Apa yang ingin Anda pelajari lebih lanjut terkait dasar komunikasi

Cookie harus diaktifkan pada browser Anda

IDgoogle | belajar.id

Or

Ini yang pertama kali Anda kesini?

Pengumuman :

Silahkan Melakukan Proses Login Terlebih Dahulu menggunakan Akun Terdaftar, Akun belajar.id, atau akun gmail.com untuk mulai menggunakan E-Learning Si-Bajakah

Komunikasi adalah keterampilan utama yang harus dimiliki seorang pelatih. Ada beberapa hal yang harus dipahami termasuk maksud dan tujuan dari komunikasi dan prinsip-prinsip yang tepat atau komunikasi yang efektif. Hal yang sama juga diperlukan oleh pelatih Skenario Pembangunan Rencana Kontinjensi menggunakan OpenStreetMap (OSM) dan QGIS / InaSAFE.

Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari memegang peranan yang sangat penting, hal ini dikarenakan komunikasi memiliki fungsi untuk menghubungkan keinginan seseorang kepada orang lain. Secara spesifik komunikasi menjalankan empat fungsi, yaitu: fungsi kendali, motivasi, pengungkapan emosional dan informasi.

Komunikasi secara umum diartikan sebagai proses penciptaan arti terhadap gagasan atau ide yang disampaikan. Kepentingan pelatih dalam melatih tentu saja diperlukan komunikasi efektif yang digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan gagasan dan memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan pelatihan. Gagasan yang akan disampaikan dalam pelatihan ini adalah tentang kebencanaan khususnya pada Pengembangan Skenario untuk Rencana Kontijensi dengan menggunakan OpenStreetMap (OSM) dan QGIS/InaSafe. Berkaitan dengan hal tersebut yang harus dimiliki pelatih adalah keterampilan dasar mengajar atau melatih karena pada prinsipnya melatih adalah mengajar kepada peserta untuk dapat melakukan sesuatu.

Komunikasi secara umum diartikan sebagai proses penciptaan arti terhadap gagasan atau ide yang disampaikan. Dalam hal ini komunikasi diperlukan sekurang-kurangnya 4 komponen atau unsur, yaitu: (1) Pengirim atau pembawa pesan/ komunikator, (2) Isi Pesan , (3) Penerima pesan/komunikan, (4) Media/saluran . Pada proses komunikasi yang efektif, komunikator dan komunikan tidak hanya berkomunikasi yang bersifat linier, tetapi diharapkan juga bersifat sirkuler.

Model komunikasi linier adalah proses yang hanya terdiri dari dua garis lurus, dimana proses komunikasi berawal dari komunikator dan berakhir pada komunikan. Sedangkan komunikasi model sirkuler adalah proses komunikasi yang tidak hanya berawal dari komunikator dan berakhir pada komunikan, tetapi memperhatikan adanya feedback dari komunikan, sehingga komunikasi sirkuler merupakan proses satu lingkaran penuh. Artinya suatu saat pelatih berkedudukan sebagai sumber informasi tetapi pada saat yang lain sebagai penerima informasi, begitu sebaliknya. Peserta bisa sebagai penerima informasi tetapi bisa juga sebagai sumber informasi. Jadi komunikasi adalah sebuah pemberitahuan atau pertukaran.

Proses komunikasi di atas menunjukkan bahwa peserta pelatihan bisa berperan sebagai penerima informasi/pesan dan bisa sebagai sumber informasi/pesan. Tetapi pelatih sebagai pelaku dalam proses komunikasi, tetap harus mengendalikan proses pelatihan. Untuk itu pelatih tetap harus memposisikan sebagai komunikator, karena komunikator memegang peranan yang sangat penting terutama dalam mengendalikan jalannya komunikasi, sehingga pesan tersebut diterima oleh penerima (komunikan) atau peserta pelatihan secara baik. Hal tersebut sesuai dengan fungsi komunikasi.

Fungsi komunikasi menurut Gordon I Zinmmerman dalam Thomas M. Scheidel (1976) adalah fungsi isi, yg melibatkan pertukaran informasi yang kita perlukan untuk menyelesaikan tugas kita, dan fungsi hubungan, yg melibatkan pertukaran informasi mengenai bagaimana hubungan kita dengan orang lain. Sedangkan fungsi komunikasi menurut Thomas M. Scheidel (1976) adalah: “Kita berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas diri, untuk membangun kontak sosial, mempengaruhi orang lain untuk merasa, berfikir dan bertindak seperti yg kita inginkan.

Dua pendapat di atas menunjukkan bahwa tujuan komunikasi adalah penerima pesan dapat mengerti dan memahami pesan yang disampaikan pemberi pesan. Pelatih diharapkan mampu menjelaskan keinginan atau ide sesuai tujuan pelatihan kepada peserta dengan sederhana namun tepat atau akurat. Berikut ini proses komunikasi yang diharapkan untuk memperhatikan kepada masukan dari peserta.

Proses komunikasi di atas menunjukkan bahwa komunikasi merupakan pesan yang disampaikan kepada komunikan (penerima) dari komunikator (sumber) melalui saluran-saluran tertentu baik secara langsung/tidak langsung dengan maksud memberikan dampak/effect kepada komunikan sesuai dengan yang diingikan komunikator. Proses komunikasi tersebut melalui 5 tahap, yaitu: (1) Tahap pertama “Penginterpretasian”, (2) Tahap kedua “Penyandian” , (3) Tahap ketiga “Pengiriman” , (4) Tahap keempat “Penerimaan” , dan (5) Tahap kelima “Feedback/Umpan balik” . Untuk mencapai tujuan komunikasi diperlukan juga penggunaan prinsip-prinsip komunikasi efektif. Supaya komunikasi berjalan dengan baik, maka diperlukan penggunaan prinsip komunikasi efektif. Prinsip itu antara lain: Respect, Empathy, Audible, Clarity, Humble.

  1. Respek.

    Respect adalah perasaan positif atau penghormatan diri kepada lawan bicara. Semua orang ingin dihargai dan dihormati dan menjadi kebutuhan setiap individu. Untuk itu pelatih diharapkan menghargai lawan bicara atau dalam hal ini adalah peserta pelatihan.

  2. Empati.

    Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang tengah dihadapi orang lain. Komunikasi akan terjalin dengan baik sesuai kondisi psikologis lawan bicara. Ber-Empati artinya pelatih harus menempatkan diri sebagai pendengar yang baik, bahkan sebelum orang lain mendengarkan kita. Dan pelatih harus mampu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain dalam hal ini peserta pelatihan.

  3. Audible/Dapat Didengar

    1. Audible mengandung makna bahwa pesan harus dapat didengarkan dan dimengerti. Dalam kepentingan ini yang harus dilakukan pelatih adalah:

    2. Pesan harus mudah dipahami, menggunakan bahasa yang baik dan benar. Hindari bahasa yang tidak dipahami oleh lawan bicara.

    3. Pesan disampaikan yang penting, dengan cara menyederhanakan pesan, langsung saja pada inti persoalan karena sebagian besar orang tidak suka mendengar yang bertele-tele.

    4. Menggunakan bahasa tubuh. Mimik wajah, kontak mata, gerakan tangan dan posisi badan bisa dengan mudah terbaca oleh lawan bicara.

    5. Menggunakan ilustrasi atau contoh. Analogi sangat membantu dalam penyampaian pesan. Dapat digunakan Ilustrasi dan contoh nyata.

  4. Clarity/Jelas.

    Clarity adalah kejelasan dari pesan yang kita sampaikan. Pada prinsip ini pelatih menetapkan tujuan secara jelas sebelum pelaksanaan pelatihan dan menggunakan intonasi suara yang baik.

  5. Humble/Rendah Hati

    Sikap rendah hati memberikan pamor positif pada komunikator. Dalam kepentingan ini rendah hati dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada peserta untuk berbicara terlebih dahulu dan pelatih menjadi pendengar yang baik. Sikap ini membangun rasa hormat dan pada akhirnya mengembangkan respek kepada peserta.

Komunikasi dalam pelatihan adalah adalah proses penyampaian komunikasi yang dikondisikan untuk tujuan pelatihan. Proses pelatihan pada hakekatnya adalah proses komunikasi yang merupakan penyampaian pesan berisi materi-materi pelatihan. Berkaitan dengan hal tersebut dalam pelatihan diharapkan menggunakan komunikasi model sirkuler, yaitu proses komunikasi yang tidak hanya berawal dari komunikator dan berakhir pada komunikan, tetapi memperhatikan adanya feedback dari komunikan, sehingga komunikasi bisa efektif.

Komunikasi efektif dalam pelatihan, diharapkan menggunakan komunikasi verbal dan non verbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan simbol-simbol verbal/dengan kata atau secara lisan. Sedangkan komunikasi non verbal adalah komunikasi dengan tidak menggunakan kata-kata, tetapi menggunkan gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah, kontak mata. Bisa juga dengan penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut dan lain sebagainya.

Komunikasi non verbal akan membantu pelatih untuk menjadi pembicara yang menarik. Dalam komunikas verbal atau lisan harus didukung dengan cara berbicara seperti intonasi, pemberian tekanan, kualitas suara, gaya berbicara dan gaya emosi. Selain itu juga menggunakan gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah, kontak mata. Dan didukung juga dengan penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut dan lain sebagainya.

Pelatihan pada hakikatnya adalah suatu proses belajar mengajar yang mengandung tiga unsur, yaitu input (bahan mentah yang akan diolah), process (kegiatan mengolah input) dan output (hasil yang telah diolah). Input pelatihan adalah peserta sebelum mengikuti pelatihan, proses pelatihan adalah interaksi antara komponen-komponen belajar mengajar yaitu tujuan, bahan, metode, peserta pelatihan, fasilitas dan penilaian. Output dari pelatihan adalah peserta setelah menerima pelatihan.

Suatu proses dipandang baik apabila kualitas output lebih baik dari pada input. Proses belajar atau pelatihan adalah suatu perubahan tingkah laku, yang terjadi sebagai hasil pengalaman. Ini berarti, hanya dapat dikatakan terjadi proses belajar apabila seseorang menunjukkan tingkah laku yang tidak sama. Jika ia dapat membuktikan pengetahuan tentang fakta-fakta baru atau ia bisa melakukan sesuatu, yang sebelumnya ia tidak dapat melakukannya. Jadi, proses belajar menempatkan seseorang dari status kemampuan atau kecakapan yang satu kepada kemampuan/kecakapan yang lain.

Model komunikasi pelatihan merupakan salah satu komponen proses dalam pelatihan karena model komunikasi pelatihan sebenarnya merupakan penggunaan metode dalam pelatihan. Untuk memaksimalkan output dalam pelatihan diharapkan metode yang dipilih dalam pelatihanpun sesuai dengan komponen yang lain, yaitu tujuan, bahan, peserta pelatihan, fasilitas dan penilaian. Jadi untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada suatu pelatihan, metode pelatihan dan komunikasi harus mendapat perhatian khusus dalam setiap proses pelatihan.

Pelatih yang baik seharusnya memahami karakteristik peserta pelatihan agar ia sukses dalam melaksanakan peran mengajarnya. Pelatih diharapkan dapat merencanakan proses belajar mengajar yang sesuai dengan keadaan dan kepribadian peserta pelatihan. Metode adalah cara untuk mencapai tujuan sebaik-baiknya. Metode dapat diklasifikasikan menjadi 5, yaitu metode pembelajaran langsung, pembelajaran tidak langsung, pembelajaran interaktif, belajar melalui pengalaman, dan pembelajaran mandiri.

  1. Pembelajaran langsung: pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang banyak diarahkan oleh pelatih. Strategi ini efektif untuk menentukan informasi atau membangun keterampilan tahap demi tahap. Pembelajaran langsung biasanya bersifat deduktif. Contoh metode dalam pembelajaran langsung adalah: ceramah, tanya jawab, demonstrasi latihan dan drill.

  2. Pembelajaran tidak langsung: Umumnya berpusat pada peserta pelatihan. Peranan pelatih bergeser dari seorang penceramah menjadi fasilitator. Pelatih mengelola lingkungan belajar dan memberikan kesempatan peserta pelatihan untuk terlibat. Contoh metode pembelajaran tidak langsung adalah: inkuiri, studi kasus, pemecahan masalah, peta konsep.

  3. Pembelajaran interaktif: Pembelajaran interaktif menekankan pada diskusi dan sharing di antara peserta pelatihan. Diskusi dan sharing memberi kesempatan peserta pelatihan untuk bereaksi terhadap gagasan, pengalaman, pendekatan dan pengetahuan pelatih atau temannya dan untuk membangun cara alternatif untuk berfikir dan merasakan. Contoh merode dalam pembelajaran interaktif adalah: diskusi kelas, diskusi kelompok kecil atau projek, kerja berpasangan.

  4. Belajar melalui pengalaman: Pembelajaran empirik berorientasi pada kegiatan induktif, berpusat pada peserta pelatihan, dan berbasis aktivitas. Refleksi pribadi tentang pengalaman dan formulasi perencanaan menuju penerapan pada konteks yang lain merupakan faktor kritis dalam pembelajaran empirik yang efektif. Contoh metode dalam pembelajaran empirik adalah: bermain peran, observasi/survey, simulasi.

  5. Pembelajaran mandiri: Belajar mandiri merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan untuk membangun inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan diri. Fokusnya adalah pada perencanaan belajar mandiri oleh peserta pelatihan dengan bantuan pelatih. Belajar mandiri juga bisa dilakukan dengan teman atau sebagai bagian dari kelompok kecil. Contoh metode dalam pembelajaran mandiri adalah: projek penelitian, belajar berbasis komputer.

a. Metode dalam pembelajaran langsung

Pembelajaran langsung biasanya diidentikkan dengan metode ceramah, dimana pembelajaran ini disinyalir kurang mengaktifkan peserta. Namun demikian pembelajaran langsung masih dapat digunakan dengan menggunakan metode tanyajawab, demonstrasi, dan latihan. Selanjutnya dapat digunakan beberapa cara untuk lebih mengefektifkan pembelajaran langsung, misalnya:

  • Peserta mereview materi pelatihan yang telah dipelajari dan materi baru disajikan kepada peserta:

    • materi pelatihan telah diatur per bagian

    • menggunakan media visual (penting untuk dibaca)

  • Para peserta berlatih dengan didampingi pelatih.

  • Para peserta berlatih sendiri-sendiri

  • Peserta dimonitor perolehan keterampilan/pengetahuannya secara periodik.

Berbagai macam metode yang dapat dikembangkan ketika siswa menerima penjelasan dari guru antara lain:

  1. Contoh dan analogi: Pelatih menyediakan contoh dan ilustarsi yang terkait dengan materi. Pelatih juga dapat membuat perbandingan antara materi pelatihan dengan pengalaman peserta.

  2. Permainan: Pelatih menggunakan permainan dalam pembelajaran. Permainan diharapkan sesuai dengan topik pelatihan. Contoh permainan misalnya tebak gambar, tebak mesteri dalam kotak, atau berbagai jenis kuis di TV dapat diterapkan di kelas pelatihan dengan beberapa modifikasi (misalnya who wants to millioner, gamezone, permainan kata, dll).

  3. Kartu respon: Pelatih meminta peserta untuk menjawab pertanyaan pada kartu atau potongan kertas dengan tidak menuliskan nama atau identitas lain. Dapat dikembangkan dengan kartu soal ataupun kartu jawab. Pada kartu soal peserta mendapatkan kartu pertanyaan yang berbeda dan menjawab dengan angkat tangan; gunakan pertanyaan terbuka, produktif atau imajinatif. Pada kartu jawab peserta mendapatkan kartu jawab, ia angkat tangan saat kartunya cocok dengan pertanyaan pelatih; gunakan pertanyaan terbuka, produktif atau imajinatif.

  4. Poling: Pelatih melakukan survey yang singkat untuk memperoleh data secara cepat. Hal ini dapat dilakukan dengan survey verbal misalnya dengan meminta peserta mengangkat tangan atau mengangkat kartu jawaban

  5. Permasalahan: Pelatih mengajukan permasalahan yang terkait dengan topik pelatihan.

  6. Demonstrasi: Pelatih ataupun peserta dapat mendemonstrasikan sesuatu sesuai topik dengan menggunakan gerak tubuh ataupun alat peraga.

  7. Reviu koran atau berita: peserta diminta mereview koran atau berita pada bacaan lain.

  8. Curah pendapat: peserta diminta untuk berpendapat tentang sesuatu sesuai topik pelatihan. Pendapat-pendapat itu ditampung untuk diambil kesimpulan bersama tentang permasalahan yang dibahas.

Metode yang dapat dikembangkan setelah peserta menerima penjelasan dari pelatih antara lain:

  1. Berbagi catatan: setelah serangkaian kegiatan peserta pelatihan membandingkan hasil catatannya dengan catatan rekannya yang lain

  2. Tanya jawab: peserta diberikan kesempatan untuk bertanya terkait dengan konsep dan aplikasinya. Jika tidak ada pertanyaan dari peserta, pelatih dapat memancing dengan bertanya pada peserta.

  3. Headline: pelatih meringkas pelajaran dengan kata-kata kunci agar mudah diingat.

Metode untuk mengetahui penguasaan peserta terhadap konsep yang telah dipelajari

  1. One minute paper: kegiatan ini dapat dilakukan di akhir pelatihan. Mintalah peserta mengeluarkan secarik kertas. Ajukan sebuah pertanyaan terbuka atau tertutup terkait konsep yang telah dipelajari. Berikan waktu satu atau dua menit bagi peserta untuk menjawabnya.

  2. Refleksi: mintalah satu atau dua peserta maju di depan kelas dan menceriterakan kesan terhadap pembelajaran. Refleksi juga dapat memancing perasaan dan kesulitan peserta dalam mengikuti pembelajaran.

  3. Quis: peserta mengajukan beberapa masalah atau soal terkait konsep dan meminta peserta menjawabnya. Quis dapat dilakukan dengan menyertakan nama peserta maupun tidak mencantumkan nama. Quis juga bisa digunakan dengan adu cepat, teka-teki atau sejenisnya. Quis dapat dilakukan secara lisan; gunakan pertanyaan terbuka, produktif, imajinatif.

  4. Turnamen: secara berkelompok peserta berkompetisi untuk menyelesaikan masalah yang terkait dengan konsep yang telah dipelajari. Kelompok peserta yang memenangkan turnamen mendapatkan reward tertentu.

  5. Review: Minta peserta untuk mereview isi pelajaran dengan yang lain atau memberi mereka tes skor review.

b. Pembelajaran tidak langsung

  1. Metode Inkuiri: peserta melakukan pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan, mengajukan mengajukan pertanyaan. Selanjutnya peserta merumuskan dugaan, dan mengumpulkan data. Berdasarkan data yang diperoleh, peserta diminta untuk menyimpulkan.

  2. Metode memecahkan masalah: Setiap peserta diminta untuk merumuskan masalah dengan jelas dan ringkas. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan masalah. Mengumpulkan informasi yang dibutuhkan (fakta dan pengetahuan). Menentukan berbagai pemecahan masalah. Memilih pemecahan yang paling sesuai. Menguji pemecahan masalah yang dipilih. Menilai hasil pemecahan masalah.

  3. Metode berdagang: Setiap peserta menuliskan satu hal (misal, pengalaman, ide kreatif, pertanyaan, pendapat atau yang lain) pada sepotong kertas. Setiap peserta menempelkan hasil tulisan pada bajunya. Berkeliling untuk menjual dan membeli (membaca) hasil teman lain. Tetapkan aturan bahwa setiap hasil kerja harus dijual dan dibeli. Secara klasikal, secara bergiliran peserta menyampaikan hasil perdagangannya. Penguatan oleh pelatih.

  4. Analisa studi kasus: kepada peserta diberikan kasus yang harus dipecahkan baik secara individual maupun secara berkelompok berdasarkan data, fakta atau konsep yang telah dipelajari di kelas.

  5. Mengevaluasi hasil kerja teman: dapat dilakukan setelah mengembangkan suatu produk. Umumnya peserta menggunakan rubrik untuk mengevaluasi hasil kerja temannya

c. Metode dalam pembelajaran interaktif

  1. Diskusi kelompok: Pelatih meminta peserta berkelompok dengan anggota tiga atau lebih untuk berbagi informasi.

  2. Think, pair and share: ajukan permasalahan pada peserta. Berikan kesempatan 2-5 menit untuk berfikir sendiri think. Setelah selesai mintalah mereka mendiskusikan masalah yangsama dengan peserta di sebelahnya selama 3-5 menit (pair). Akhirnya pilihlah satu pasangan untuk mengemukakan pendapat mereka di depan kelas (share).

  3. Metode Investigasi Kelompok: peserta membentuk kelompok. Pelatih memanggil ketua-ketua kelompok untuk diberi materi/tugas yang berbeda.Setiap kelompok membahas tugas yang diberikan secara kooperatif dan melakukan investigasi. Setelah selesai diskusi, lewat juru bicaranya kelompok menyampaikan hasil pembahasan. Pelatih memberikan penguatan.

  4. Metode TGT (Team Game Tournament): Pelatih menyajikan materi baru. Peserta membentuk kelompok belajar secara heterogen. Setiap kelompok mengikuti turnamen akademik. Setiap peserta mewakili kelompoknya pada kegiatan turnamen. Beri penghargaan terhadap kelompok yang menang.

  5. Metode Jigsaw: Pelatih menyiapkan tugas sebanyak jumlah kelompok. Peserta berkelompok dengan jumlah anggota sama dengan jumlah kelompok (peserta harus hafal anggotanya). Setiap peserta dalam kelompok diberi bagian materi yang berbeda. Peserta dari berbagai kelompok yang memperoleh tugas yang sama membentuk kelompok baru dan mendiskusikan bagiannya. Setelah selesai diskusi dengan kelompok ahli, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar/melaporkan hasil diskusi kepada anggota kelompok yang lain. Secara acak peserta menyampaikan seluruh tugas yang diberikan pelatih. Penguatan

  6. Metode Debat: Guru membagi dua kelompok peserta debat yang satu pro dan yang lain kontra. Setiap kelompok membaca materi yang akan didebatkan. Pelatih menunjuk satu anggota pro untuk berbicara dan ditanggapi oleh anggota kelompok kontra, demikian seterusnya. Pelatih menuliskan ide/gagasan dari setiap pembicaraan di papan tulis sampai sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi. Pelatih menambahkan ide yang belum terungkap. Dari data-data di papan tulis, pelatih mengajak peserta membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada kompetensi yang ingin dicapai.

  7. Metode STAD (Student Team Achievement Division): Pembelajaran oleh pelatih. Peserta membentuk kelompok. Tiap kelompok mendiskusikan permasalahan yang diterima (tiap peserta harus memahami jawaban kelompoknya). Salah seorang dari setiap kelompok mengerjakan soal-soal (kuis). Nilai setiap anggota menentukan nilai kelompok. Penguatan.

  8. Kelompok belajar kolaboratif: peserta dibentuk dalam kelompok heterogen 3-6 orang. Mintalah salah satu peserta menjadi pemimpinnya dan satu yang lain menjadi pencatat. Berikan kesempatan pada peserta untuk belajar secara berkolaborasi. Hasil kelompok berupa laporan tertulis.

  9. Belajar berpasangan: Pelatih meminta peserta untuk mengerjakan tugas atau berdiskusi dengan teman di dekatnya secara berpasangan. Belajar berpasangan cocok untuk mengerjakan tugas yang rumit.

d. Metode belajar melalui pengalaman

  1. Bermain peran: masing-masing kelompok diminta merancang permainan peran berdasarkan konsep yang sedang dipelajari. Kelompok yang satu menanggapi hasil permainan peran kelompok yang lain.

  2. Simulasi/latihan praktek: setelah peserta belajar tentang keterampilan motorik tertentu, secara acak peserta diminta untuk mempraktikkan keterampilan yang telah dipelajari di depan kelas.

e. Metode pembelajaran mandiri

Metode Projek: Metode projek adalah suatu cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari masalah dimana pemecahannya memerlukan tinjauan dari berbagai segi. Dasar pemikiran penggunaan metode ini adalah masalah hanya bisa diselesaikan dengan berbagai segi atau ilmu. Untuk itu hanya pada masalah-masalah yang memerlukan pemecahan unit yang dapat digunakan metode projek.

Pelatih dalam interaksi atau dalam tatap muka dengan peserta pelatihan memerlukan sejumlah keterampilan dasar mengajar. Hal ini mutlak perlu untuk membantu pelatih dalam menjalankan tugas pelatih dalam interaksi edukatif. Keterampilan dasar mengajar pelatih tidak bedanya dengan guru yang mengajar di kelas. Keterampilan dasar yang harus dimiliki, yaitu:

  1. Keterampilan dasar membuka dan menutup pelajaran.

  2. Keterampilan dasar menjelaskan

  3. Keterampilan dasar bertanya.

  4. Keterampilan dasar membuat variasi.

  5. Keterampilan dasar memberi penguatan.

  6. Keterampilan dasar mengelola kelas.

  7. Keterampilan dasar membimbing diskusi kelompok kecil.

  8. Keterampilan dasar mengajar secara perorangan.

  9. Keterampilan dasar kelompok kecil

a. Keterampilan Dasar Membuka dan Menutup Pelajaran

Pengertian dan Tujuan

Membuka pelajaran diartikan dengan perbuatan pelatih untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian peserta agar terpusat kepada apa yang akan dipelajari. Sedangkan menutup pelajaran adalah kegiatan pelatih dalam mengakhiri inti pelajaran, yaitu memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari peserta, mengetahui peserta, dan tingkat keberhasilan pelatih dalam proses pelatihan. Kegiatan membuka dan menutup pelajaran mempunyai tujuan:

  1. Menarik perhatian dan memotivasi dalam pengerjaan tugas yang dihadapi.

  2. Memungkinkan peserta mengetahui batas tugas yang akan dikerjakan.

  3. Peserta dapat mengetahui pendekatan yang akan digunakan.

  4. Memungkinkan peserta mengetahui hubungan antara pengalaman-pengalaman yang dikuasai dengan hal-hal baru yang akan dipelajari.

  5. Memberi kemungkinan peserta untuk menggabungkan fakta, keterampilan, dan konsep-konsep yang tercakup dalam suatu peristiwa.

  6. Memungkinkan peserta mengetahui tingkat keberhasilannya.

Komponen Keterampilan Dasar Membuka Pelajaran

Membuka pelajaran dapat dilakukan dengan:

  1. Menarik perhatian peserta.

    Beberapa cara yang dapat digunakan pelatih untuk menarik perhatian peserta, antara lain:

    1. Menggunakan variasi gaya melatih dan pola interaksi.

    2. Penggunaan alat-alat bantu melatih.

  2. Memotivasi.

    Menimbulkan motivasi dapat dikerjakan dengan cara antara lain:

    1. Menunjukkan kehangatan dan keantusiasan.

    2. Menimbulkan rasa ingin tahu.

    3. Mengemukakan ide-ide yang bertentangan.

    4. Memperhatikan minat peserta.

  3. Memberikan acuan

    Memberikan acuan merupakan usaha memberikan gambaran yang jelas mengenai hal yang akan dipelajari dengan cara memasukkan secara spesifik dan singkat serangkaian alternatif yang relevan, dengan cara:

    1. Mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas.

    2. Menyarangkan langkah-langkah yang akan dilakukan, mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas.

    3. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan.

  4. Membuat kaitan.

    Beberapa usaha pelatih dalam membuat kaitan antara lain:

    1. Membuat kaitan antara aspek-aspek yang relevan dari materi pelatihan yang dikenal peserta.

    2. Pelatih membandingkan atau mempertentangkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah diketahui.

    3. Menjelaskan konsepnya terlebih dahulu baru kemudian uraian secara rinci.

Komponen Keterampilan Dasar Menutup Pelajaran

Menutup pelajaran dimaksudkan untuk memperoleh gambaran utuh pada akhir kegiatan, dan untuk mengetahui tingkat pencapaian peserta atau tingkat keberhasilan peserta. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan pelatih dalam menutup pelajaran, antara lain:

  1. Meninjau kembali penguasan inti pelajaran dengan merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan.

  2. Mengevaluasi dengan berbagai bentuk evaluasi, misalnya:

    1. Mendemontrasikan keterampilan.

    2. Meminta peserta mengaplikasikan ide baru dalam situasi lain.

    3. Mengeksplorasikan pendapat peserta sendiri.

    4. Memberikan soal-soal tertulis.

Prinsip-prinsip Penggunaannya

Berapa prinsip yang perlu dipertimbangkan oleh pelatih dalam membuka dan menutup pelajaran adalah:

  1. Kebermaknaan

  2. Untuk menarik perhatian atau motivasi peserta, pelatih harus memilih cara yang relevan dengan isi dan tujuan pelajaran.

  3. Berurutan dan berkesinambungan.

  4. Aktivitas yang ditempuh pelatih dalam mengenalkan dan merangkum pokok-pokok pelajaran hendaknya merupakan bagian yang utuh, kaitan antara bagian yang satu dengan bagian yang lain atau dengan pengalaman peserta harus jelas.

b. Keterampilan Dasar Menjelaskan

Pengertian

Menjelaskan/menerangkan adalah menyajikan informasi lisan yang diorganisasikan secara sismatik untuk menunjukan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya. Penekanan memberikan penjelasan ialah proses penalaran peserta dan bukan indoktrinasi. Contohnya: memberikan gambaran tentang suatu keadaan, mengungkapkan sebab-sebab suatu kejadian dan sebagainya. Keberhasilan menerangkan ditandai oleh terbentuknya pengertian peserta terhadap suatu hal. Struktur bahan pengajaran dalam rangka menerangkan biasanya direncanakan sedemikian rupa agar dapat dikendalikan. Keterangan logika, keterampilan mengungkapkan bahan dan strategi penyusunan bahan merupakan prosedur utama untuk menerangkan.

Menjelaskan tidak terlupa dari usaha mengadakan hubungan antara hal yang sudah diketahui dan yang belum diketahui. Penjelasan yang lengkap selalu disertai bukti dan sebab akibatnya yang didasarkan pada hubungan logis antara generalisasi, ketentuan-ketentuan, kenyataan-kenyataan sesuai dengan sistem persepsi peserta. Tujuan keterampilan menjelaskan adalah:

Tujuan keterampilan menjelaskan adalah:

  1. Memberikan pengertian kepada orang lain.

  2. Membuat peserta berfikir secara logis dan sistematis.

  3. Melatih peserta berfikir berdasarkan sebab-sebab dan alasan-alasan.

  4. Melatih peserta mandiri di dalam mengambil keputusan.

  5. Menanamkan sikap yakni bahwa cara berfikir benar.

  6. Menuntun peserta kepada pengertian yang jelas dalam memecahkan pertanyaan: “Apa” “Mengapa” dan “Bagaimana”.

  7. Melibatkan peserta dalam berfikir memecahkan masalah.

  8. Untuk memperoleh umpan balik dari peserta berdasarkan tingkat pengertiannya.

  9. Membantu peserta menggunakan proses penularan dan bukti-bukti dalam memecahkan masalah.

Komponen keterampilan dasar menjelaskan

Dalam merencanakan komponen keterampilan menjelaskan meliputi :

  1. Merencanakan penjelasan

    Merencanakan penjelasan perlu diperhatikan isi pesan yang akan disampaikan dan kesiapan penerima pesan. Yang berhubungan dengan isi pesan (materi), mencakup :

    1. Menganalisis masalah secara keseluruhan.

    2. Menentukan jenis hubungan yang ada antara unsur-unsur yang dikaitkan.

    3. Menggunakan hukum, rumus, atau generalisasi yang sesuai dengan hubungan yang telah ditentukan.

    Yang berhubungan dengan penerima pesan (peserta), perlu diperhatikan adalah kepada siapa penjelasan itu akan disajikan, misalnya usia, jenis kelamin, kemampuan, latar belakang sosial, dan lingkungan belajar peserta. Sehingga yang perlu dipertimbangkan sehubungan dengan penerima pesan ini adalah :

    1. Penjelasan harus cukup relevan dengan permasalahan peserta

    2. Penjelasan harus mudah diterima oleh peserta.

    3. Penjelasan harus cocok dengan khazanah pengetahuan peserta pada saatnya.

  2. Menyajikan penjelasan.

    Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyajikan suatu penjelasan adalah:

    1. Kejelasan, yang dapat dicapai dengan :

      • Bahasa yang diucapkan harus jelas kata-katanya, ungkapannya, maupun suaranya.

      • Pembicaraan harus lancar dengan menghindari kata-kata yang tidak perlu, misalnya “ee”, “aa”, dan lain sebagainya.

      • Kalimat disusun dengan tata bahasa yang baik dengan menghindari kalimat yang tidak lengkap.

      • Istilah-istilah teknis atau istilah baru harus didefinisikan dengan jelas.

      • Menggunakan waktu diam sejenak (senyap) untuk melihat apakah yang dijelaskan itu telah dimengerti oleh siswa.

    2. Menggunakan contoh dan ilustrasi, meliputi penggunaan

      • Induktif : Contoh/ilustrasi konsep/generalisasi.

      • Deduktif: Konsep/generalisasi contoh/ilustrasi

    3. Memberikan penekanan, meliputi penggunaan variasi suara, mimik, gerak, ikhtisar, pengulangan, memberi tanda dan sebagainya.

    4. Hal tersebut untuk menunjukan bagian yang penting yang perlu mendapat perhatian dari pada orang lain.

    5. Pengorganisasian, meliputi membuat hubungan antara contoh dan generalisasi yang jelas serta memberikan ikhtisar selama atau pada akhir sajian.

    6. Umpan balik, meliputinya adanya perubahan tingkah laku peserta dan memberikan kesempatan kepada peserta untuk menjawab pertanyaan pelatih serta mengajukan pendapat apakah penjelasan yang diberikan oleh pelatih memberikan manfaat bagi peserta.

Keterampilan Dasar Bertanya

Pengertian dan Tujuan

Bertanya dapat diartikan sebagai ucapan yang disampaikan dengan maksud meminta respon dari orang lain. Dalam proses pengajaran respon yang diberikan mencerminkan sampai dimana tingkat pengetahuan peserta. Jadi bertanya dalam pembelajaran penting karena tingkat kemampuan pelatih dalam mengajukan pertanyaan yang efektif akan merupakan stimulus yang akan merangsang dan akan mendorong kemampuan berpikir peserta.

Tujuan bertanya antara lain :

  1. Merangsang kemampuan berpikir peserta.

  2. Membantu peserta dalam belajar.

  3. Mengarahkan peserta pada tingkat interaksi belajar yang mandiri.

  4. Meningkatkan komponen berfikir peserta dari komponen berfikir tingkat rendah ke tingkat yang lebih tinggi.

  5. Membantu peserta dalam mencapai tujuan pelajaran yang disampaikan.

Komponen Keterampilan Dasar Bertanya

  1. Keterampilan tingkat dasar

    Komponen yang termasuk dalam keterampilan dasar bertanya meliputi:

    1. Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat.

    2. Perincian dalam, supaya peserta dapat menjawab dengan tepat, dalam mengajukan pertanyaan pelatih perlu memberikan informasi-informasi yang menjadikan contoh pertanyaan.

    3. Pemusatan ke arah jawaban yang diterima

    4. Pemusatan dapat dikerjakan dengan cara: memberikan pertanyaan yang luas (terbuka) yang kemudian mengubahnya menjadi pertanyaan yang sempit.

    5. Pemindahan giliran menjawab.

    6. Pemindahan giliran menjawab dapat dikerjakan dengan cara meminta peserta yang berbeda untuk menjawab yang sama.

    7. Penyebaran pertanyaan

    Untuk maksud tertentu pelatih dapat melemparkan pertanyaan ke seluruh kelas, ke peserta tertentu atau menyebarkan peserta ke peserta yang lain.

    1. Pemberian waktu berfikir

      Dalam mengajukan pertanyaan pelatih harus berdiam diri sesaat sebelum menunjukkan peserta merespon pertanyaannya.

    2. Pemberian tuntunan

      Bagi peserta yang mengalami kesukaran dalam menjawab pertanyaan strategi pemberian tuntunan perlu dikerjakan. Strategi itu meliputi pengungkapan pertanyaan dengan bentuk atau cara yang lain, mengajukan pertanyaan lain yang lebih sederhana, dan mengulangi penjelasan-penjelasan sebelumnya.

  2. Keterampilan Tingkat Lanjutan, ditambahkan komponen:

    1. Pengubahan tuntunan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan.

    2. Untuk mengembangkan kemampuan berfikir peserta diperlukan pengubahan tuntunan tingkat kognitif pertanyaan (ingat, pemahaman, penerapan, analisis sistetis, dan evaluasi)

    3. Pengaturan urutan pertanyaan.

    4. Pertanyaan yang diajukan haruslah mempunyai urutan yang logis.

    5. Penggunaan pertanyaan pelacak.

    6. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan peserta yang berkaitan dengan jawaban yang dikemukakan, keterampilan melacak perlu dipunyai oleh pelatih. Melacak dapat dikerjakan dengan meminta peserta untuk memberikan penjelasan tentang jawabannya, memberikan alasan, memberikan contoh yang relevan, dan sebagainya.

    7. Keterampilan mendorong terjadinya interaksi antar peserta.

d. Keterampilan Dasar Memberi Penguatan

Pengertian dan Tujuan

Penguatan ada dua macam, yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif adalah tingkah laku pelatih dalam merespons secara positif suatu tingkah laku tertentu dari peserta yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali. Sedangkan penguatan negatif adalah pengurangan hingga penghilangan suatu stimulus yang tidak menyenangkan untuk mendorong terulang kembali suatu tingkah laku yang timbul yang sebagai akibat dari pengurangan atau penghilangan tersebut.

Tujuan penguatan adalah:

  1. Meningkatkan perhatian peserta.

  2. Melancarkan/memudahkan proses pembelajaran.

  3. Membangkitkan dan mempertahankan motivasi.

  4. Mengontrol atau mengubah sikap dan tingkah laku yang mengganggu.

  5. Mengembangkan dan mengatur diri sendiri dalam belajar.

  6. Mengarahkan kepada cara berfikir yang baik/divergen dan inisiatif pribadi.

Pemberian penguatan diberikan pada saat:

  1. Perhatian pada pelatih, kawan, atau objek diskusi.

  2. Tingkah laku belajar, membaca, pekerjaan di papan tulis.

  3. Penyelesaian hasil pekerjaan

  4. Kualitas pekerjaan/tugas (kerapian, keindahan)

  5. Perbaikan/penyempurnaan tugas.

  6. Tugas-tugas mandiri

Komponen Keterampilan Dasar Penguatan

Penggunaan komponen keterampilan dalam kelas harus bersifat selektif berhati-hati, disesuaikan dengan usia peserta, tingkat kemampuan, kebutuhan serta latar belakang, tujuan dan sifat tugas. Pemberian penguatan harus bermakna dari peserta.

Beberapa komponen keterampilan memberi penguatan adalah:

  1. Penguatan Positif

    1. Penguatan verbal

      Penguatan verbal dapat berupa kata-kata kalimat yang diucapkan guru. Contoh, “baik”, “bagus”, “tepat”, “saya sangat menghargai pendapatan”, “pikiranmu sangat cerdas”, dan lain-lain.

    2. Penguatan gestural

      Penguatan ini diberikan dalam bentuk mimik, gerakan wajah atau anggota badan yang dapat memberikan kesan kepada siswa. Misal : Mengangkat alis, tersenyum, kerlingan mata, tepuk tangan, anggukan tanda setuju, menaikkan ibu jari tanda “jempolan”, dan lain-lain.

    3. Penguatan dengan cara mendekati

      Penguatan ini dikerjakan dengan cara mendekati siswa untuk menyatakan perhatian pelatih terhadap pekerjaan, tingkah laku atau penampilan peserta. Misalnya: pelatih duduk dalam kelompok, berdiri disamping peserta. Seringkali pelatih mendekati peserta diberikan untuk memperkuat pengetahuan yang bersifat verbal.

    4. Penguatan dengan sentuhan

      Pelatih dapat menyatakan penghargaan kepada peserta dengan menepuk pundak peserta, menjabat tangan peserta atau mengangkat tangan peserta.

    5. Penguatan dengan memberikan kegiatan yang menyenangkan

      Penguatan ini dapat berupa meminta peserta membantu temannya bila dia selesai mengerjakan pekerjaan terlebih dahulu dengan tepat, peserta diminta memimpin kegiatan dan lain-lain.

    6. Penguatan berupa tanda atau benda

      Penguatan bentuk ini merupakan usaha pelatih dalam menggunakan bermacam-macam simbol penguatan untuk menunjang tingkah laku peserta yang positif. Bentuk penguatan ini antara lain: komentar tertulis dalam buku pekerjaan, pemberian prangko, data uang koleksi, bintang, persen dan sebagainya.

  2. Penguatan negatif

    Cara yang dilakukan dalam penguatan negatif sama dengan pemberian penguatan positif, hanya saja yang dilakukan yang tidak menyenangkan bagi peserta supaya dapat mengurangi atau menghilangkan tindakan peserta.

Cara menggunakan komponen:

  1. Bervariasi

  2. Pemberian penguatan lebih baik diberikan secara langsung dan segera.

  3. Untuk keperluan tertentu penggunaan penguatan tidak pernah dapat diberikan. Misalnya kepada peserta yang menjawab salah, penguatan diberikan pada usaha peserta dalam menjawab dan bukan pada kualitas jawaban. Perbuatan pelatih ini segera dilanjutkan dengan meminta peserta pertama untuk menirukan jawaban atau memberikan pertimbangan kepada jawaban temannya.

  4. Memberikan penguatan merupakan tingkah laku yang mudah untuk diucapkan dan sukar dilakukan. Oleh karena itu, latihan-latihan yang intensif dikerjakan oleh calon pelatih.

e. Keterampilan Dasar Menggunakan Variasi

Pengertian dan Tujuan

Menggunakan variasi diartikan sebagai perbuatan pelatih dalam konteks proses pelatihan yang bertujuan mengatasi kebosanan peserta, dalam mengikuti pelatihan, sehingga dalam proses belajarnya peserta senantiasa menunjukan ketekunan, keantusiaan serta berperan secara aktif.

Kegunaan dalam kelas untuk:

  1. Memelihara dan meningkatkan peserta terhadap hal-hal yang berkaitan dengan aspek belajar.

  2. Meningkatkan kemungkinan berfungsinya motivasi rasa ingin tahu melalui kegiatan investigasi dan eksplorasi.

  3. Membentuk sikap positif terhadap pelatih.

  4. Kemungkinan dilayaninya peserta secara individual sehingga memberi kemudahann belajar.

  5. Mendorong aktivitas belajar yang melibatkan peserta dalam berbagai kegiatan. Belajar, menarik dan berguna dalam berbagai tingkat kognitif.

Komponen keterampilan mengadakan variasi

  1. Variasi dalam gaya mengajar pelatih.

    Variasi gaya mengajar pelatih meliputi komponen-komponen:

    1. Variasi suara: keras lemah, cepat lambat, tinggi rendah, besar kecil.

    2. Pemusatan perhatian. Pemusatan perhatian dapat dikerjakan secara verbal, isyarat atau dengan menggunakan modal.

    3. Kesenyapan. Pada saat pelatih menerangkan seringkali diperhatikan kegiatan berhenti sejenak secara tiba-tiba.

    4. Ada kalanya diam sejenak diperlukan apabila pelatih akan berpindah dari segman mengajar ke segman mengajar yang lain.

    5. Kontak Pandang. Untuk meningkatkan hubungan dengan siswa dan menghindari hal-hal yang bersifat impersonal, maka kontak pandang perlu dikerjakan selama proses pengajaran

    6. Gerakan badan dan lirik: Perubahan ekspersi wajah, gerakan kepala, badan, sangat penting dalam proses komunikasi

    7. Perubahan posisi pelatih. Perhatian peserta dapat ditingkatkan melalui perubahan posisi pelatih dalam proses interaksi komunikasi.

  2. Variasi penggunaan media dan bahan pengajaran.

    Variasi di dalam setiap jenis media atau variasi antara jenis media perlu diperhatikan dalam proses belajar mengajar.

  3. Variasi pola interaksi dan kegiatan peserta.

    Rentangan interaksi dapat bergerak diantara dua kutup yang ekstrim yakni pelatih sebagai pusat kegiatan dan peserta sebagai pusat kegiatan. Perubahan interaksi diantara kedua kutup tadi akan berakibat pada pola kegiatan yang dialami peserta. Dari uraian tersebut di atas, jelas bahwa keterampilan menggunakan variasi bersifat lebih luas jika dibandingkan dengan keterampilan memberi penguatan dan keterampilan bertanya.

Prinsip-prinsip yang perlu dipahami

Prinsip-prinsip yang perlu alami penggunaan variasi antara lain:

  1. Perubahan yang digunakan harus lancar dan tepat.

  2. Pengguanaan teknik variasi harus lancar dan tepat.

  3. Penggunaan komponen-komponen variasi harus benar-benar terstuktur dan direncanakan sebelumnya.

  4. Penggunaan komponen variasi harus fleksibel dan spontan berdasarkan feedback peserta

f. Keterampilan Mengelola Kelas

Pengertian

Pengelolaan kelas adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan pengelolaan pelatihan dapat berlangsung secara optimal. Hal ini berbeda dengan pengelolaan pembelajaran, yaitu kegiatan mengajar itu sendiri yang melibatkan secara lansung komponen materi, metode, dan alat bantu mengajar dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran.

Contoh masalah pengelolaan pembelajaran misalnya tujuan pembelajaran tidak jelas, materi pelajaran terlalu mudah atau terlalu sulit, media atau metode pembelajaran tidak sesuai, urutan materi tidak sistematis, penilaian tidak jelas, dan lain sebagainya. Sedangkan contoh masalah pengelolaan kelas adalah peserta mengantuk, peserta ramai, peserta tidak mengerjakan tugas, peserta senang mengganggu teman, kursi banyak yang rusak, ruang kelas kotor, dan masih banyak contoh lain.

Mengelole kelas merupakan fungsi pelatih sebagai manajer. Manajemen artinya sebagai penyelenggaraan atau pengurusan supaya yang dikelola dapat berjalan dengan lancar, efektif, dan efesien. Sehingga dalam hal ini fungsi pelatih sebagai manajer adalah sebagai pengorganisasi atau pengelola. Sedangkan tujuan mengelola kelas adalah: (1) ntuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, (2) mengembalikan bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar.

Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas

Macam-macam pendekatan pengelolaan kelas adalah :

  1. Pendekatan perubahan tingkah laku.

  2. Pendekatan iklim sosial.

  3. Pendekatan kelompok.

Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku

Pendekatan pengubahan perilaku bertolak dari psikologi tingkah laku dengan anggapan dasar bahwa tingkah laku manusia yang baik maupun yang buruk, dalam batas tertentu merupakan hasil belajar. Dengan demikian maka tingkah laku manusia tersebut dapat dimodifikasi.

Modifikasi tersebut antara lain menggunakan teknik penguatan positif, penguatan negatif, penghapusan, dan hukuman. Penguatan positif adalah respons terhadap suatu tingkah laku, yang dapat meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali tingkah laku tersebut. Penguatan negatif adalah pengurangan hingga penghilangan stimulus yang tidak menyenangkan untuk mendorong terulang kembali suatu tingkah laku yang timbul sebagai akibat dari pengurangan atau penghilangan tersebut.

Prinsip penggunaan:

  1. Menghindari pemberian stimulus yang menyakitkan.

  2. Sasaran jelas

  3. Pemberian penguatan dengan segera.

  4. Menyajikan stimulus dengan bervariasi.

  5. Rasa antusias

  6. Dikombinasikan dengan teknik lain.

Pendekatan Iklim Sosial (Iklim Sosial-Emosional)

Pendekatan iklim sosial-emosional bertolak dari psikologi klinis dan konseling, dengan anggapan dasar bahwa kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien apabila ada hubungan sosial-emosional yang baik antara pelatih dengan peserta dan peserta dengan peserta. Hal tersebut dapat diupayakan pelatih dengan cara:

  1. Sikap terbuka.

  2. Sikap menerima dan menghargai peserta

  3. Sikap empati

  4. Sikap membicarakan situasi pelanggaran dan pelaku pelanggaran.

  5. Sikap demokratis

Pendekatan Proses Kelompok

Pendekatan proses kelompok bertolak dari psikologi sosial dan dinamika kelompok, dengan anggapan dasar bahwa kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien berlangsung dalam konteks kelompok, yaitu kelompok kelas. Untuk itu tugas pelatih disini adalah menciptakan kelompok kelas yang mempunyai ikatan yang kuat serta dapat bekerja secara efektif dan efisien.

Untuk menciptakan suasana ikatan kelompok yang baik perlu adanya pembentukan tujuan yang sama dalam kelompok, aturan yang jelas untuk mengikat peserta menjadi kelompok, dan kepemimpinan pelatih dalam kelompok. Dan untuk memelihara suasana kerja kelompok yang sehat pelatih perlu melakukan misalnya:

  1. Mendorong dan memeratakan partisipasi

  2. Mengusahakan kompromi.

  3. Mengurangi ketegangan.

  4. Memperjelas komunikasi.

  5. Mengatasi pertentangan antar pribadi atau kelompok.

  6. Menunjukkan bahwa kehadiran peserta adalah fisik dan psikis.

  7. Menerangkan sangsi.