perhitungan biaya produksi.

Berikut adalah tahapan yang dilakukan untuk memperhitungkan biaya produksi tersebut.

Tahap 1:

Bahan baku yang digunakan = saldo awal bahan baku + pembelian bahan baku – saldo akhir bahan = Rp30.000.000 + (Rp50.000.000+Rp5.000.000) – Rp30.000.000 = Rp55.000.000

Tahap 2:

Biaya Produksi = bahan baku + tenaga kerja langsung + biaya overhead pabrik= Rp55.000.000 + Rp30.000.000 + 5000.000 = Rp.90.000.000

Biaya produksi per unit = biaya produksi : total unit = Rp.90.000.000 : 5.000 = 18.000

Tahap 3:

Harga Pokok Produksi = total biaya produksi + saldo awal persediaan – saldo akhir= Rp90.000.000 + Rp40.000.000 – Rp5.000.000 = Rp125.000.000

Tahap 4:

Harga Pokok Penjualan = Harga pokok produksi + persediaan barang awal – persediaan akhir = Rp90.000.000 + Rp.80.000.000 – Rp.50.000.000 = Rp140.000.000 (OL-1)