Apa yang dimaksud unsur tata busana dalam tarian

Seni Pertunjukan Seni Tari

Di dalam tari terdapat beberapa aspek yang dapat menghidupkan tari itu sendiri, mulai dari tata busana, tata rias, tata musik,dll. lalu apa fungsi tata busana dalam tari?

  1. Memperjelas tema tari. Tata busana untuk keperluan pementasan tari biasanya dirancang khusus sesuai dengan tema tarinya.
  2. Membantu menghidupkan karakter dan peran penari. Artinya busana yang dikenakan penari sudah menunjukkan siapa dia sesungguhnya, umurnya, kebangsaannya, status sosialnya, kepribadiannya.
  3. Membantu ekspresi penari dalam melakukan gerak tari. Artinya penari harus dapat membawakan tari tanpa terganggu oleh busananya.
  4. Memberikan nilai tambah pada segi estetika dan etika. Tarian yang dibawakan dengan tata busana yang baik tentunya akan lebih indah dan menarik untuk disaksikan.

Pengertian tata rias dan busana seni tari. Sumber: pixabay.com

Pengertian tata rias dan busana seni tari memang kerap disatukan karena keduanya selalu berkaitan dalam setiap pertunjukan seni tari. Padahal sebenarnya pengertian keduanya sangatlah berbeda. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui pengertian keduanya beserta dengan masing-masing fungsinya.

Pengertian Tata Rias dan Busana Seni Tari

Berikut ini adalah pengertian tata rias dan busana seni tari yang dikutip dari buku Koreografi: Bentuk-Teknik-Isi karya Sumandiyo Hadi (2012).

Tata rias adalah usaha seseorang untuk mempercantik diri, khususnya pada bagian wajah. Tata rias pada seni pertunjukan sangat diperlukan untuk menggambarkan atau menentukan watak di atas pentas. Dengan kata lain, tata rias merupakan seni menggunakan bahan-bahan kosmetika untuk mewujudkan wajah peranan dengan memberi dandanan pada pemain di atas panggung.

2. Pengertian Busana Seni Tari

Busana seni tari adalah segala sandang dan perlengkapan yang dikenakan oleh penari saat di atas panggung. Adapun tata pakaian tersebut terdiri dari pakaian dasar, pakaian kaki, pakaian tubuh, pakaian kepala, dan berbagai aksesoris lainnya.

Pengertian tata rias dan busana seni tari. Sumber: pixabay.com

Fungsi Tata Rias dan Busana Seni Tari

Adapun fungsi dari tata rias dan busana seni tari adalah sebagai berikut.

  • Membantu menunjukkan karakter penari dengan mengubah tampilan wajah penari menyangkut aspek usia, ras, dan bentuk wajah.

  • Memberi nilai tambah pada keindahan karya tari.

  • Memberi efek gerak pada ekspresi wajah seorang penari di atas panggung karena tampilan penari tampak datar ketika tertimpa cahaya lampu.

  • Memperjelas garis-garis wajah penari untuk mengekspresikan gerak-gerak tari.

  • Menyempurnakan penampilan wajah.

2. Fungsi Busana Seni Tari

  • Memperjelas tema tari, karena tata busana untuk keperluan pementasan tari biasanya dirancang khusus sesuai tema tarinya.

  • Membantu ekspresi penari dalam melakukan gerak tari, artinya penari harus dapat membawakan tari tanpa terganggu oleh busananya.

  • Memberi nilai tambah pada segi estetika dan etika.

  • Membantu menghidupkan karakter dan peran penari, karena tarian yang dibawakan dengan tata busana yang baik tentu akan lebih indah dan menarik untuk dilihat.

Tata busana tari disesuaikan dengan konsep, tema, karakter, dan bentuk tarian.

Tata busana membantu penonton menangkap ciri sebuah peran atau tokoh.

Tata busana juga memperlihatkan kesesuaian hubungan antara peran dengan karakter tarian yang dibawakan.

3. Tata rias

Dalam mempertunjukkan suatu tarian, penari harus merias wajahnya.

Alat-alat rias yang digunakan meliputi bedak, lipstik, pensil alis, dan perona mata serta perona pipi.

Tujuan rias wajah untuk mengubah tampilan wajah penari sesuai dengan jenis karakter tarian yang dibawakan.

4. Iringan tari

Iringan tari merupakan bunyi-bunyian untuk mendukung suasana penampilan tari.

Iringan tari dapat berupa permainan alat-alat musik modern atau tradisional.

Iringan tari juga dapat berupa bunyi yang berasal dari gerakan tubuh, misalnya tepuk tangan, hentakan kaki, siulan, atau nyanyian.

5. Properti tari

Properti tari meliputi semua alat yang digunakan oleh penari dalam melakukan gerakan tari.

Properti tari dapat berupa selendang, kipas, topeng, piring, kuda kepang, keris, tombak, tameng, atau benda-benda lain.


Page 2

Pemilihan properti tari disesuaikan dengan jenis tari yang akan ditampilkan.

6. Tempat pertunjukan

Seni tari memerlukan tempat untuk mempertunjukkanya.

Tempat pertunjukan tari biasa disebut panggung.

Secara umum, jenis pentas tari ada dua: pentas tertutup dan pentas terbuka.

Pentas tertutup diadakan di dalam ruang kelas, gedung, atau aula. Sebaliknya, pentas terbuka dapat diadakan di lapangan, halaman rumah, atau bahkan di jalan.

Baca juga: Cara Membuat Saus Tiram Vegetarian, Rasanya Enak dan Mudah Dibuat

Baca juga: Cara-cara Menjaga Kesehatan Reproduksi pada Masa Pubertas

Sebagai informasi tambahan, berikut beberapa contoh tari daerah berpasangan yang dikutip dari Buku Tematik Tema 7 Kelas 6.

1. Tari Piring

Apa yang dimaksud unsur tata busana dalam tarian
Tom Ibnur, maestro tari asal Minang menampilkan tari piring dalam acara jelang pementasan teater Legendra Padusi, di Blok B Pasar Tanah Abang, Jakarta, Selasa (6/5/2013). Pementasan Legendra Padusi yang disutradarai oleh Rama Soeprapto dan Nia Dinata tersebut akan dipentaskan di Taman Ismail Marzuki, pada 11-12 Mei mendatang. TRIBUNNEWS/DANY PERMANA (TRIBUN/DANY PERMANA)

Tari Piring merupakan tarian yang berasal dari daerah Minangkabau, Sumatra Barat.

Pada zaman dahulu, Tari Piring dipentaskan pada saat panen sebagai ungkapan rasa gembira dan syukur.

Saat ini sesuai perkembangan zaman, Tari Piring dipentaskan pada acara-acara penting, seperti acara pernikahan.

Tari Piring dibawakan dalam bentuk tari berpasangan putra dan putri yang terdapat dalam sebuah kelompok pementasan.

2. Tari Serampang Dua Belas

Tari Serampang Dua Belas adalah tari yang terkenal di daerah Melayu, meliputi daerah Sumatra Utara (Melayu Deli), Sumatra Barat (ranah Minang), dan Riau (Pekanbaru).


Page 3

Tari Serampang Dua Belas merupakan tari pergaulan yang ditarikan secara berpasangan sejenis atau putra dengan putri.

Tari Serampang Dua Belas diciptakan oleh Sauti pada sekira tahun 1940.

Tari ini terdiri atas 12 pola gerak, pola edar, dan tata urutan yang didasari oleh gerakan yang ada dalam tari Melayu, seperti Tari Mak Inang, Tari Ronggeng Melayu, dan Tari Zapin.

3. Tari Payung

Tari Payung merupakan tari pergaulan yang dibawakan secara berpasangan.

Tarian ini dibawakan oleh sepasang muda-mudi dan menggunakan perlengkapan payung.

Payung lebih banyak digunakan oleh penari laki-laki, sedangkan penari wanita mengekspresikan gerakannya dengan permainan selendang.

Busana penari pria berupa satu setel baju kecak musang, kain saping, dan tandak (songkok).

Busana penari wanita meliputi satu stel kebaya labuh, kain songket, ikat pinggang, dan selendang.

4. Tari Legong

Tari Legong dimainkan oleh dua orang penari perempuan.

Penari Legong selalu membawa kipas sebagai alat bantu.

Dikarenakan merupakan tarian ritual persembahan, Legong dahulunya hanya boleh ditarikan oleh gadis yang belum pernah menstruasi.

Namun, seiring pergeseran fungsinya sekarang sebagai media hiburan, aturan tersebut sudah ditinggalkan.

5. Tari Janger

Tari Janger adalah tari tradisional asal Bali dan dipentaskan oleh 10 orang yang terdiri atas pasangan mudamudi.

Lima penari pria disebut Kecak dan lima penari wanita disebut Janger.

Para penari menari sembari menyanyikan lagu Janger secara bersahut-sahutan.

Tarian ini mengangkat kisah atau drama tentang Arjuna Wiwaha, Sunda Upasada, dan lain sebagainya.

Meski tidak sepopuler Tari Kecak atau Tari Pendet, tarian ini sebetulnya memiliki makna yang mendalam.

6. Tari Ketuk Tilu

Tari Ketuk Tilu adalah tari tradisional Jawa Barat.

Tari Ketuk Tilu menjadi cikal bakal lahirnya tari Jaipong Karawang.

Tarian ini dipentaskan oleh penari-penari wanita dengan gerakan dinamis dan saling mengisi.

Gerakan yang dilakukan penari Ketuk Tilu di antaranya goyang pinggul, pencok muncid, giteuk, dan geol.

Nama ketuk tilu berasal dari bunyi tabuhan 3 buah bonang yang menjadi musik pengiringnya.

7. Tari Bambangan-Cakil

Bambangan-Cakil merupakan tarian klasik yang terdapat di Jawa Tengah.

Tari Bambangan-Cakil menceritakan adegan perang seorang ksatria melawan raksasa.

Ksatria tersebut bernama Janaka yang bersifat halus dan lemah lembut sebagai lambang kebaikan.

Sebaliknya, raksasa bernama Cakil menggambarkan tokoh berkarakter kasar, sombong, dan beringas yang melambangkan kejahatan.

Makna yang terkandung dalam tarian Bambangan-Cakil ialah bahwa segala bentuk kejahatan dan keangkaramurkaan pasti akan kalah dengan kebaikan.

8. Tari Zapin

Tari Zapin adalah sebuah tari tradisional yang berasal dari Riau.

Tari ini sarat dengan nuansa keislaman hasil dari proses akulturasi budaya melayu dan budaya Islam di masa lalu.

9. Tari Gandrung

Tari Gandrung adalah salah satu jenis tari tradisional khas yang berasal dari Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Dalam pementasannya tarian ini didukung berbagai unsur, yaitu penari, pemusik, alat musik, nyanyian, dan gerak tari.

Tari Gandrung dilakukan dalam bentuk berpasangan antara perempuan dan laki-laki.

Penari perempuan sebagai penari gandrung dan penari laki-laki dikenal sebagai "paja".

Musik pengiring tari Gandrung antara lain kempul atau gong, klunting, biola, kendang, dan kethuk.

Tari Gandrung dipentaskan sebagai perwujudan rasa syukur masyarakat setiap kali setelah panen.

Pementasan tari Gandrung diselenggarakan sebagai bentuk kegembiraan dan hiburan.

Tari Gandrung ini akhirnya menjadi ciri khas seni tari Banyuwangi, sehingga menjadi maskot kota Kabupaten Banyuwangi.

10. Tari Golek Menak

Tari Golek Menak adalah tari klasik yang lahir dari keraton Yogyakarta.

Tarian Golek Menak diciptakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan pertama kali dipentaskan pada sekitar tahun 1941.

Tarian ini juga dikenal dengan sebutan tari Beksa Golek Menak atau Beksan Menak.

Ide gagasan penciptaan tari Golek Menak berasal dari pertunjukan wayang golek.

Sumber buku: Kusumawati, Heny. Diana Puspa Karitas dkk. 2018. Tema 7 Kepemimpinan Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Buku Siswa SD/MI Kelas VI. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.

(Tribunnews.com/Fajar)