This Paper A short summary of this paper 32 Full PDFs related to this paper
Beberapa hari ini banyak terjadi kelangkaan gas elpiji 3 kg di berbagai daerah di Indonesia. Banyak konsumen rumah tangga menjerit karena harus mengantri cukup lama bahkan tidak mendapatkannya. Hal ini sebenarnya lagu lama yang acap terjadi dan terbukti merugikan konsumen karena harus membeli dengan harga yang melambung. Pernyataan Pertamina bahwa kelangkaan ini dipicu oleh permintaan yang naik menjelang Natal dan Tahun Baru, adalah tidak cukup rasional. Lalu apa yang sebenarnya terjadi dan musabab apa sehingga gas elpiji 3 kg menjadi langka? Ada beberapa hal untuk menyorot hal itu, baik dari sisi harga, distribusi dan juga kebijakan subsidi. Pemicu pertama kelangkaan gas elpiji 3 kg adalah adanya disparitas harga yang sangat njomplang antara gas elpiji 3 kg dengan gas elpiji 12 kg. Akibat dari disparitas harga yang seperti ini adalah banyak pengguna gas elpiji 12 kg berpindah menjadi pengguna gas elpiji 3 kg. Selain murah, banyak konsumen 12 kg yang berpindah ke 3 kg karena dianggap praktis, mudah dibawa. Konsumen kaya pun tak malu-malu menggunakan gas elpiji 3 kg karena alasan ini. Penyebab kedua, terjadi penyimpangan distribusi gas elpiji 3 kg. Semula pola distribusi gas elpiji 3 kg bersifat tertutup, artinya konsumen yang berhak saja yang boleh membelinya. Sekarang distribusi tersebut bersifat terbuka/bebas, sehingga siapa pun bisa membelinya. Ini menunjukkan adanya inkonsistensi pola distribusi oleh pemerintah. Akibat dari disparitas harga dan penyimpangan distribusi itu maka terjadi migrasi/perpindahan dari pengguna 12 kg menjadi pengguna 3 kg. Tak kurang dari 20 persen pengguna 12 kg yang berpindah ke 3 kg, karena harga 12 kg dianggap sangat mahal sementara harga 3 kg sangat murah, karena disubsidi. Kondisi ini makin parah manakala terjadi penyimpangan/pengoplosan oleh distributor dan atau agen nakal. Mereka mengoplos demi mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Dari sisi kebijakan subsidi kelangkaan ini juga dipicu oleh sinyal bahwa pemerintah akan mencabut subsidi gas elpiji 3 kg. Hal ini diawali dengan pemangkasan slot kuota gas elpiji 3 kg yang semula sebanyak 6.5 metrik ton dipangkas menjadi 6.1 metrik ton, berkurang 400 ribuan metrik ton. Sementara permintaan gas elpiji 3 kg malah naik…ya pasti suplai berkurang alias langka! Pemerintah makin limbung saat subsidi gas elpiji 3 kg terus melambung karena penggunaan gas elipiji 3 kg terus meningkat. Oleh karena itu, jika pemerintah memang serius untuk memasok konsumen menengah bawah dengan subsidi gas elpiji, maka tingkatkan pengawasan terhadap potensi penyimpangan distribusi. Pemda harus harus turun kelapangan untuk melakukan pengawasan lebih intensif, jangan hanya berpangku tangan saja. Berikan sanksi tegas bagi oknum distributor yang terbukti melakukan malpraktik distribusi dan melakukan pengoplosan. Kepolisian harus lebih bergigi untuk melakukan law enforcemen. PT Pertamina juga harus tegas untuk memutus kerjasama dengan distributor nakal. Tanpa hal itu maka penyimpangan distribusi dan pelanggaran hak-hak konsumen menengah akan semakin besar. Mendapatkan gas elpiji dengan harga terjangkau adalah hak konsumen yang harus dijamin keberadaannya. Demikian, sekelumit analisis terhadap kelangkaan gas elpiji. Thanks. Wassalam, Tulus Abadi, Ketua Pengurus Harian YLKItirto.id - PT Pertamina (Persero) mengklaim kelangkaan elpiji 3 kg bersubsidi yang berlangsung selama sepekan terakhir diakibatkan lonjakan permintaan oleh masyarakat menjelang libur akhir tahun. Pertamina mengaku kaget lantaran lonjakan biasanya terjadi pada pertengahan hingga periode libur Natal dan Tahun Baru, bukan di awal Desember. Namun, alasan Pertamina dinilai tak rasional oleh Sekretaris Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Agus Suyatno. Menurut Agus perlu ada perhatian serius terkait sejumlah hal lantaran kelangkaan elpiji 3 kg yang merupakan barang subsidi sering terjadi. Faktor pertama, yang harus diperhatikan adalah harga. Agus menilai, ada disparitas yang terlalu jauh antara harga elpiji 3 kg dengan 12 kg yang dijual Pertamina. Disparitas ini membikin konsumen beralih ke gas elpiji 3 kg.
“Selain murah, banyak konsumen menganggap praktis, mudah ditenteng. Konsumen kaya pun tak malu-malu menggunakan gas elpiji 3 kg karena alasan ini," ujar Agus kepada Tirto Jumat (8/12/2017) Faktor kedua, terkait dengan persoalan distribusi. Terkait pola distribusi ini, Pertamina dan pemerintah berencana mengubah pola distribusi dari sistem terbuka menjadi sistem tertutup.
Baca juga: Kelangkaan LPG 3 Kg dan Rencana Distribusi Tertutup Menurut Agus, pola distribusi ini berkaitan dengan masalah disparitas harga kedua jenis produk tersebut. Berdasarkan laporan yang diterima YLKI, banyak pengguna elpiji 12 kg hijrah menjadi pengguna elpiji 3 kg lantaran selisih harga keduanya terlalu jauh setiap per kg. Sebagai gambaran harga elpiji 3 kg sekitar Rp16.000 atau Rp5.300 per kg, sedangkan elpiji 12 kg yang tak disubsidi Rp139.000 atau Rp 11.500 per kg. “Ini menunjukkan adanya inkonsistensi pola distribusi oleh pemerintah," kata Agus. Faktor ketiga, kata Agus, ada kabar yang menyebutkan bahwa pemerintah akan mencabut subsidi elpiji 3 kg yang selama ini harganya disubsidi. Agus mengatakan kalau pemangkasan kuota elpiji 3 kg dari yang semula sebanyak 6,5 juta metrik ton menjadi 6,1 juta metrik ton tak sebanding dengan kenaikan permintaan produk berharga miring ini. “Pemerintah makin limbung saat subsidi gas elpiji 3 kg terus melambung karena penggunaan gas elpiji 3 kg yang terus meningkat," tutur Agus. YLKI mendorong pemerintah mampu meningkatkan pengawasan terhadap potensi penyimpangan distribusi. Agus menilai pemantauan proses distribusi secara maksimal merupakan komitmen pemerintah dalam memasok kebutuhan gas bagi konsumen menengah ke bawah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu menggandeng pemerintah daerah untuk turun ke lapangan guna melakukan pengawasan yang lebih intensif. “Berikan sanksi tegas bagi distributor yang terbukti melakukan malapraktik distribusi dan melakukan pengoplosan. Kepolisian harus lebih bergigi untuk melakukan law enforcement," jelas Agus.
Baca juga: Gaslink, Produk Tabung Gas PGN Pesaing LPG Disinggung mengenai keluhan terbanyak dari masyarakat perihal elpiji 3 kg, Agus mengatakan bahwa masalah kelangkaan memang yang paling utama. Maka dari itu, selain mendorong pemerintah, Pertamina juga dinilai harus tegas dalam menyikapi aksi distributor yang nakal. “Tanpa itu maka penyimpangan distribusi dan pelanggaran hak-hak konsumen menengah akan semakin besar. Mendapatkan gas elpiji dengan harga terjangkau adalah hak konsumen yang harus dijamin keberadaannya," ujar Agus. Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri, Brigjen Pol Agung Setya mengatakan, pihaknya akan menyelidiki penyebab terjadinya kelangkaan peredaran tabung gas elpiji 3 kg di masyarakat. “Kami akan koordinasi dengan sejumlah pihak terkait untuk mengidentifikasi apakah ada penyimpangan yang membuat terjadi kelangkaan," kata Agung, di Kantor Bareskrim Polri, Jakarta, seperti dikutip Antara.
Baca juga: Strategi Vivo Banting Harga BBM Berlanjut di Bisnis LPG Pihaknya pun meminta masyarakat ekonomi mampu agar tidak menggunakan tabung gas elpiji 3 kg dan beralih pada tabung gas elpiji 12 kg. Berdasarkan data penyaluran harian elpiji 3 kg, hingga akhir November 2017, realisasi penyaluran telah mencapai 5,750 juta metrik ton, atau 93 persen dari kuota subsidi yang ditetapkan pada APBN-P 2017 sebesar 6,199 juta metrik ton. Sampai dengan akhir Desember 2017, penyaluran elpiji 3 kg bersubsidi diperkirakan akan melebihi kuota sekitar 1,6 persen di atas kuota APBN-P 2017.
Baca juga
artikel terkait
KELANGKAAN ELPIJI
atau
tulisan menarik lainnya
Damianus Andreas
Reporter: Damianus Andreas Subscribe for updates Unsubscribe from updates
|