Apa yang terjadi pada Malapetaka 15 Januari 1974?

Peristiwa Malari di Senen

Peristiwa Malari (Malapetaka Limabelas Januari) yaitu peristiwa demonstrasi mahasiswa dan kerusuhan sosial yang terjadi pada 15 Januari 1974.

Peristiwa itu terjadi kala Perdana Menteri (PM) Jepang Tanaka Kakuei sedang pergi ke Jakarta (14-17 Januari 1974). Mahasiswa merencanakan menyambut kedatangannya dengan berdemonstrasi di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma. Karena dikawal sempit, rombongan mahasiswa tak sukses menerobos masuk pangkalan udara. Tanggal 17 Januari 1974 pukul 08.00, PM Jepang itu berangkat dari Istana tak dengan mobil, tetapi diantar Presiden Soeharto dengan helikopter dari Bina Graha ke pangkalan udara.

Kedatangan Ketua Inter-Governmental Group on Indonesia (IGGI), Jan P. Pronk menjadi momentum untuk demonstrasi antimodal asing. Klimaksnya, kedatangan PM Jepang, Januari 1974, ditemani demonstrasi dan kerusuhan.

Bubar terjadi demonstrasi yang ditemani kerusuhan, pembakaran, dan penjarahan, Jakarta berasap. Soeharto menghentikan Soemitro sbg Panglima Kopkamtib, langsung mengambil alih kedudukan itu. Kedudukan Asisten Pribadi Presiden dihentikan. Kepala Bakin, Sutopo Juwono dialihkan oleh Yoga Soegomo.

Ali Moertopo dan Peristiwa Malari

Dalam peristiwa Malari Jenderal Ali Moertopo menuduh eks PSII dan eks Masyumi atau ekstrem kanan yaitu dalang peristiwa tersebut. Tetapi setelah para tokoh peristiwa Malari seperti Syahrir dan Hariman Siregar diadili, tak bisa dibuktikan bahwa benar sedikitpun fakta dan benar seorangpun tokoh eks Masyumi yang terlibat di situ. Belakangan ini barulah benar pernyataan dari Jenderal Soemitro (almarhum) dalam buku Heru Cahyono, Pangkopkamtib Jendral Soemitro dan Peristiwa Malari bahwa benar probabilitas jikalau justru malahan Ali Moertopo sendiri dengan CSIS-nya yang mendalangi peristiwa Malari [1].

Pustaka

  1. ^ Pernyataan ini diliput di website Swaramuslim [1]


edunitas.com

Page 2

Peristiwa Malari di Senen

Peristiwa Malari (Malapetaka Limabelas Januari) yaitu peristiwa demonstrasi mahasiswa dan kerusuhan sosial yang terjadi pada 15 Januari 1974.

Peristiwa itu terjadi kala Perdana Menteri (PM) Jepang Tanaka Kakuei sedang pergi ke Jakarta (14-17 Januari 1974). Mahasiswa merencanakan menyambut kedatangannya dengan berdemonstrasi di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma. Karena dikawal sempit, rombongan mahasiswa tak sukses menerobos masuk pangkalan udara. Tanggal 17 Januari 1974 pukul 08.00, PM Jepang itu berangkat dari Istana tak dengan mobil, tetapi diantar Presiden Soeharto dengan helikopter dari Bina Graha ke pangkalan udara.

Kedatangan Ketua Inter-Governmental Group on Indonesia (IGGI), Jan P. Pronk menjadi momentum untuk demonstrasi antimodal asing. Klimaksnya, kedatangan PM Jepang, Januari 1974, ditemani demonstrasi dan kerusuhan.

Bubar terjadi demonstrasi yang ditemani kerusuhan, pembakaran, dan penjarahan, Jakarta berasap. Soeharto menghentikan Soemitro sbg Panglima Kopkamtib, langsung mengambil alih kedudukan itu. Kedudukan Asisten Pribadi Presiden dihentikan. Kepala Bakin, Sutopo Juwono dialihkan oleh Yoga Soegomo.

Ali Moertopo dan Peristiwa Malari

Dalam peristiwa Malari Jenderal Ali Moertopo menuduh eks PSII dan eks Masyumi atau ekstrem kanan yaitu dalang peristiwa tersebut. Tetapi setelah para tokoh peristiwa Malari seperti Syahrir dan Hariman Siregar diadili, tak bisa dibuktikan bahwa benar sedikitpun fakta dan benar seorangpun tokoh eks Masyumi yang terlibat di situ. Belakangan ini barulah benar pernyataan dari Jenderal Soemitro (almarhum) dalam buku Heru Cahyono, Pangkopkamtib Jendral Soemitro dan Peristiwa Malari bahwa benar probabilitas jikalau justru malahan Ali Moertopo sendiri dengan CSIS-nya yang mendalangi peristiwa Malari [1].

Pustaka

  1. ^ Pernyataan ini diliput di website Swaramuslim [1]


edunitas.com

Page 3

Peristiwa Malari di Senen

Peristiwa Malari (Malapetaka Limabelas Januari) yaitu peristiwa demonstrasi mahasiswa dan kerusuhan sosial yang terjadi pada 15 Januari 1974.

Peristiwa itu terjadi kala Perdana Menteri (PM) Jepang Tanaka Kakuei sedang pergi ke Jakarta (14-17 Januari 1974). Mahasiswa merencanakan menyambut kedatangannya dengan berdemonstrasi di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma. Karena dikawal sempit, rombongan mahasiswa tak sukses menerobos masuk pangkalan udara. Tanggal 17 Januari 1974 pukul 08.00, PM Jepang itu berangkat dari Istana tak dengan mobil, tetapi diantar Presiden Soeharto dengan helikopter dari Bina Graha ke pangkalan udara.

Kedatangan Ketua Inter-Governmental Group on Indonesia (IGGI), Jan P. Pronk menjadi momentum untuk demonstrasi antimodal asing. Klimaksnya, kedatangan PM Jepang, Januari 1974, ditemani demonstrasi dan kerusuhan.

Bubar terjadi demonstrasi yang ditemani kerusuhan, pembakaran, dan penjarahan, Jakarta berasap. Soeharto menghentikan Soemitro sbg Panglima Kopkamtib, langsung mengambil alih kedudukan itu. Kedudukan Asisten Pribadi Presiden dihentikan. Kepala Bakin, Sutopo Juwono dialihkan oleh Yoga Soegomo.

Ali Moertopo dan Peristiwa Malari

Dalam peristiwa Malari Jenderal Ali Moertopo menuduh eks PSII dan eks Masyumi atau ekstrem kanan yaitu dalang peristiwa tersebut. Tetapi setelah para tokoh peristiwa Malari seperti Syahrir dan Hariman Siregar diadili, tak bisa dibuktikan bahwa benar sedikitpun fakta dan benar seorangpun tokoh eks Masyumi yang terlibat di situ. Belakangan ini barulah benar pernyataan dari Jenderal Soemitro (almarhum) dalam buku Heru Cahyono, Pangkopkamtib Jendral Soemitro dan Peristiwa Malari bahwa benar probabilitas jikalau justru malahan Ali Moertopo sendiri dengan CSIS-nya yang mendalangi peristiwa Malari [1].

Pustaka

  1. ^ Pernyataan ini diliput di website Swaramuslim [1]


edunitas.com

Page 4

Malayapura adalah salah satu dari kata-kata yang dipahatkan pada Arca Amoghapasa oleh Adityawarman pada tahun 1347. Dari kaitan terjemahan teks dari manuskrip tersebut, Malayapura dirujuk menjadi nama kerajaan Melayu yang diproklamirkan oleh Adityawarman di Dharmasraya. Dalam perjalanan sejarah kerajaan ini, Adityawarman yang belakang sekali memindahkan ibukotanya ke kawasan pedalaman Minangkabau yang yang belakang sekali dikenal juga dengan kerajaan Pagaruyung.

Arca Amoghapasa

Arca Amoghapasa, adalah suatu patung batu yang menggambarkan Amoghapasa, suatu pengejawantahan boddisatwa Awalokiteswara, dan Adityawarman menyatakan bahwa patung ini melambangkan dirinya[1].

Arca Amoghapasa ini sebelumnya adalah hadiah dari Kertanagara, raja Singhasari, sebagai Srimat Tribhuwanaraja Mauliwarmadewa, raja Melayu di Dharmasraya. Berita ini tersebut dalam manuskrip yang terpahat dalam Prasasti Padang Roco yang adalah alas dari Arca Amoghapasa.

Penafsiran

Guna kata Malayapura terbentuk dari dua kata malaya dan pura, malaya identik dengan melayu sedangkan pura bermakna kota atau kerajaan, sehingga bila digabungkan bermakna Kota Melayu atau Kerajaan Melayu.

Rujukan

  1. ^ Kern, J.H.C., (1907), De wij-inscriptie op het Amoghapāça-beeld van Padang Candi(Batang Hari-districten); 1269 Çaka, Tijdschrift voor Indische Taal-, Land-, en Volkenkunde.


edunitas.com

Page 5

Malayapura adalah salah satu dari kata-kata yang dipahatkan pada Arca Amoghapasa oleh Adityawarman pada tahun 1347. Dari kaitan terjemahan teks dari manuskrip tersebut, Malayapura dirujuk menjadi nama kerajaan Melayu yang diproklamirkan oleh Adityawarman di Dharmasraya. Dalam perjalanan sejarah kerajaan ini, Adityawarman yang belakang sekali memindahkan ibukotanya ke kawasan pedalaman Minangkabau yang yang belakang sekali dikenal juga dengan kerajaan Pagaruyung.

Arca Amoghapasa

Arca Amoghapasa, adalah suatu patung batu yang menggambarkan Amoghapasa, suatu pengejawantahan boddisatwa Awalokiteswara, dan Adityawarman menyatakan bahwa patung ini melambangkan dirinya[1].

Arca Amoghapasa ini sebelumnya adalah hadiah dari Kertanagara, raja Singhasari, sebagai Srimat Tribhuwanaraja Mauliwarmadewa, raja Melayu di Dharmasraya. Berita ini tersebut dalam manuskrip yang terpahat dalam Prasasti Padang Roco yang adalah alas dari Arca Amoghapasa.

Penafsiran

Guna kata Malayapura terbentuk dari dua kata malaya dan pura, malaya identik dengan melayu sedangkan pura bermakna kota atau kerajaan, sehingga bila digabungkan bermakna Kota Melayu atau Kerajaan Melayu.

Referensi

  1. ^ Kern, J.H.C., (1907), De wij-inscriptie op het Amoghapāça-beeld van Padang Candi(Batang Hari-districten); 1269 Çaka, Tijdschrift voor Indische Taal-, Land-, en Volkenkunde.


edunitas.com

Page 6

Malayapura adalah salah satu dari kata-kata yang dipahatkan pada Arca Amoghapasa oleh Adityawarman pada tahun 1347. Dari kaitan terjemahan teks dari manuskrip tersebut, Malayapura dirujuk menjadi nama kerajaan Melayu yang diproklamirkan oleh Adityawarman di Dharmasraya. Dalam perjalanan sejarah kerajaan ini, Adityawarman yang belakang sekali memindahkan ibukotanya ke kawasan pedalaman Minangkabau yang yang belakang sekali dikenal juga dengan kerajaan Pagaruyung.

Arca Amoghapasa

Arca Amoghapasa, adalah suatu patung batu yang menggambarkan Amoghapasa, suatu pengejawantahan boddisatwa Awalokiteswara, dan Adityawarman menyatakan bahwa patung ini melambangkan dirinya[1].

Arca Amoghapasa ini sebelumnya adalah hadiah dari Kertanagara, raja Singhasari, sebagai Srimat Tribhuwanaraja Mauliwarmadewa, raja Melayu di Dharmasraya. Berita ini tersebut dalam manuskrip yang terpahat dalam Prasasti Padang Roco yang adalah alas dari Arca Amoghapasa.

Penafsiran

Guna kata Malayapura terbentuk dari dua kata malaya dan pura, malaya identik dengan melayu sedangkan pura bermakna kota atau kerajaan, sehingga bila digabungkan bermakna Kota Melayu atau Kerajaan Melayu.

Referensi

  1. ^ Kern, J.H.C., (1907), De wij-inscriptie op het Amoghapāça-beeld van Padang Candi(Batang Hari-districten); 1269 Çaka, Tijdschrift voor Indische Taal-, Land-, en Volkenkunde.


edunitas.com

Page 7

Malayapura adalah salah satu dari kata-kata yang dipahatkan pada Arca Amoghapasa oleh Adityawarman pada tahun 1347. Dari kaitan terjemahan teks dari manuskrip tersebut, Malayapura dirujuk menjadi nama kerajaan Melayu yang diproklamirkan oleh Adityawarman di Dharmasraya. Dalam perjalanan sejarah kerajaan ini, Adityawarman yang belakang sekali memindahkan ibukotanya ke kawasan pedalaman Minangkabau yang yang belakang sekali dikenal juga dengan kerajaan Pagaruyung.

Arca Amoghapasa

Arca Amoghapasa, adalah suatu patung batu yang menggambarkan Amoghapasa, suatu pengejawantahan boddisatwa Awalokiteswara, dan Adityawarman menyatakan bahwa patung ini melambangkan dirinya[1].

Arca Amoghapasa ini sebelumnya adalah hadiah dari Kertanagara, raja Singhasari, sebagai Srimat Tribhuwanaraja Mauliwarmadewa, raja Melayu di Dharmasraya. Berita ini tersebut dalam manuskrip yang terpahat dalam Prasasti Padang Roco yang adalah alas dari Arca Amoghapasa.

Penafsiran

Guna kata Malayapura terbentuk dari dua kata malaya dan pura, malaya identik dengan melayu sedangkan pura bermakna kota atau kerajaan, sehingga bila digabungkan bermakna Kota Melayu atau Kerajaan Melayu.

Rujukan

  1. ^ Kern, J.H.C., (1907), De wij-inscriptie op het Amoghapāça-beeld van Padang Candi(Batang Hari-districten); 1269 Çaka, Tijdschrift voor Indische Taal-, Land-, en Volkenkunde.


edunitas.com

Page 8

Peristiwa Malari di Senen

Peristiwa Malari (Malapetaka Limabelas Januari) yaitu peristiwa demonstrasi mahasiswa dan kerusuhan sosial yang terjadi pada 15 Januari 1974.

Peristiwa itu terjadi kala Perdana Menteri (PM) Jepang Tanaka Kakuei sedang pergi ke Jakarta (14-17 Januari 1974). Mahasiswa merencanakan menyambut kedatangannya dengan berdemonstrasi di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma. Karena dikawal sempit, rombongan mahasiswa tak sukses menerobos masuk pangkalan udara. Tanggal 17 Januari 1974 pukul 08.00, PM Jepang itu berangkat dari Istana tak dengan mobil, tetapi diantar Presiden Soeharto dengan helikopter dari Bina Graha ke pangkalan udara.

Kedatangan Ketua Inter-Governmental Group on Indonesia (IGGI), Jan P. Pronk menjadi momentum untuk demonstrasi antimodal asing. Klimaksnya, kedatangan PM Jepang, Januari 1974, ditemani demonstrasi dan kerusuhan.

Usai terjadi demonstrasi yang ditemani kerusuhan, pembakaran, dan penjarahan, Jakarta berasap. Soeharto menghentikan Soemitro sbg Panglima Kopkamtib, langsung mengambil alih jabatan itu. Jabatan Asisten Pribadi Presiden dibubarkan. Kepala Bakin, Sutopo Juwono dialihkan oleh Yoga Soegomo.

Ali Moertopo dan Peristiwa Malari

Dalam peristiwa Malari Jenderal Ali Moertopo menuduh eks PSII dan eks Masyumi atau ekstrem kanan yaitu dalang peristiwa tersebut. Tetapi setelah para tokoh peristiwa Malari seperti Syahrir dan Hariman Siregar diadili, tak dapat dibuktikan bahwa benar sedikitpun fakta dan benar seorangpun tokoh eks Masyumi yang terlibat di situ. Belakangan ini barulah benar pernyataan dari Jenderal Soemitro (almarhum) dalam buku Heru Cahyono, Pangkopkamtib Jendral Soemitro dan Peristiwa Malari bahwa benar probabilitas jikalau justru malahan Ali Moertopo sendiri dengan CSIS-nya yang mendalangi peristiwa Malari [1].

Pustaka

  1. ^ Pernyataan ini diliput di website Swaramuslim [1]


edunitas.com

Page 9

Peristiwa Malari di Senen

Peristiwa Malari (Malapetaka Limabelas Januari) yaitu peristiwa demonstrasi mahasiswa dan kerusuhan sosial yang terjadi pada 15 Januari 1974.

Peristiwa itu terjadi kala Perdana Menteri (PM) Jepang Tanaka Kakuei sedang pergi ke Jakarta (14-17 Januari 1974). Mahasiswa merencanakan menyambut kedatangannya dengan berdemonstrasi di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma. Karena dikawal sempit, rombongan mahasiswa tak sukses menerobos masuk pangkalan udara. Tanggal 17 Januari 1974 pukul 08.00, PM Jepang itu berangkat dari Istana tak dengan mobil, tetapi diantar Presiden Soeharto dengan helikopter dari Bina Graha ke pangkalan udara.

Kedatangan Ketua Inter-Governmental Group on Indonesia (IGGI), Jan P. Pronk menjadi momentum untuk demonstrasi antimodal asing. Klimaksnya, kedatangan PM Jepang, Januari 1974, ditemani demonstrasi dan kerusuhan.

Usai terjadi demonstrasi yang ditemani kerusuhan, pembakaran, dan penjarahan, Jakarta berasap. Soeharto menghentikan Soemitro sbg Panglima Kopkamtib, langsung mengambil alih jabatan itu. Jabatan Asisten Pribadi Presiden dibubarkan. Kepala Bakin, Sutopo Juwono dialihkan oleh Yoga Soegomo.

Ali Moertopo dan Peristiwa Malari

Dalam peristiwa Malari Jenderal Ali Moertopo menuduh eks PSII dan eks Masyumi atau ekstrem kanan yaitu dalang peristiwa tersebut. Tetapi setelah para tokoh peristiwa Malari seperti Syahrir dan Hariman Siregar diadili, tak dapat dibuktikan bahwa benar sedikitpun fakta dan benar seorangpun tokoh eks Masyumi yang terlibat di situ. Belakangan ini barulah benar pernyataan dari Jenderal Soemitro (almarhum) dalam buku Heru Cahyono, Pangkopkamtib Jendral Soemitro dan Peristiwa Malari bahwa benar probabilitas jikalau justru malahan Ali Moertopo sendiri dengan CSIS-nya yang mendalangi peristiwa Malari [1].

Pustaka

  1. ^ Pernyataan ini diliput di website Swaramuslim [1]


edunitas.com

Page 10

Peristiwa Malari di Senen

Peristiwa Malari (Malapetaka Limabelas Januari) yaitu peristiwa demonstrasi mahasiswa dan kerusuhan sosial yang terjadi pada 15 Januari 1974.

Peristiwa itu terjadi kala Perdana Menteri (PM) Jepang Tanaka Kakuei sedang pergi ke Jakarta (14-17 Januari 1974). Mahasiswa merencanakan menyambut kedatangannya dengan berdemonstrasi di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma. Karena dikawal sempit, rombongan mahasiswa tak sukses menerobos masuk pangkalan udara. Tanggal 17 Januari 1974 pukul 08.00, PM Jepang itu berangkat dari Istana tak dengan mobil, tetapi diantar Presiden Soeharto dengan helikopter dari Bina Graha ke pangkalan udara.

Kedatangan Ketua Inter-Governmental Group on Indonesia (IGGI), Jan P. Pronk menjadi momentum untuk demonstrasi antimodal asing. Klimaksnya, kedatangan PM Jepang, Januari 1974, ditemani demonstrasi dan kerusuhan.

Usai terjadi demonstrasi yang ditemani kerusuhan, pembakaran, dan penjarahan, Jakarta berasap. Soeharto menghentikan Soemitro sbg Panglima Kopkamtib, langsung mengambil alih jabatan itu. Jabatan Asisten Pribadi Presiden dibubarkan. Kepala Bakin, Sutopo Juwono dialihkan oleh Yoga Soegomo.

Ali Moertopo dan Peristiwa Malari

Dalam peristiwa Malari Jenderal Ali Moertopo menuduh eks PSII dan eks Masyumi atau ekstrem kanan yaitu dalang peristiwa tersebut. Tetapi setelah para tokoh peristiwa Malari seperti Syahrir dan Hariman Siregar diadili, tak dapat dibuktikan bahwa benar sedikitpun fakta dan benar seorangpun tokoh eks Masyumi yang terlibat di situ. Belakangan ini barulah benar pernyataan dari Jenderal Soemitro (almarhum) dalam buku Heru Cahyono, Pangkopkamtib Jendral Soemitro dan Peristiwa Malari bahwa benar probabilitas jikalau justru malahan Ali Moertopo sendiri dengan CSIS-nya yang mendalangi peristiwa Malari [1].

Pustaka

  1. ^ Pernyataan ini diliput di website Swaramuslim [1]


edunitas.com

Page 11

Peristiwa Malari di Senen

Peristiwa Malari (Malapetaka Limabelas Januari) yaitu peristiwa demonstrasi mahasiswa dan kerusuhan sosial yang terjadi pada 15 Januari 1974.

Peristiwa itu terjadi kala Perdana Menteri (PM) Jepang Tanaka Kakuei sedang pergi ke Jakarta (14-17 Januari 1974). Mahasiswa merencanakan menyambut kedatangannya dengan berdemonstrasi di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma. Karena dikawal sempit, rombongan mahasiswa tak sukses menerobos masuk pangkalan udara. Tanggal 17 Januari 1974 pukul 08.00, PM Jepang itu berangkat dari Istana tak dengan mobil, tetapi diantar Presiden Soeharto dengan helikopter dari Bina Graha ke pangkalan udara.

Kedatangan Ketua Inter-Governmental Group on Indonesia (IGGI), Jan P. Pronk menjadi momentum untuk demonstrasi antimodal asing. Klimaksnya, kedatangan PM Jepang, Januari 1974, ditemani demonstrasi dan kerusuhan.

Usai terjadi demonstrasi yang ditemani kerusuhan, pembakaran, dan penjarahan, Jakarta berasap. Soeharto menghentikan Soemitro sbg Panglima Kopkamtib, langsung mengambil alih jabatan itu. Jabatan Asisten Pribadi Presiden dibubarkan. Kepala Bakin, Sutopo Juwono dialihkan oleh Yoga Soegomo.

Ali Moertopo dan Peristiwa Malari

Dalam peristiwa Malari Jenderal Ali Moertopo menuduh eks PSII dan eks Masyumi atau ekstrem kanan yaitu dalang peristiwa tersebut. Tetapi setelah para tokoh peristiwa Malari seperti Syahrir dan Hariman Siregar diadili, tak dapat dibuktikan bahwa benar sedikitpun fakta dan benar seorangpun tokoh eks Masyumi yang terlibat di situ. Belakangan ini barulah benar pernyataan dari Jenderal Soemitro (almarhum) dalam buku Heru Cahyono, Pangkopkamtib Jendral Soemitro dan Peristiwa Malari bahwa benar probabilitas jikalau justru malahan Ali Moertopo sendiri dengan CSIS-nya yang mendalangi peristiwa Malari [1].

Pustaka

  1. ^ Pernyataan ini diliput di website Swaramuslim [1]


edunitas.com

Page 12

Malayapura merupakan salah satu dari kata-kata yang dipahatkan pada Arca Amoghapasa oleh Adityawarman pada tahun 1347. Dari kaitan terjemahan teks dari manuskrip tersebut, Malayapura dirujuk dijadikan nama kerajaan Melayu yang diproklamirkan oleh Adityawarman di Dharmasraya. Dalam perjalanan sejarah kerajaan ini, Adityawarman yang belakang sekali memindahkan ibukotanya ke daerah pedalaman Minangkabau yang yang belakang sekali dikenal juga dengan kerajaan Pagaruyung.

Arca Amoghapasa

Arca Amoghapasa, merupakan sebuah patung batu yang menggambarkan Amoghapasa, suatu pengejawantahan boddisatwa Awalokiteswara, dan Adityawarman mencetuskan bahwa patung ini melambangkan dirinya[1].

Arca Amoghapasa ini sebelumnya merupakan hadiah dari Kertanagara, raja Singhasari, kepada Srimat Tribhuwanaraja Mauliwarmadewa, raja Melayu di Dharmasraya. Berita ini tersebut dalam manuskrip yang terpahat dalam Prasasti Padang Roco yang merupakan alas dari Arca Amoghapasa.

Penafsiran

Guna kata Malayapura terbentuk dari dua kata malaya dan pura, malaya identik dengan melayu sedangkan pura bermakna kota atau kerajaan, sehingga bila digabungkan bermakna Kota Melayu atau Kerajaan Melayu.

Rujukan

  1. ^ Kern, J.H.C., (1907), De wij-inscriptie op het Amoghapāça-beeld van Padang Candi(Batang Hari-districten); 1269 Çaka, Tijdschrift voor Indische Taal-, Land-, en Volkenkunde.


edunitas.com

Page 13

Malayapura merupakan salah satu dari kata-kata yang dipahatkan pada Arca Amoghapasa oleh Adityawarman pada tahun 1347. Dari kaitan terjemahan teks dari manuskrip tersebut, Malayapura dirujuk dijadikan nama kerajaan Melayu yang diproklamirkan oleh Adityawarman di Dharmasraya. Dalam perjalanan sejarah kerajaan ini, Adityawarman yang belakang sekali memindahkan ibukotanya ke daerah pedalaman Minangkabau yang yang belakang sekali dikenal juga dengan kerajaan Pagaruyung.

Arca Amoghapasa

Arca Amoghapasa, merupakan sebuah patung batu yang menggambarkan Amoghapasa, suatu pengejawantahan boddisatwa Awalokiteswara, dan Adityawarman menyatakan bahwa patung ini melambangkan dirinya[1].

Arca Amoghapasa ini sebelumnya merupakan hadiah dari Kertanagara, raja Singhasari, bagi Srimat Tribhuwanaraja Mauliwarmadewa, raja Melayu di Dharmasraya. Berita ini tersebut dalam manuskrip yang terpahat dalam Prasasti Padang Roco yang merupakan alas dari Arca Amoghapasa.

Penafsiran

Guna kata Malayapura terbentuk dari dua kata malaya dan pura, malaya identik dengan melayu sedangkan pura bermakna kota atau kerajaan, sehingga bila digabungkan bermakna Kota Melayu atau Kerajaan Melayu.

Rujukan

  1. ^ Kern, J.H.C., (1907), De wij-inscriptie op het Amoghapāça-beeld van Padang Candi(Batang Hari-districten); 1269 Çaka, Tijdschrift voor Indische Taal-, Land-, en Volkenkunde.


edunitas.com

Page 14

Malayapura merupakan salah satu dari kata-kata yang dipahatkan pada Arca Amoghapasa oleh Adityawarman pada tahun 1347. Dari kaitan terjemahan teks dari manuskrip tersebut, Malayapura dirujuk dijadikan nama kerajaan Melayu yang diproklamirkan oleh Adityawarman di Dharmasraya. Dalam perjalanan sejarah kerajaan ini, Adityawarman yang belakang sekali memindahkan ibukotanya ke daerah pedalaman Minangkabau yang yang belakang sekali dikenal juga dengan kerajaan Pagaruyung.

Arca Amoghapasa

Arca Amoghapasa, merupakan sebuah patung batu yang menggambarkan Amoghapasa, suatu pengejawantahan boddisatwa Awalokiteswara, dan Adityawarman menyatakan bahwa patung ini melambangkan dirinya[1].

Arca Amoghapasa ini sebelumnya merupakan hadiah dari Kertanagara, raja Singhasari, bagi Srimat Tribhuwanaraja Mauliwarmadewa, raja Melayu di Dharmasraya. Berita ini tersebut dalam manuskrip yang terpahat dalam Prasasti Padang Roco yang merupakan alas dari Arca Amoghapasa.

Penafsiran

Guna kata Malayapura terbentuk dari dua kata malaya dan pura, malaya identik dengan melayu sedangkan pura bermakna kota atau kerajaan, sehingga bila digabungkan bermakna Kota Melayu atau Kerajaan Melayu.

Rujukan

  1. ^ Kern, J.H.C., (1907), De wij-inscriptie op het Amoghapāça-beeld van Padang Candi(Batang Hari-districten); 1269 Çaka, Tijdschrift voor Indische Taal-, Land-, en Volkenkunde.


edunitas.com

Page 15

Malayapura merupakan salah satu dari kata-kata yang dipahatkan pada Arca Amoghapasa oleh Adityawarman pada tahun 1347. Dari kaitan terjemahan teks dari manuskrip tersebut, Malayapura dirujuk dijadikan nama kerajaan Melayu yang diproklamirkan oleh Adityawarman di Dharmasraya. Dalam perjalanan sejarah kerajaan ini, Adityawarman yang belakang sekali memindahkan ibukotanya ke daerah pedalaman Minangkabau yang yang belakang sekali dikenal juga dengan kerajaan Pagaruyung.

Arca Amoghapasa

Arca Amoghapasa, merupakan sebuah patung batu yang menggambarkan Amoghapasa, suatu pengejawantahan boddisatwa Awalokiteswara, dan Adityawarman mencetuskan bahwa patung ini melambangkan dirinya[1].

Arca Amoghapasa ini sebelumnya merupakan hadiah dari Kertanagara, raja Singhasari, kepada Srimat Tribhuwanaraja Mauliwarmadewa, raja Melayu di Dharmasraya. Berita ini tersebut dalam manuskrip yang terpahat dalam Prasasti Padang Roco yang merupakan alas dari Arca Amoghapasa.

Penafsiran

Guna kata Malayapura terbentuk dari dua kata malaya dan pura, malaya identik dengan melayu sedangkan pura bermakna kota atau kerajaan, sehingga bila digabungkan bermakna Kota Melayu atau Kerajaan Melayu.

Rujukan

  1. ^ Kern, J.H.C., (1907), De wij-inscriptie op het Amoghapāça-beeld van Padang Candi(Batang Hari-districten); 1269 Çaka, Tijdschrift voor Indische Taal-, Land-, en Volkenkunde.


edunitas.com

Page 16

Kejadian Malari (Malapetaka Limabelas Januari) yaitu kejadian demonstrasi mahasiswa dan kerusuhan sosial yang terjadi pada 15 Januari 1974.

Kejadian itu terjadi saat Perdana Menteri (PM) Jepang Tanaka Kakuei sedang bepergian ke Jakarta (14-17 Januari 1974). Mahasiswa merencanakan menyambut kedatangannya dengan berdemonstrasi di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma. Sebab diawasi ketat, rombongan mahasiswa tidak sukses menerobos masuk pangkalan udara. Tanggal 17 Januari 1974 pukul 08.00, PM Jepang itu berangkat dari Istana tidak dengan mobil, tetapi diantar Presiden Soeharto dengan helikopter dari Bina Graha ke pangkalan udara.

Kedatangan Ketua Inter-Governmental Group on Indonesia (IGGI), Jan P. Pronk dibuat menjadi momentum bagi demonstrasi antimodal asing. Klimaksnya, kedatangan PM Jepang, Januari 1974, diikuti demonstrasi dan kerusuhan.

Usai terjadi demonstrasi yang diikuti kerusuhan, pembakaran, dan penjarahan, Jakarta berasap. Soeharto melepas Soemitro sbg Panglima Kopkamtib, langsung mengambil alih posisi itu. Posisi Asisten Pribadi Presiden dicerai-beraikan. Kepala Bakin, Sutopo Juwono digantikan oleh Yoga Soegomo.

Ali Moertopo dan Kejadian Malari

Dalam kejadian Malari Jenderal Ali Moertopo menuduh eks PSII dan eks Masyumi atau ekstrem kanan yaitu dalang kejadian tersebut. Tetapi setelah para tokoh kejadian Malari seperti Syahrir dan Hariman Siregar diadili, tidak bisa dibuktikan bahwa mempunyai sedikitpun fakta dan mempunyai seorangpun tokoh eks Masyumi yang terlibat di situ. Belakang ini barulah mempunyai pernyataan dari Jenderal Soemitro (almarhum) dalam buku Heru Cahyono, Pangkopkamtib Jendral Soemitro dan Kejadian Malari bahwa mempunyai kemungkinan seandainya justru malahan Ali Moertopo sendiri dengan CSIS-nya yang mendalangi kejadian Malari [1].

Rujukan

  1. ^ Pernyataan ini diliput di website Swaramuslim [1]


edunitas.com

Page 17

Kejadian Malari (Malapetaka Limabelas Januari) yaitu kejadian demonstrasi mahasiswa dan kerusuhan sosial yang terjadi pada 15 Januari 1974.

Kejadian itu terjadi saat Perdana Menteri (PM) Jepang Tanaka Kakuei sedang bepergian ke Jakarta (14-17 Januari 1974). Mahasiswa merencanakan menyambut kedatangannya dengan berdemonstrasi di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma. Sebab diawasi ketat, rombongan mahasiswa tidak sukses menerobos masuk pangkalan udara. Tanggal 17 Januari 1974 pukul 08.00, PM Jepang itu berangkat dari Istana tidak dengan mobil, tetapi diantar Presiden Soeharto dengan helikopter dari Bina Graha ke pangkalan udara.

Kedatangan Ketua Inter-Governmental Group on Indonesia (IGGI), Jan P. Pronk dibuat menjadi momentum bagi demonstrasi antimodal asing. Klimaksnya, kedatangan PM Jepang, Januari 1974, diikuti demonstrasi dan kerusuhan.

Usai terjadi demonstrasi yang diikuti kerusuhan, pembakaran, dan penjarahan, Jakarta berasap. Soeharto melepas Soemitro sbg Panglima Kopkamtib, langsung mengambil alih posisi itu. Posisi Asisten Pribadi Presiden dicerai-beraikan. Kepala Bakin, Sutopo Juwono digantikan oleh Yoga Soegomo.

Ali Moertopo dan Kejadian Malari

Dalam kejadian Malari Jenderal Ali Moertopo menuduh eks PSII dan eks Masyumi atau ekstrem kanan yaitu dalang kejadian tersebut. Tetapi setelah para tokoh kejadian Malari seperti Syahrir dan Hariman Siregar diadili, tidak bisa dibuktikan bahwa mempunyai sedikitpun fakta dan mempunyai seorangpun tokoh eks Masyumi yang terlibat di situ. Belakang ini barulah mempunyai pernyataan dari Jenderal Soemitro (almarhum) dalam buku Heru Cahyono, Pangkopkamtib Jendral Soemitro dan Kejadian Malari bahwa mempunyai kemungkinan seandainya justru malahan Ali Moertopo sendiri dengan CSIS-nya yang mendalangi kejadian Malari [1].

Rujukan

  1. ^ Pernyataan ini diliput di website Swaramuslim [1]


edunitas.com

Page 18

Kejadian Malari (Malapetaka Limabelas Januari) yaitu kejadian demonstrasi mahasiswa dan kerusuhan sosial yang terjadi pada 15 Januari 1974.

Kejadian itu terjadi saat Perdana Menteri (PM) Jepang Tanaka Kakuei sedang bepergian ke Jakarta (14-17 Januari 1974). Mahasiswa merencanakan menyambut kedatangannya dengan berdemonstrasi di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma. Sebab diawasi ketat, rombongan mahasiswa tidak sukses menerobos masuk pangkalan udara. Tanggal 17 Januari 1974 pukul 08.00, PM Jepang itu berangkat dari Istana tidak dengan mobil, tetapi diantar Presiden Soeharto dengan helikopter dari Bina Graha ke pangkalan udara.

Kedatangan Ketua Inter-Governmental Group on Indonesia (IGGI), Jan P. Pronk dibuat menjadi momentum bagi demonstrasi antimodal asing. Klimaksnya, kedatangan PM Jepang, Januari 1974, diikuti demonstrasi dan kerusuhan.

Usai terjadi demonstrasi yang diikuti kerusuhan, pembakaran, dan penjarahan, Jakarta berasap. Soeharto melepas Soemitro sbg Panglima Kopkamtib, langsung mengambil alih posisi itu. Posisi Asisten Pribadi Presiden dicerai-beraikan. Kepala Bakin, Sutopo Juwono digantikan oleh Yoga Soegomo.

Ali Moertopo dan Kejadian Malari

Dalam kejadian Malari Jenderal Ali Moertopo menuduh eks PSII dan eks Masyumi atau ekstrem kanan yaitu dalang kejadian tersebut. Tetapi setelah para tokoh kejadian Malari seperti Syahrir dan Hariman Siregar diadili, tidak bisa dibuktikan bahwa mempunyai sedikitpun fakta dan mempunyai seorangpun tokoh eks Masyumi yang terlibat di situ. Belakang ini barulah mempunyai pernyataan dari Jenderal Soemitro (almarhum) dalam buku Heru Cahyono, Pangkopkamtib Jendral Soemitro dan Kejadian Malari bahwa mempunyai kemungkinan seandainya justru malahan Ali Moertopo sendiri dengan CSIS-nya yang mendalangi kejadian Malari [1].

Rujukan

  1. ^ Pernyataan ini diliput di website Swaramuslim [1]


edunitas.com

Page 19

Kejadian Malari (Malapetaka Limabelas Januari) yaitu kejadian demonstrasi mahasiswa dan kerusuhan sosial yang terjadi pada 15 Januari 1974.

Kejadian itu terjadi saat Perdana Menteri (PM) Jepang Tanaka Kakuei sedang bepergian ke Jakarta (14-17 Januari 1974). Mahasiswa merencanakan menyambut kedatangannya dengan berdemonstrasi di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma. Sebab diawasi ketat, rombongan mahasiswa tidak sukses menerobos masuk pangkalan udara. Tanggal 17 Januari 1974 pukul 08.00, PM Jepang itu berangkat dari Istana tidak dengan mobil, tetapi diantar Presiden Soeharto dengan helikopter dari Bina Graha ke pangkalan udara.

Kedatangan Ketua Inter-Governmental Group on Indonesia (IGGI), Jan P. Pronk dibuat menjadi momentum bagi demonstrasi antimodal asing. Klimaksnya, kedatangan PM Jepang, Januari 1974, diikuti demonstrasi dan kerusuhan.

Usai terjadi demonstrasi yang diikuti kerusuhan, pembakaran, dan penjarahan, Jakarta berasap. Soeharto melepas Soemitro sbg Panglima Kopkamtib, langsung mengambil alih posisi itu. Posisi Asisten Pribadi Presiden dicerai-beraikan. Kepala Bakin, Sutopo Juwono digantikan oleh Yoga Soegomo.

Ali Moertopo dan Kejadian Malari

Dalam kejadian Malari Jenderal Ali Moertopo menuduh eks PSII dan eks Masyumi atau ekstrem kanan yaitu dalang kejadian tersebut. Tetapi setelah para tokoh kejadian Malari seperti Syahrir dan Hariman Siregar diadili, tidak bisa dibuktikan bahwa mempunyai sedikitpun fakta dan mempunyai seorangpun tokoh eks Masyumi yang terlibat di situ. Belakang ini barulah mempunyai pernyataan dari Jenderal Soemitro (almarhum) dalam buku Heru Cahyono, Pangkopkamtib Jendral Soemitro dan Kejadian Malari bahwa mempunyai kemungkinan seandainya justru malahan Ali Moertopo sendiri dengan CSIS-nya yang mendalangi kejadian Malari [1].

Rujukan

  1. ^ Pernyataan ini diliput di website Swaramuslim [1]


edunitas.com

Page 20

Malayapura merupakan salah satu dari kata-kata yang dipahatkan pada Arca Amoghapasa oleh Adityawarman pada tahun 1347. Dari kaitan terjemahan teks dari manuskrip tersebut, Malayapura dirujuk menjadi nama kerajaan Melayu yang diproklamirkan oleh Adityawarman di Dharmasraya. Dalam perjalanan sejarah kerajaan ini, Adityawarman yang belakang sekali memindahkan ibukotanya ke kawasan pedalaman Minangkabau yang yang belakang sekali dikenal juga dengan kerajaan Pagaruyung.

Arca Amoghapasa

Arca Amoghapasa, adalah suatu patung batu yang menggambarkan Amoghapasa, suatu pengejawantahan boddisatwa Awalokiteswara, dan Adityawarman menyatakan bahwa patung ini melambangkan dirinya[1].

Arca Amoghapasa ini sebelumnya merupakan hadiah dari Kertanagara, raja Singhasari, sebagai Srimat Tribhuwanaraja Mauliwarmadewa, raja Melayu di Dharmasraya. Berita ini tersebut dalam manuskrip yang terpahat dalam Prasasti Padang Roco yang merupakan alas dari Arca Amoghapasa.

Penafsiran

Guna kata Malayapura terbentuk dari dua kata malaya dan pura, malaya identik dengan melayu sedangkan pura bermakna kota atau kerajaan, sehingga bila digabungkan bermakna Kota Melayu atau Kerajaan Melayu.

Rujukan

  1. ^ Kern, J.H.C., (1907), De wij-inscriptie op het Amoghapāça-beeld van Padang Candi(Batang Hari-districten); 1269 Çaka, Tijdschrift voor Indische Taal-, Land-, en Volkenkunde.


edunitas.com

Page 21

Malayapura adalah salah satu dari kata-kata yang dipahatkan pada Arca Amoghapasa oleh Adityawarman pada tahun 1347. Dari kaitan terjemahan teks dari manuskrip tersebut, Malayapura dirujuk menjadi nama kerajaan Melayu yang diproklamirkan oleh Adityawarman di Dharmasraya. Dalam perjalanan sejarah kerajaan ini, Adityawarman yang belakang sekali memindahkan ibukotanya ke kawasan pedalaman Minangkabau yang yang belakang sekali dikenal juga dengan kerajaan Pagaruyung.

Arca Amoghapasa

Arca Amoghapasa, adalah suatu patung batu yang menggambarkan Amoghapasa, suatu pengejawantahan boddisatwa Awalokiteswara, dan Adityawarman menyatakan bahwa patung ini melambangkan dirinya[1].

Arca Amoghapasa ini sebelumnya adalah hadiah dari Kertanagara, raja Singhasari, sbg Srimat Tribhuwanaraja Mauliwarmadewa, raja Melayu di Dharmasraya. Berita ini tersebut dalam manuskrip yang terpahat dalam Prasasti Padang Roco yang adalah alas dari Arca Amoghapasa.

Penafsiran

Guna kata Malayapura terbentuk dari dua kata malaya dan pura, malaya identik dengan melayu sedangkan pura bermakna kota atau kerajaan, sehingga bila digabungkan bermakna Kota Melayu atau Kerajaan Melayu.

Referensi

  1. ^ Kern, J.H.C., (1907), De wij-inscriptie op het Amoghapāça-beeld van Padang Candi(Batang Hari-districten); 1269 Çaka, Tijdschrift voor Indische Taal-, Land-, en Volkenkunde.


edunitas.com

Page 22

Malayapura adalah salah satu dari kata-kata yang dipahatkan pada Arca Amoghapasa oleh Adityawarman pada tahun 1347. Dari kaitan terjemahan teks dari manuskrip tersebut, Malayapura dirujuk menjadi nama kerajaan Melayu yang diproklamirkan oleh Adityawarman di Dharmasraya. Dalam perjalanan sejarah kerajaan ini, Adityawarman yang belakang sekali memindahkan ibukotanya ke kawasan pedalaman Minangkabau yang yang belakang sekali dikenal juga dengan kerajaan Pagaruyung.

Arca Amoghapasa

Arca Amoghapasa, adalah suatu patung batu yang menggambarkan Amoghapasa, suatu pengejawantahan boddisatwa Awalokiteswara, dan Adityawarman menyatakan bahwa patung ini melambangkan dirinya[1].

Arca Amoghapasa ini sebelumnya adalah hadiah dari Kertanagara, raja Singhasari, sbg Srimat Tribhuwanaraja Mauliwarmadewa, raja Melayu di Dharmasraya. Berita ini tersebut dalam manuskrip yang terpahat dalam Prasasti Padang Roco yang adalah alas dari Arca Amoghapasa.

Penafsiran

Guna kata Malayapura terbentuk dari dua kata malaya dan pura, malaya identik dengan melayu sedangkan pura bermakna kota atau kerajaan, sehingga bila digabungkan bermakna Kota Melayu atau Kerajaan Melayu.

Referensi

  1. ^ Kern, J.H.C., (1907), De wij-inscriptie op het Amoghapāça-beeld van Padang Candi(Batang Hari-districten); 1269 Çaka, Tijdschrift voor Indische Taal-, Land-, en Volkenkunde.


edunitas.com

Page 23

Malayapura merupakan salah satu dari kata-kata yang dipahatkan pada Arca Amoghapasa oleh Adityawarman pada tahun 1347. Dari kaitan terjemahan teks dari manuskrip tersebut, Malayapura dirujuk menjadi nama kerajaan Melayu yang diproklamirkan oleh Adityawarman di Dharmasraya. Dalam perjalanan sejarah kerajaan ini, Adityawarman yang belakang sekali memindahkan ibukotanya ke kawasan pedalaman Minangkabau yang yang belakang sekali dikenal juga dengan kerajaan Pagaruyung.

Arca Amoghapasa

Arca Amoghapasa, adalah suatu patung batu yang menggambarkan Amoghapasa, suatu pengejawantahan boddisatwa Awalokiteswara, dan Adityawarman menyatakan bahwa patung ini melambangkan dirinya[1].

Arca Amoghapasa ini sebelumnya merupakan hadiah dari Kertanagara, raja Singhasari, sebagai Srimat Tribhuwanaraja Mauliwarmadewa, raja Melayu di Dharmasraya. Berita ini tersebut dalam manuskrip yang terpahat dalam Prasasti Padang Roco yang merupakan alas dari Arca Amoghapasa.

Penafsiran

Guna kata Malayapura terbentuk dari dua kata malaya dan pura, malaya identik dengan melayu sedangkan pura bermakna kota atau kerajaan, sehingga bila digabungkan bermakna Kota Melayu atau Kerajaan Melayu.

Rujukan

  1. ^ Kern, J.H.C., (1907), De wij-inscriptie op het Amoghapāça-beeld van Padang Candi(Batang Hari-districten); 1269 Çaka, Tijdschrift voor Indische Taal-, Land-, en Volkenkunde.


edunitas.com

Page 24

Kawasan Administratif Khusus Republik Rakyat Cina Makau atau disingkat Makau yaitu sebuah wilayah kecil di pesisir selatan Cina.

Klenteng A-Ma

Reruntuhan Gereja St. Paul

Daftar inti

  • 1 Sejarah
  • 2 Geografi
  • 3 Pustaka
  • 4 Tautan luar

Sejarah

Makau terletak pada 70 km sebelah barat daya Hong Kong dan 145 km dari Guangzhou. Dia yaitu koloni Eropa tertua di Cina, semenjak masa seratus tahun ke-16. Pemerintahan Portugal menyerahkan kedaulatan terhadap Makau untuk Republik Rakyat Cina (RRC) pada 1999, dan Makau kini adalah sebuah Kawasan Administratif Khusus Cina.

Masyarakat Makau kebanyakan berucap dalam Bahasa Kantonis; selain itu, Bahasa Mandarin, Bahasa Portugis dan Bahasa Inggris juga dipakai.

Geografi

Makau terbagi menjadi 4 divisi yaitu:

  1. Metro Makau
  2. Pulau Taipa
  3. Pulau Cotai
  4. Pulau Coloane

Dalam keempat divisi menjadi beberapa subdivisi sebagai berikut:

DivisiSubbagian
Metro MakauParoki Ibu Kami Fatima
Paroki Santo Anthony
Paroki Santo Lazarus
Paroki Santa Lawrence
Paroki Katedral
Pulau TaipaParoki Ibu Kami Karmo
Pulau CotaiParoki
Pulau ColoaneParoki Santo Fransiskus Xavier

Pustaka

  1. ^ As reflected in the Chinese text of the Macau emblem, the text of the Macao Basic Law, and the Macao Government Website, the full name of the territory is the Macao Special Administrative Region of the People's Republic of China. Although the convention of "Macao Special Administrative Region" and "Macau" can also be used.
  2. ^ (Inggris) The Macau Basic Law states that the official languages are "Chinese and Portuguese." It does not explicitly specify the standard for "Chinese". While Standard Mandarin and Simplified Chinese characters are used as the spoken and written standards in mainland China, Cantonese and Traditional Chinese characters are the long-established de facto standards in Macau.
  3. ^ "Population estimate of Macao (2nd Quarter/2010) ('000)". Statistics and Census Service. Macao SAR Government. Diakses 24 October 2010. 
  4. ^ "Global Results of Census 2001". Statistics and Census Service. Macao SAR Government. Diakses 24 October 2010. 
  5. ^ "Macao in Figures 2010" (dalam bahasa en). Statistics and Census Service, Macau SAR. 2010. Diakses 2010-07-01. 

Tautan luar

Artikel ini memuat teks berbahasa Tionghoa. Tanpa dukungan multibahasa, Anda mungkin hendak melihat tanda tanya, tanda kotak, atau watak lain selain dari watak yang dimaksud.
Pemerintahan
edunitas.com

Page 25

Daerah Administratif Khusus Republik Rakyat Cina Makau atau disingkat Makau yaitu sebuah wilayah kecil di pesisir selatan Cina.

Klenteng A-Ma

Reruntuhan Gereja St. Paul

Daftar inti

  • 1 Sejarah
  • 2 Geografi
  • 3 Pustaka
  • 4 Tautan luar

Sejarah

Makau terletak pada 70 km sebelah barat daya Hong Kong dan 145 km dari Guangzhou. Dia yaitu koloni Eropa tertua di Cina, semenjak masa seratus tahun ke-16. Pemerintahan Portugal menyerahkan kedaulatan terhadap Makau untuk Republik Rakyat Cina (RRC) pada 1999, dan Makau kini adalah sebuah Daerah Administratif Khusus Cina.

Penduduk Makau kebanyakan berucap dalam Bahasa Kantonis; selain itu, Bahasa Mandarin, Bahasa Portugis dan Bahasa Inggris juga dipakai.

Geografi

Makau terbagi dijadikan 4 divisi yaitu:

  1. Metro Makau
  2. Pulau Taipa
  3. Pulau Cotai
  4. Pulau Coloane

Dalam keempat divisi dijadikan beberapa subdivisi sebagai berikut:

DivisiSubbagian
Metro MakauParoki Ibu Kami Fatima
Paroki Santo Anthony
Paroki Santo Lazarus
Paroki Santa Lawrence
Paroki Katedral
Pulau TaipaParoki Ibu Kami Karmo
Pulau CotaiParoki
Pulau ColoaneParoki Santo Fransiskus Xavier

Pustaka

  1. ^ As reflected in the Chinese text of the Macau emblem, the text of the Macao Basic Law, and the Macao Government Website, the full name of the territory is the Macao Special Administrative Region of the People's Republic of China. Although the convention of "Macao Special Administrative Region" and "Macau" can also be used.
  2. ^ (Inggris) The Macau Basic Law states that the official languages are "Chinese and Portuguese." It does not explicitly specify the standard for "Chinese". While Standard Mandarin and Simplified Chinese characters are used as the spoken and written standards in mainland China, Cantonese and Traditional Chinese characters are the long-established de facto standards in Macau.
  3. ^ "Population estimate of Macao (2nd Quarter/2010) ('000)". Statistics and Census Service. Macao SAR Government. Diakses 24 October 2010. 
  4. ^ "Global Results of Census 2001". Statistics and Census Service. Macao SAR Government. Diakses 24 October 2010. 
  5. ^ "Macao in Figures 2010" (dalam bahasa en). Statistics and Census Service, Macau SAR. 2010. Diakses 2010-07-01. 

Tautan luar

Artikel ini berisi teks berbahasa Tionghoa. Tanpa dukungan multibahasa, Anda mungkin hendak melihat tanda tanya, tanda kotak, atau watak lain selain dari watak yang dimaksud.
Pemerintahan
edunitas.com

Page 26

Daerah Administratif Khusus Republik Rakyat Cina Makau atau disingkat Makau yaitu sebuah wilayah kecil di pesisir selatan Cina.

Klenteng A-Ma

Reruntuhan Gereja St. Paul

Daftar inti

  • 1 Sejarah
  • 2 Geografi
  • 3 Pustaka
  • 4 Tautan luar

Sejarah

Makau terletak pada 70 km sebelah barat daya Hong Kong dan 145 km dari Guangzhou. Dia yaitu koloni Eropa tertua di Cina, semenjak masa seratus tahun ke-16. Pemerintahan Portugal menyerahkan kedaulatan terhadap Makau untuk Republik Rakyat Cina (RRC) pada 1999, dan Makau kini adalah sebuah Daerah Administratif Khusus Cina.

Penduduk Makau kebanyakan berucap dalam Bahasa Kantonis; selain itu, Bahasa Mandarin, Bahasa Portugis dan Bahasa Inggris juga dipakai.

Geografi

Makau terbagi dijadikan 4 divisi yaitu:

  1. Metro Makau
  2. Pulau Taipa
  3. Pulau Cotai
  4. Pulau Coloane

Dalam keempat divisi dijadikan beberapa subdivisi sebagai berikut:

DivisiSubbagian
Metro MakauParoki Ibu Kami Fatima
Paroki Santo Anthony
Paroki Santo Lazarus
Paroki Santa Lawrence
Paroki Katedral
Pulau TaipaParoki Ibu Kami Karmo
Pulau CotaiParoki
Pulau ColoaneParoki Santo Fransiskus Xavier

Pustaka

  1. ^ As reflected in the Chinese text of the Macau emblem, the text of the Macao Basic Law, and the Macao Government Website, the full name of the territory is the Macao Special Administrative Region of the People's Republic of China. Although the convention of "Macao Special Administrative Region" and "Macau" can also be used.
  2. ^ (Inggris) The Macau Basic Law states that the official languages are "Chinese and Portuguese." It does not explicitly specify the standard for "Chinese". While Standard Mandarin and Simplified Chinese characters are used as the spoken and written standards in mainland China, Cantonese and Traditional Chinese characters are the long-established de facto standards in Macau.
  3. ^ "Population estimate of Macao (2nd Quarter/2010) ('000)". Statistics and Census Service. Macao SAR Government. Diakses 24 October 2010. 
  4. ^ "Global Results of Census 2001". Statistics and Census Service. Macao SAR Government. Diakses 24 October 2010. 
  5. ^ "Macao in Figures 2010" (dalam bahasa en). Statistics and Census Service, Macau SAR. 2010. Diakses 2010-07-01. 

Tautan luar

Artikel ini berisi teks berbahasa Tionghoa. Tanpa dukungan multibahasa, Anda mungkin hendak melihat tanda tanya, tanda kotak, atau watak lain selain dari watak yang dimaksud.
Pemerintahan
edunitas.com

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA