Dokumentasi - Tenaga kesehatan bekerja di dalam unit penanganan penyakit virus corona (COVID-19) di United Memorial Medical Center di Houston, Texas, Amerika Serikat, Sabtu (12/12/2020), saat Amerika Serikat hampir mencapai angka 300.000 kematian. ANTARA FOTO/REUTERS/Callaghan O'Hare/rwa/cfo/am. Show
Lihat Foto KOMPAS.com - Beberapa hari lalu, para peneliti menemukan adanya virus Langya atau Langya henipanvirus yang menyebar di China Timur. Virus tersebut menyebar melalui hewan tikus. Sejauh ini, sebanyak 35 orang telah dinyatakan positif terkena virus Langya dan menunjukan gejala seperti demam, batuk, dan sakit kepala. Virus Langya merupakan jenis virus RNA yang bisa menyebar dengan mudah ke manusia. Namun, sejauh ini peneliti menyimpulkan bahwa virus tersebut tidak mematikan. Baca juga: 13 Manfaat Minum Air Putih 2 Liter Setiap Hari Gejala infeksi virus LangyaMereka yang terinfeksi virus Langya bisa mengalami berbagai gejala seperti demam, kelelahan, batuk, nyeri otot, sakit kepala, dan muntah. Namun, gejala yang paling umum dialami oleh pasien yang terinfeksi virus Langya adalah demam. Sementara itu, sekitar 50 persen dari pasien yang terinfeksi mengalami kelelahan, batuk, dan kehilangan nafsu makan. Sekitar sepertiga pasien yang terinfeksi virus Langya juga mengalami gangguan fungsi hati, dan delapan persen pasien mengalami gangguan fungsi ginjal. Apakah virus ini menular lewat manusia?Melansir informasi dari laman Healthline, hingga saat ini peneliti belum menemukan bukti bahwa virus Langya bisa menular dari manusia ke manusia. Hingga saat ini, tidak ada pasien yang tertular virus Langya dari sesama manusia. Selain itu, tidak ada satupun dari pasien tersebut yang menyebarkannya ke orang lain. Namun, hal tersebut belum tentu memastikan bahwa virus Langya tidak bisa menular dari manusia ke manusia.
Sebab, ukuran sampel yang digunakan dalam penelitian masih relatif kecil. Oleh karena itu, masih diperlukan penelitian lanjutan mengenai virus Langya. Apakah virus Langya berbahaya?Infeksi virus Langya pada manusia masih tergolong baru dan diperlukan lebih banyak penelitian. Namun, mengingat tidak ada penularan dari manusia ke manusia, virus ini tidak mungkin menjadi ancaman besar bagi manusia. Di sisi lain, penularan virus melalui hewan bisa kita minimalisir dengan menghindari kontak langsung dengan hewan. Baca juga: Gejala dan Penyebab Megalomania Jadi, virus ini tidak mungkin berdampak besar seperti virus Corona. Meski demikian, kita tetap harus mewaspadainya. Selain itu, virus Langya tidak menyebabkan kematian. Gejala yang ditimbulkan virus ini mirip seperti flu biasa. Akan tetapi, virus ini bisa saja bermutasi. Oleh karena itu, sebisa mungkin kita tetap harus mewaspadai penyebaran virus Langya. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Fasilitas layanan informasi Loka Litbangkes Pangandaran yang bertanggung jawab menyediakan dan melayani pemberdayaan koleksi pustaka mengenai Penelitian dan pengembangan khususnya kesehatan masyarakat dan penyakit tular vektor arthropod-borne disease. Ikuti tautan ini untuk menampilkan informasi lengkap mengenai Loka Litbangkes Pangandaran.
mulai dengan mengetik satu atau lebih kata kunci untuk judul, penulis atau subjek
© 2022 — Perpustakaan Loka Litbang Kesehatan Pangandaran
Bab 1.Apa itu conid 19 2.Pandemi corona dan bagaimana semua bermula 3.WHO 4.WHO tetapkan covid -19 sebagai nama resmi virus corona 4.WHO teapkan covid-19 sebagai pandemi global 5.Mencari identitas patient zero kasus pertama covid -19 6.Fakta menarik tentang pasar makanan di wuhan 7.Kronologi covid-19 di Indonesia 8.Menyerang tanpa pandang bulu 9.how to survive from covid -19.
Tidak tersedia versi lain DETAIL CANTUMANKembali ke sebelumnyaXML DetailCite this Tekan tombol Enter untuk memulai obrolan
KATA PENGANTAR, DAFTAR ISI : 1. Apa Itu Covid-19?, 2. Pandemi Corona dan Bagaimana Semua Bermula, 3. WHO Menetapkan Covid-19 Sebagai Nama Resmi Virus Corona, 4. WHO Tetapkan Covid-19 Sebagai Pandemi Global, 5. Mencari Identitas 'Patient Zero',Kasus Pertama Covid-19, 6. Fakta Menarik Tentang Pasar Makanan Laut di Wuhan, 7. Kronologi Covid-19 di Indonesia, 8. Menyerang Tanpa Pandang Bulu, 9. How To Survive From Pandemic Covid-19, 10. New Normal, 11. Kamus Covid-19
Tidak tersedia versi lain
Peningkatan jumlah kasus COVID-19 di Indonesia serta seluruh dunia tampak kian mengkhawatirkan. Namun, kondisi kritis pandemi tidak hanya berhenti disana. Kini, ilmuwan telah menemukan berbagai varian baru COVID-19 yang ditemukan di berbagai belahan dunia seperti Inggris, Afrika Selatan serta Brasil. Bagaimana dampak keberadaan varian baru ini terhadap kondisi pandemi yang tengah kita lalui? Bagaimana mekanisme mutasi ini bekerja dan apa implikasinya terhadap penanganan seseorang yang dinyatakan positif? Varian baru COVID-19 yang ditemukan di Inggris, Afrika Selatan, serta Brasil dinyatakan sebagai “variants of concern” yang dapat diterjemahkan menjadi varian yang berpengaruh signifikan serta perlu mendapatkan perhatian khusus baik oleh kita dan terutama tenaga kesehatan. Apa yang disebut dengan mutasi dan bagaimana proses itu terjadi? Setiap kali virus bereplikasi atau dalam hal ini bereproduksi, terdapat sebuah kemungkinan kecil dimana virus mengalami “error” yang kita kenal sebagai mutasi. Virus mengalami mutasi, atau dikenal dengan istilah perubahan, sepanjang waktu. Semakin banyak jumlah virus yang beredar, semakin besar pula potensi virus tersebut untuk mengalami mutasi. Dalam beberapa kasus, mutasi ini dapat berakibat pada produksi varian virus yang dapat beradaptasi lebih baik dibandingkan varian virus sebelumnya. Proses perubahan serta seleksi varian virus yang unggul dikenal juga sebagai evolusi virus. Ketika varian virus yang telah mengalami mutasi ini melebihi jumlah varian virus lainnya akan terjadi dominasi varian yang lebih kuat sehingga meningkatkan resiko infeksi pada manusia.
Linimasa penyebaran varian SARS-CoV-2 di seluruh dunia Ilmuwan kini tengah menyelidiki apakah mutasi ini berpengaruh dalam (1) pelekatan virus pada sel atau (2) efisiensi proses replikasi virus. Selain kemungkinan tersebut, ilmuwan juga menyatakan kekhawatiran akan potensi berkurangnya efektivitas vaksin pada virus yang telah bermutasi. Angela Rasmussen, seorang ahli virologi di Georgetown University Center for Global Health Science and Security menyatakan bahwa terlepas dari kekhawatiran efektivitas virus terhadap proses vaksinasi, hingga saat ini virus yang mengalami mutasi tidak mengalami peningkatan sifat patogen – kemampuan virus untuk menyebabkan sakit parah hingga berujung kematian. “Kunci keberhasilan penanganan berbagai varian virus terletak pada pemberian dosis vaksin yang tepat, melakukan vaksinasi dalam waktu sesingkat mungkin, serta menerapkan kebijakan untuk menghindari transmisi lebih lanjut” sebagaimana diungkapkan oleh Rasmussen. Dalam upaya mendukung agar pandemi ini segera berlalu, aku, kamu, dan kita dapat melakukannya dengan menaati protokol kesehatan yang berlaku. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, diperlukan penerapan kebijakan untuk mencegah terjadinya transmisi. Sebaik-baiknya sebuah kebijakan, kunci keberhasilannya tetap saja terletak pada kita sebagai individu. Apakah kamu sudah mencuci tangan, menjaga jarak serta memakai masker saat bepergian? Kontributor: Addina Shafiyya Ediansjah Sumber : Berita Covid19 ITB
|