Apa yang menyebabkan paus terdampar dan mati jelaskan

Lihat Foto

Tasmania Police via BBC

Foto tak bertanggal yang menunjukkan beberapa ekor paus pilot terdampar di pantai Pulau Tasmania, Australia.

KOMPAS.com - Cerita mengenai paus atau lumba-lumba yang terdampar seringkali banyak ditemukan.

Baik itu di media sosial maupun juga di media massa.

Seperti saat ratusan paus pilot terdampar secara massal di selatan Australia pada September 2020 lalu.

Apabila mereka terdampar, tubuh mereka bisa mengering, kepanasan, menderita luka, bahkan berujung pada kematian.

Sistem navigasi

Seperti burung yang berimigrasi, beberapa spesies paus juga melakukan perjalanan jauh setiap tahunnya.

Di musim dingin, paus berimigrasi dari laut utara yang dingin ke perairan yang lebih hangat di selatan dan paus dari perairan selatan pindah ke utara pada musim yang sama.

Beberapa bulan kemudian mereka mulai melakukan perjalanan pulang.

Dikutip dari DW, Kamis (8/10/2020), paus dan lumba-lumba memiliki sonar bawah air yang kuat. Mereka menyesuaikan diri dalam perjalanan dengan memancarkan gelombang suara.

Ketika gelombang suara ini bertabrakan dengan suatu objek, maka akan terpantul kembali sebagai gema ke telinga mereka.

Semakin cepat suara kembali, berarti semakin dekat mangsa, rintangan atau pantai di sekitar mereka.

Baca juga: Tak Semua Paus Terdampar Bisa Diselamatkan, Australia Akan Suntik Mati Sebagian

Lihat Foto

AFP/MARTY MELVILLE

Bangkai paus pilot setelah terdampar di Farewell Spit, Selandia Baru pada 11 Februari 2017. Pada Minggu (25/11/2018), 145 paus pilot terdampar dan terpaksa harus dieutanasia.

Oleh: Tumbur Simangunsong, Guru SMPN 1 Silau Laut, Asahan, Sumatera Utara 

KOMPAS.com - Beberapa hewan memanfaatkan medan magnet bumi untuk melanjutkan kehidupannya.

Ada yang menggunakan magnet bumi sebagai alat navigasi untuk migrasi, mencari makanan, hingga berkembang biak.

Seperti hewan pada umumnya, ikan paus juga menggunakan medan magnet bumi dalam kelangsungan hidupnya. 

Ikan paus memanfaatkan medan magnet bumi sebagai navigasi untuk menentukan habitat yang sesuai dengannya.

Namun kenyataannya akhir-akhir ini banyak paus yang terdampar di pantai yang akhirnya mati. Lalu apa yang menyebabkan ikan paus bisa terdampar?

Baca juga: Perbedaan Sel Hewan dan Tumbuhan dan Langkah Pengamatannya

Berikut beberapa akibat penyebab paus terdampar di pantai yang dilansir dari National Gepgraphic, yaitu: 

Topografi daerah pasang surut

Topografi daerah pasang surut di beberapa pesisir pantai di belahan dunia, bisa menjadi perangkap bagi paus.

Paus sering mengikuti arus pasang yang besar, namun dapat surut dalam waktu yang cepat.

Sehingga paus yang memiliki badan besar tertinggal di air dangkal, padahal paus memiliki kemampuan navigasi di air yang dalam.

Bayi Lumba-lumba Hidung Botol (Tursiops truncatus) yang berjenis kelamin betina dan bernama Uchuy (kanan) bermain bersama induknya di Taman Safari Prigen, Pasuruan, Jawa Timur, Jumat 15 Januari 2021. Uchuy yang lahir normal pada 16 Oktober 2020 tersebut merupakan Lumba-lumba Hidung Botol pertama yang lahir di taman itu sehingga menambah koleksi Lumba-lumba Hidung Botol di taman tersebut menjadi lima ekor. ANTARA FOTO/Zabur Karuru

TEMPO.CO, Jakarta - Video yang memperlihatkan dua pemuda membawa seekor lumba-lumba menggunakan sepeda motor viral di media sosial. Video tersebut diunggah oleh akun Instagram @christian_joshuapale pada Sabtu, 11 September 2021.

Kedua pemuda dalam yang berasal dari Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), itu diduga membawa lumba-lumba ke pasar untuk dipotong dan dijual. Lumba-lumba tersebut dalam keadaan mati setelah sebelumnya disebut-sebut terdampar di pantai.

Kasus lumba-lumba terdampar memang sering terjadi. Melansir dari Deutsche Welle setidaknya ada 2 ribu mamalia laut yang mati dengan cara ini setiap tahun.

Selain lumba-lumba, mamalia laut lain yang kerap terdampar adalah paus pilot, paus sperma dan paus paruh. Hewan-hewan tersebut paling banyak terdampar di Australia Barat, Selandia Baru, serta pantai timur Amerika Utara dan Patagonia.

Terdamparnya lumba-lumba dan paus bisa disebabkan oleh banyak hal. Namun kesalahan navigasi diyakini sebagai penyebab utama.

Sama seperti burung, lumba-lumba dan paus melakukan migrasi setiap tahun. Migrasi tersebut dilakukan secara berkelompok dan dipandu oleh seorang pemimpin.

Di perjalanan, pemimpin migrasi bisa kehilangan orientasi karena bingung atau terserang parasit. Akibatnya, anggota kelompok akan ikut bergerak ke arah yang salah.

Hal lain yang dapat menyebabkan lumba-lumba terdampar adalah karena mereka berlindung dari pemangsa atau berburu kawanan ikan terlalu jauh hingga ke perairan yang lebih dangkal. Kadang-kadang, seekor paus atau lumba-lumba juga bisa mati terdampar setelah terluka karena tabrakan dengan kapal atau jaring ikan.

Selain faktor alam, kebisingan bawah air buatan manusia dari kapal, pemecah es, pengeboran atau peralatan sonar militer pun dapat menganggu orientasi dan komunikasi mamalia laut seperti lumba-lumba dan paus. Jika suara yang dihasilkan lebih keras dari 200 desibel, maka dapat memicu gelembung gas di pembuluh darah mamalia laut, menghalangi suplai darah dan mengakibatkan kematian mereka.

SITI NUR RAHMAWATI

Baca juga: Mirip Manusia, Metabolisme Lumba-lumba Menurun Seiring Bertambahnya Usia

Baru-baru ini, 10 ekor paus sperma terdampar di perairan kawasan Ujong Batee, Kabupaten Aceh Besar. Enam dari 10 paus itu berhasil diselamatkan, tetapi empat sisanya mati.

Sementara itu, awal tahun ini, 600 paus pilot terdampar di Selandia Baru. Sekitar 400 di antaranya mati sebelum para relawan bisa mengembalikan mereka ke laut.

Terdamparnya kawanan paus seperti ini telah terjadi sejak dimulainya catatan manusia, dan hingga sekarang masih terjadi secara reguler.

Pada penghujung 2015, misalnya, 337 paus sei mati di fjord di Cile. Pada Februari 2016, 29 paus sperma ditemukan terdampar di pantai di Jerman, Belanda, Inggris bagian timur, dan Prancis bagian utara, sebuah rekor untuk spesies ini di Laut Utara.

Join 175,000 people who subscribe to free evidence-based news.

Mengapa hewan-hewan ini, yang amat menguasai seluk-beluk kehidupan di perairan, justru bergerak memasuki lingkungan daratan yang tidak ramah—sehingga berujung kematian?

Terdampar beramai-ramai terjadi pada hampir semua spesies paus di samudra. Paus pilot sirip panjang dan sirip pendek cenderung menjadi korban yang paling sering. Spesies lain misalnya paus pembunuh palsu, paus kepala melon, paus berparuh Cuvier dan paus sperma.

Mereka biasa hidup di kedalaman 1.000 meter lebih dan merupakan makhluk sosial. Mereka membentuk kelompok yang bisa terdiri dari ratusan ekor.

Spesies paus yang paling sering terdampar adalah mereka yang hidup di laut dalam, dan di lokasi yang sama, sehingga alam lebih berperan sebagai penyebab dibandingkan manusia. Paus kerap terdampar di area yang sangat dangkal, dengan lantai laut yang melandai perlahan dan sering kali berpasir.

Dengan situasi seperti itu, tidak heran jika hewan-hewan ini, yang terbiasa berenang di laut dalam, bisa kesulitan dan bahkan kembali terdampar bila mereka berhasil mengambang lagi.

Kemampuan ekolokasi yang mereka gunakan untuk membantu navigasi juga tidak berfungsi baik di lingkungan yang demikian. Jadi cukup mungkin bila mayoritas paus terdampar akibat kesalahan navigasi, misalnya ketika mereka memburu mangsa hingga ke daerah asing dan berbahaya.

Konsekuensi yang mematikan. Remko de Waal/EPA

Di bagian selatan Laut Utara, kawanan paus pernah tercatat terdampar setidaknya sejak tahun 1577.

Selain itu, terdampar secara massal tidak hanya disebabkan oleh tersesat atau kesalahan menentukan kedalaman air. Bisa saja ada satu ekor atau lebih paus yang memang sakit, dan ketika mereka makin lemah, mencari perairan yang lebih dangkal sehingga lebih mudah bernafas ke permukaan.

Baca juga: Wallacea: laboratorium hidup evolusi

Namun ketika tubuh mereka beristirahat pada permukaan keras untuk waktu yang lama, rongga dada mereka akan tertekan dan organ-organ dalam mereka pun rusak.

Efek sonar

Terkadang, kegiatan manusia dapat menyebabkan paus terdampar, khususnya kegiatan militer yang melibatkan penggunaan sonar. Hubungan ini pertama kali diungkapkan pada 1996 setelah latihan militer NATO di lepas pantai Yunani berlangsung bersamaan dengan terdamparnya 12 paus berparuh Cuvier. Sayangnya, hewan-hewan ini tidak sempat diperiksa dokter hewan.

Pada Mei 2000, kasus paus terdampar terjadi di Bahama bersamaan dengan aktivitas angkatan laut (AL) yang menggunakan sonar serupa. Ditemukan perdarahan pada sejumlah paus yang diperiksa, khususnya di telinga bagian dalam. Ini menandakan adanya trauma akustik.

Setelah kejadian serupa di Kepulauan Canary pada September 2002, dokter hewan juga mengidentifikasi gejala penyakit dekompresi yang artinya paus-paus itu tidak selalu mati karena terdampar, tapi mungkin saja terluka atau sudah mati lebih dulu di laut.

Banyak peneliti meyakini gelombang sonar mungkin memicu perilaku tertentu pada paus, yang mengganggu mereka dalam mengelola gas di dalam tubuh mereka. Akibatnya, kemampuan mereka menyelam dan timbul ke permukaan dengan aman pun terganggu.

Kebisingan dalam laut adalah masalah besar, yang muncul sebagai dampak kegiatan manusia memasukkan suara (dengan beragam intensitas dan frekuensi) ke dalam laut, yang berasal dari berbagai teknologi bahkan peledakan.

Gempa laut juga merupakan sumber kebisingan di bawah laut, yang juga bisa menyebabkan kerusakan fisik atau perilaku yang mengakibatkan paus terdampar, meski belum seorang pun yang membuat hubungan statistik di antara keduanya.

Ikatan sosial

Kasus terdamparnya paus di Aceh dan Selandia Baru, dengan keberhasilan menyelamatkan paus dalam jumlah signifikan, juga menimbulkan pertanyaan apakah beberapa hewan yang sehat hanya mengikuti yang sakit ke daerah berbahaya.

Bertahun-tahun lalu, saya ikut membantu lumba-lumba paruh pendek biasa yang terdampar hidup-hidup di Teifi Estuary, Inggris. Satu paus mati dengan cepat dan hasil otopsi menunjukkan, hewan itu memiliki infeksi parasit paru berat, yang diperkirakan mempersulit bernafas. Individu lainnya tetap berada di dekat temannya yang sekarat dan tampak sangat tertekan, terus saja bersiul.

Kami berhasil mengambangkan kembali lumba-lumba ini dan akhirnya ia pun berenang pergi. Bagi saya, kejadian itu menunjukkan kuatnya ikatan sosial yang terjadi di antara mereka. Ketika kita melihat sejumlah besar paus atau lumba-lumba seolah-olah melakukan bunuh diri massal, kemungkinannya adalah mereka saling merespon satu sama lain secara vokal, mencerminkan hubungan sosial mereka yang kuat.

Riset menunjukkan, paus yang terdampar massal bahkan belum tentu saling terkait satu sama lain. Jadi mungkin kasus terdampar beramai-ramai adalah cerminan dari betapa kuatnya ikatan sosial di antara paus.

If so, you’ll be interested in our free daily newsletter. It’s filled with the insights of academic experts, written so that everyone can understand what’s going on in the world. With the latest scientific discoveries, thoughtful analysis on political issues and research-based life tips, each email is filled with articles that will inform you and often intrigue you.

Editor and General Manager

Find peace of mind, and the facts, with experts. Add evidence-based articles to your news digest. No uninformed commentariat. Just experts. 90,000 of them have written for us. They trust us. Give it a go.

If you found the article you just read to be insightful, you’ll be interested in our free daily newsletter. It’s filled with the insights of academic experts, written so that everyone can understand what’s going on in the world. Each newsletter has articles that will inform and intrigue you.

Komentari artikel ini

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA