Cookie harus diaktifkan pada browser Anda
IDgoogle | belajar.id Or
Ini yang pertama kali Anda kesini?
Pengumuman : Silahkan Melakukan Proses Login Terlebih Dahulu menggunakan Akun Terdaftar, Akun belajar.id, atau akun gmail.com untuk mulai menggunakan E-Learning Si-Bajakah
Komunikasi adalah keterampilan utama yang harus dimiliki seorang pelatih. Ada beberapa hal yang harus dipahami termasuk maksud dan tujuan dari komunikasi dan prinsip-prinsip yang tepat atau komunikasi yang efektif. Hal yang sama juga diperlukan oleh pelatih Skenario Pembangunan Rencana Kontinjensi menggunakan OpenStreetMap (OSM) dan QGIS / InaSAFE. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari memegang peranan yang sangat penting, hal ini dikarenakan komunikasi memiliki fungsi untuk menghubungkan keinginan seseorang kepada orang lain. Secara spesifik komunikasi menjalankan empat fungsi, yaitu: fungsi kendali, motivasi, pengungkapan emosional dan informasi. Komunikasi secara umum diartikan sebagai proses penciptaan arti terhadap gagasan atau ide yang disampaikan. Kepentingan pelatih dalam melatih tentu saja diperlukan komunikasi efektif yang digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan gagasan dan memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan pelatihan. Gagasan yang akan disampaikan dalam pelatihan ini adalah tentang kebencanaan khususnya pada Pengembangan Skenario untuk Rencana Kontijensi dengan menggunakan OpenStreetMap (OSM) dan QGIS/InaSafe. Berkaitan dengan hal tersebut yang harus dimiliki pelatih adalah keterampilan dasar mengajar atau melatih karena pada prinsipnya melatih adalah mengajar kepada peserta untuk dapat melakukan sesuatu.
Komunikasi secara umum diartikan sebagai proses penciptaan arti terhadap gagasan atau ide yang disampaikan. Dalam hal ini komunikasi diperlukan sekurang-kurangnya 4 komponen atau unsur, yaitu: (1) Pengirim atau pembawa pesan/ komunikator, (2) Isi Pesan , (3) Penerima pesan/komunikan, (4) Media/saluran . Pada proses komunikasi yang efektif, komunikator dan komunikan tidak hanya berkomunikasi yang bersifat linier, tetapi diharapkan juga bersifat sirkuler. Model komunikasi linier adalah proses yang hanya terdiri dari dua garis lurus, dimana proses komunikasi berawal dari komunikator dan berakhir pada komunikan. Sedangkan komunikasi model sirkuler adalah proses komunikasi yang tidak hanya berawal dari komunikator dan berakhir pada komunikan, tetapi memperhatikan adanya feedback dari komunikan, sehingga komunikasi sirkuler merupakan proses satu lingkaran penuh. Artinya suatu saat pelatih berkedudukan sebagai sumber informasi tetapi pada saat yang lain sebagai penerima informasi, begitu sebaliknya. Peserta bisa sebagai penerima informasi tetapi bisa juga sebagai sumber informasi. Jadi komunikasi adalah sebuah pemberitahuan atau pertukaran. Proses komunikasi di atas menunjukkan bahwa peserta pelatihan bisa berperan sebagai penerima informasi/pesan dan bisa sebagai sumber informasi/pesan. Tetapi pelatih sebagai pelaku dalam proses komunikasi, tetap harus mengendalikan proses pelatihan. Untuk itu pelatih tetap harus memposisikan sebagai komunikator, karena komunikator memegang peranan yang sangat penting terutama dalam mengendalikan jalannya komunikasi, sehingga pesan tersebut diterima oleh penerima (komunikan) atau peserta pelatihan secara baik. Hal tersebut sesuai dengan fungsi komunikasi. Fungsi komunikasi menurut Gordon I Zinmmerman dalam Thomas M. Scheidel (1976) adalah fungsi isi, yg melibatkan pertukaran informasi yang kita perlukan untuk menyelesaikan tugas kita, dan fungsi hubungan, yg melibatkan pertukaran informasi mengenai bagaimana hubungan kita dengan orang lain. Sedangkan fungsi komunikasi menurut Thomas M. Scheidel (1976) adalah: “Kita berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas diri, untuk membangun kontak sosial, mempengaruhi orang lain untuk merasa, berfikir dan bertindak seperti yg kita inginkan. Dua pendapat di atas menunjukkan bahwa tujuan komunikasi adalah penerima pesan dapat mengerti dan memahami pesan yang disampaikan pemberi pesan. Pelatih diharapkan mampu menjelaskan keinginan atau ide sesuai tujuan pelatihan kepada peserta dengan sederhana namun tepat atau akurat. Berikut ini proses komunikasi yang diharapkan untuk memperhatikan kepada masukan dari peserta. Proses komunikasi di atas menunjukkan bahwa komunikasi merupakan pesan yang disampaikan kepada komunikan (penerima) dari komunikator (sumber) melalui saluran-saluran tertentu baik secara langsung/tidak langsung dengan maksud memberikan dampak/effect kepada komunikan sesuai dengan yang diingikan komunikator. Proses komunikasi tersebut melalui 5 tahap, yaitu: (1) Tahap pertama “Penginterpretasian”, (2) Tahap kedua “Penyandian” , (3) Tahap ketiga “Pengiriman” , (4) Tahap keempat “Penerimaan” , dan (5) Tahap kelima “Feedback/Umpan balik” . Untuk mencapai tujuan komunikasi diperlukan juga penggunaan prinsip-prinsip komunikasi efektif. Supaya komunikasi berjalan dengan baik, maka diperlukan penggunaan prinsip komunikasi efektif. Prinsip itu antara lain: Respect, Empathy, Audible, Clarity, Humble.
Komunikasi dalam pelatihan adalah adalah proses penyampaian komunikasi yang dikondisikan untuk tujuan pelatihan. Proses pelatihan pada hakekatnya adalah proses komunikasi yang merupakan penyampaian pesan berisi materi-materi pelatihan. Berkaitan dengan hal tersebut dalam pelatihan diharapkan menggunakan komunikasi model sirkuler, yaitu proses komunikasi yang tidak hanya berawal dari komunikator dan berakhir pada komunikan, tetapi memperhatikan adanya feedback dari komunikan, sehingga komunikasi bisa efektif. Komunikasi efektif dalam pelatihan, diharapkan menggunakan komunikasi verbal dan non verbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan simbol-simbol verbal/dengan kata atau secara lisan. Sedangkan komunikasi non verbal adalah komunikasi dengan tidak menggunakan kata-kata, tetapi menggunkan gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah, kontak mata. Bisa juga dengan penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut dan lain sebagainya. Komunikasi non verbal akan membantu pelatih untuk menjadi pembicara yang menarik. Dalam komunikas verbal atau lisan harus didukung dengan cara berbicara seperti intonasi, pemberian tekanan, kualitas suara, gaya berbicara dan gaya emosi. Selain itu juga menggunakan gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah, kontak mata. Dan didukung juga dengan penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut dan lain sebagainya.
Pelatihan pada hakikatnya adalah suatu proses belajar mengajar yang mengandung tiga unsur, yaitu input (bahan mentah yang akan diolah), process (kegiatan mengolah input) dan output (hasil yang telah diolah). Input pelatihan adalah peserta sebelum mengikuti pelatihan, proses pelatihan adalah interaksi antara komponen-komponen belajar mengajar yaitu tujuan, bahan, metode, peserta pelatihan, fasilitas dan penilaian. Output dari pelatihan adalah peserta setelah menerima pelatihan. Suatu proses dipandang baik apabila kualitas output lebih baik dari pada input. Proses belajar atau pelatihan adalah suatu perubahan tingkah laku, yang terjadi sebagai hasil pengalaman. Ini berarti, hanya dapat dikatakan terjadi proses belajar apabila seseorang menunjukkan tingkah laku yang tidak sama. Jika ia dapat membuktikan pengetahuan tentang fakta-fakta baru atau ia bisa melakukan sesuatu, yang sebelumnya ia tidak dapat melakukannya. Jadi, proses belajar menempatkan seseorang dari status kemampuan atau kecakapan yang satu kepada kemampuan/kecakapan yang lain. Model komunikasi pelatihan merupakan salah satu komponen proses dalam pelatihan karena model komunikasi pelatihan sebenarnya merupakan penggunaan metode dalam pelatihan. Untuk memaksimalkan output dalam pelatihan diharapkan metode yang dipilih dalam pelatihanpun sesuai dengan komponen yang lain, yaitu tujuan, bahan, peserta pelatihan, fasilitas dan penilaian. Jadi untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada suatu pelatihan, metode pelatihan dan komunikasi harus mendapat perhatian khusus dalam setiap proses pelatihan. Pelatih yang baik seharusnya memahami karakteristik peserta pelatihan agar ia sukses dalam melaksanakan peran mengajarnya. Pelatih diharapkan dapat merencanakan proses belajar mengajar yang sesuai dengan keadaan dan kepribadian peserta pelatihan. Metode adalah cara untuk mencapai tujuan sebaik-baiknya. Metode dapat diklasifikasikan menjadi 5, yaitu metode pembelajaran langsung, pembelajaran tidak langsung, pembelajaran interaktif, belajar melalui pengalaman, dan pembelajaran mandiri.
a. Metode dalam pembelajaran langsung Pembelajaran langsung biasanya diidentikkan dengan metode ceramah, dimana pembelajaran ini disinyalir kurang mengaktifkan peserta. Namun demikian pembelajaran langsung masih dapat digunakan dengan menggunakan metode tanyajawab, demonstrasi, dan latihan. Selanjutnya dapat digunakan beberapa cara untuk lebih mengefektifkan pembelajaran langsung, misalnya:
Berbagai macam metode yang dapat dikembangkan ketika siswa menerima penjelasan dari guru antara lain:
Metode yang dapat dikembangkan setelah peserta menerima penjelasan dari pelatih antara lain:
Metode untuk mengetahui penguasaan peserta terhadap konsep yang telah dipelajari
b. Pembelajaran tidak langsung
c. Metode dalam pembelajaran interaktif
d. Metode belajar melalui pengalaman
e. Metode pembelajaran mandiri
Pelatih dalam interaksi atau dalam tatap muka dengan peserta pelatihan memerlukan sejumlah keterampilan dasar mengajar. Hal ini mutlak perlu untuk membantu pelatih dalam menjalankan tugas pelatih dalam interaksi edukatif. Keterampilan dasar mengajar pelatih tidak bedanya dengan guru yang mengajar di kelas. Keterampilan dasar yang harus dimiliki, yaitu:
a. Keterampilan Dasar Membuka dan Menutup Pelajaran Pengertian dan Tujuan Membuka pelajaran diartikan dengan perbuatan pelatih untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian peserta agar terpusat kepada apa yang akan dipelajari. Sedangkan menutup pelajaran adalah kegiatan pelatih dalam mengakhiri inti pelajaran, yaitu memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari peserta, mengetahui peserta, dan tingkat keberhasilan pelatih dalam proses pelatihan. Kegiatan membuka dan menutup pelajaran mempunyai tujuan:
Komponen Keterampilan Dasar Membuka Pelajaran Membuka pelajaran dapat dilakukan dengan:
Komponen Keterampilan Dasar Menutup Pelajaran Menutup pelajaran dimaksudkan untuk memperoleh gambaran utuh pada akhir kegiatan, dan untuk mengetahui tingkat pencapaian peserta atau tingkat keberhasilan peserta. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan pelatih dalam menutup pelajaran, antara lain:
Prinsip-prinsip Penggunaannya Berapa prinsip yang perlu dipertimbangkan oleh pelatih dalam membuka dan menutup pelajaran adalah:
b. Keterampilan Dasar Menjelaskan Pengertian Menjelaskan/menerangkan adalah menyajikan informasi lisan yang diorganisasikan secara sismatik untuk menunjukan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya. Penekanan memberikan penjelasan ialah proses penalaran peserta dan bukan indoktrinasi. Contohnya: memberikan gambaran tentang suatu keadaan, mengungkapkan sebab-sebab suatu kejadian dan sebagainya. Keberhasilan menerangkan ditandai oleh terbentuknya pengertian peserta terhadap suatu hal. Struktur bahan pengajaran dalam rangka menerangkan biasanya direncanakan sedemikian rupa agar dapat dikendalikan. Keterangan logika, keterampilan mengungkapkan bahan dan strategi penyusunan bahan merupakan prosedur utama untuk menerangkan. Menjelaskan tidak terlupa dari usaha mengadakan hubungan antara hal yang sudah diketahui dan yang belum diketahui. Penjelasan yang lengkap selalu disertai bukti dan sebab akibatnya yang didasarkan pada hubungan logis antara generalisasi, ketentuan-ketentuan, kenyataan-kenyataan sesuai dengan sistem persepsi peserta. Tujuan keterampilan menjelaskan adalah: Tujuan keterampilan menjelaskan adalah:
Komponen keterampilan dasar menjelaskan Dalam merencanakan komponen keterampilan menjelaskan meliputi :
Keterampilan Dasar Bertanya Pengertian dan Tujuan Bertanya dapat diartikan sebagai ucapan yang disampaikan dengan maksud meminta respon dari orang lain. Dalam proses pengajaran respon yang diberikan mencerminkan sampai dimana tingkat pengetahuan peserta. Jadi bertanya dalam pembelajaran penting karena tingkat kemampuan pelatih dalam mengajukan pertanyaan yang efektif akan merupakan stimulus yang akan merangsang dan akan mendorong kemampuan berpikir peserta. Tujuan bertanya antara lain :
Komponen Keterampilan Dasar Bertanya
d. Keterampilan Dasar Memberi Penguatan Pengertian dan Tujuan Penguatan ada dua macam, yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif adalah tingkah laku pelatih dalam merespons secara positif suatu tingkah laku tertentu dari peserta yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali. Sedangkan penguatan negatif adalah pengurangan hingga penghilangan suatu stimulus yang tidak menyenangkan untuk mendorong terulang kembali suatu tingkah laku yang timbul yang sebagai akibat dari pengurangan atau penghilangan tersebut. Tujuan penguatan adalah:
Pemberian penguatan diberikan pada saat:
Komponen Keterampilan Dasar Penguatan Penggunaan komponen keterampilan dalam kelas harus bersifat selektif berhati-hati, disesuaikan dengan usia peserta, tingkat kemampuan, kebutuhan serta latar belakang, tujuan dan sifat tugas. Pemberian penguatan harus bermakna dari peserta. Beberapa komponen keterampilan memberi penguatan adalah:
Cara menggunakan komponen:
e. Keterampilan Dasar Menggunakan Variasi Pengertian dan Tujuan Menggunakan variasi diartikan sebagai perbuatan pelatih dalam konteks proses pelatihan yang bertujuan mengatasi kebosanan peserta, dalam mengikuti pelatihan, sehingga dalam proses belajarnya peserta senantiasa menunjukan ketekunan, keantusiaan serta berperan secara aktif. Kegunaan dalam kelas untuk:
Komponen keterampilan mengadakan variasi
Prinsip-prinsip yang perlu dipahami Prinsip-prinsip yang perlu alami penggunaan variasi antara lain:
f. Keterampilan Mengelola Kelas Pengertian Pengelolaan kelas adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan pengelolaan pelatihan dapat berlangsung secara optimal. Hal ini berbeda dengan pengelolaan pembelajaran, yaitu kegiatan mengajar itu sendiri yang melibatkan secara lansung komponen materi, metode, dan alat bantu mengajar dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran. Contoh masalah pengelolaan pembelajaran misalnya tujuan pembelajaran tidak jelas, materi pelajaran terlalu mudah atau terlalu sulit, media atau metode pembelajaran tidak sesuai, urutan materi tidak sistematis, penilaian tidak jelas, dan lain sebagainya. Sedangkan contoh masalah pengelolaan kelas adalah peserta mengantuk, peserta ramai, peserta tidak mengerjakan tugas, peserta senang mengganggu teman, kursi banyak yang rusak, ruang kelas kotor, dan masih banyak contoh lain. Mengelole kelas merupakan fungsi pelatih sebagai manajer. Manajemen artinya sebagai penyelenggaraan atau pengurusan supaya yang dikelola dapat berjalan dengan lancar, efektif, dan efesien. Sehingga dalam hal ini fungsi pelatih sebagai manajer adalah sebagai pengorganisasi atau pengelola. Sedangkan tujuan mengelola kelas adalah: (1) ntuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, (2) mengembalikan bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas Macam-macam pendekatan pengelolaan kelas adalah :
Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku Pendekatan pengubahan perilaku bertolak dari psikologi tingkah laku dengan anggapan dasar bahwa tingkah laku manusia yang baik maupun yang buruk, dalam batas tertentu merupakan hasil belajar. Dengan demikian maka tingkah laku manusia tersebut dapat dimodifikasi. Modifikasi tersebut antara lain menggunakan teknik penguatan positif, penguatan negatif, penghapusan, dan hukuman. Penguatan positif adalah respons terhadap suatu tingkah laku, yang dapat meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali tingkah laku tersebut. Penguatan negatif adalah pengurangan hingga penghilangan stimulus yang tidak menyenangkan untuk mendorong terulang kembali suatu tingkah laku yang timbul sebagai akibat dari pengurangan atau penghilangan tersebut. Prinsip penggunaan:
Pendekatan Iklim Sosial (Iklim Sosial-Emosional) Pendekatan iklim sosial-emosional bertolak dari psikologi klinis dan konseling, dengan anggapan dasar bahwa kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien apabila ada hubungan sosial-emosional yang baik antara pelatih dengan peserta dan peserta dengan peserta. Hal tersebut dapat diupayakan pelatih dengan cara:
Pendekatan Proses Kelompok Pendekatan proses kelompok bertolak dari psikologi sosial dan dinamika kelompok, dengan anggapan dasar bahwa kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien berlangsung dalam konteks kelompok, yaitu kelompok kelas. Untuk itu tugas pelatih disini adalah menciptakan kelompok kelas yang mempunyai ikatan yang kuat serta dapat bekerja secara efektif dan efisien. Untuk menciptakan suasana ikatan kelompok yang baik perlu adanya pembentukan tujuan yang sama dalam kelompok, aturan yang jelas untuk mengikat peserta menjadi kelompok, dan kepemimpinan pelatih dalam kelompok. Dan untuk memelihara suasana kerja kelompok yang sehat pelatih perlu melakukan misalnya:
|