Apabila musim kemarau lebih panjang dibandingkan dengan musim penghujan akan mengakibatkan

Apabila musim kemarau lebih panjang dibandingkan dengan musim penghujan akan mengakibatkan

Apabila musim kemarau lebih panjang dibandingkan dengan musim penghujan akan mengakibatkan
Lihat Foto

GETTY IMAGES via BBC INDONESIA

Ilustrasi kekeringan.

KOMPAS.com - Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang hanya mengalami dua musim saja, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau biasanya berlangsung April hingga September.

Namun, pergantian kedua musim itu saat ini menjadi tidak menentu akibat perubahan iklim global yang berubah-ubah, serta beberapa faktor yang memengaruhi pergantian musim di Indonesia.

Musim kemarau adalah ketika curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia mengalami penurunan. Selain itu, tingkat kelembaban udara juga menurun. Kondisi iini sering memicu kekeringan di beberapa wilayah di Indonesia.

Kondisi kekeringan mengancam ketersediaan air bersih untuk kehidupan sehari-hari. Para petani juga banyak yang gagal panen akibat kurangnya pasokan air untuk irigasi ladang pertanian mereka.

Sedangkan di hutan atau padang rumput, musim kemarau bisa memicu terjadinya kebakaran padang rumput yang meluas dan mengancam ekosistem yang ada.

Baca juga: BMKG: 58 Persen Wilayah Indonesia Terlambat Masuki Musim Kemarau 2021

Dilansir dari Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika, posisi geografis Indonesia terletak di daerah tropis, di antara Benua Asia dan Benua Australia, serta di antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.

Wilayah Indonesia juga dilalui garis khatulistiwa. Posisi ini membuat Indonesia memililki keragaman cuaca dan iklim yang tinggi.

Selain faktor geografis, banyak faktor yang memengaruhi iklim di Indonesia. Beberapa faktor tersebut adalah El Nino Southern Oscillation (ENSO), Indian Ocean Dipole (IOD), pergerakan angin monsun Asia-Australia, Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis, dan suhu permukaan laut di sekitar wilayah Indonesia.

Berikut adalah faktor-faktor yang memengaruhi musim kemarau di Indonesia.

Indian Ocean Dipole (IOD)

Indian Ocean Dipole adalah fenomena interaksi laut dengan atmosfer yang diamati melalui perbedaan suhu perairan pantai timur Afrika dengan perairan di sebelah barat Sumatera.

Perubahan iklim menyebabkan banyak masalah lingkungan. Hal yang sudah mulai terjadi adalah fenomena es di kutub-kutub bumi meleh yang menyebabkan permukaan air naik sehingga menyebabkan banjir. Ditambah lagi cuaca ekstrim yang belakangan ini sering terjadi. Misalnya saja, musim kemarau yang berkepanjangan, gelombang panas yang meningkatkan suhu udara secara ekstrim dan hujan lebat yang sering sekali terjadi. Kondisi-kondisi ini menimbulkan banyak sekali permasalah lingkungan yang berdampak pada kesehatan manusia.

Apabila musim kemarau lebih panjang dibandingkan dengan musim penghujan akan mengakibatkan

Pasien demam berdarah. TEMPO/Tony Hartawan

Di Indonesia yang beriklim tropis ini pada musim kemarau berkepanjangan adalah kondisi yang sangat baik bagi perkembangan bakteri, virus, jamur dan parasit karena kelembaban udara pada musim kemarau cukup tinggi. Mikroorganisme-mikroorganisme tersebut tumbuh dengan sangat subur dan dapat bertahan hidup lebih lama. Kondisi ini menyebabkan penyakit yang berhubungan dengan bakteri dan udara semakin banyak terjadi seperti penyakit kulit akibat jamur. Selain itu, udara yang hangat adalah pertanda bagi bunga untuk melakukan penyerbukan. Umumnya, orang alergi dengan benda-benda kecil seperti serbuk bunga. Sehingga, kondisi ini menyebabkan peningkatan penyakit akibat alergi meningkat.

Perubahan Iklim juga menyebabkan cuaca ekstrim dan sulit ditebak. Di satu wilayah, bisa saja terjadi hujan terus-menerus yang disertai dengan angin kencang dan menyebabkan banjir. Sementara di wilayah lain terjadi kemarau berkepanjangan hingga mengeringkan sawah, ladang dan sumber-sumber air masyarakat. Belum lagi suhu ekstrim yang disebabkan terik matahari dapat membakar kulit.

Cuaca ekstrim seperti hujan kencang yang terjadi terus-menerus akan menyebabkan banjir jika daratan tidak siap menampung limpahan air yang banyak. Kondisi banjir menyebabkan lingkungan kotor dan menjadi lingkungan yang sangat baik bagi sarangga dan nyamuk penyebar penyakit untuk hidup dan bereproduksi. Dengan kondisi seperti ini, kasus penyakit seperti malaria dan demam berdarah dengue akan sangat banyak, sampai pada titik endemik. Sementara kondisi ekstrim lingkungan mempengaruhi daya tubuh manusia sehingga mudah sekali menjadi sakit.

Sedangkan kemarau, akibat peningkatan suhu bumi terus-menerus dapat menyebabkan kebakaran semak dan hutan. Asap yang dihasilkan dari kebakaran sejam dan hutan mencemari udara yang juga berdampak pada kesehatan pernapasan manusia. Dalam kondisi tersebut akan sering ditemukan kasus-kasus seperti Infeksi Pernapasan.

Fenomena-fenomena perubahan iklim telah terjadi di dunia, bahkan di Indonesia. Berikut ini adalah beberapa fenomena perubahan iklim yang dirangkum oleh tim knowledge center.

Apabila musim kemarau lebih panjang dibandingkan dengan musim penghujan akan mengakibatkan

Kasus gagal panen akibat kekeringan yang disebabkan oleh perubahan iklim terjadi di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Puluhan hektar sawah di Kecamatan Bangkinang, Kabupaten Kampar tersebut dipastikan gagal panen akibat kekeringan dengan kerugian mencapai puluhan juta rupiah. Tidak hanya Kecamatan Bangkinang, namun gagal panen akibat kekeringan ini diperkirakan akan melanda ratusan hektar sawah lain di seluruh Kabupaten Kampar. Kekeringan ini merupakan yang terburuk selama dua puluh tahun terakhir.

Sumber: Suara Kampar

Apabila musim kemarau lebih panjang dibandingkan dengan musim penghujan akan mengakibatkan

Perubahan iklim menyebabkan banyak masalah lingkungan. Hal yang sudah mulai terjadi adalah fenomena es di kutub-kutub bumi meleh yang menyebabkan permukaan air naik sehingga menyebabkan banjir. Ditambah lagi cuaca ekstrim yang belakangan ini sering terjadi. Misalnya saja, musim kemarau yang berkepanjangan,

Sumber: Knowledge Centre Perubahan Iklim

Apabila musim kemarau lebih panjang dibandingkan dengan musim penghujan akan mengakibatkan

Tanaman kopi ikut terancam dampak perubahan iklim. Petani kopi di Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu dan Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur mengalami gagal panen kopi. Gagal panen tersebut dialibatkan karena intensitas hujan yang sangat tinggi yang menggugurkan bunga tanaman kopi. Akibatnya, hanya 20 persen dari tanaman kopi yang dapat dipanen.

Sumber: Suara Kampar

Apabila musim kemarau lebih panjang dibandingkan dengan musim penghujan akan mengakibatkan

Para petani sayur di wilayah lereng timur Gunung Slamet, Jawa Tengah, mulai mengeluhkan peningkatan penyakit tanaman yang disebabkan oleh hama tanaman yang menyerang tanaman mereka. Terkait fenomena ini, Kepala Balai Penelitian Lingkungan Pertanian Kementerian Pertanian, Prihasto Setyanto menjelaskan bahwa pemanasan global telah terjadi di Indonesia. Pemanasan global memicu perubahan iklim yang berdampak pada serangan hama dan penyakit tanaman. Hal ini dikarenakan siklus perkembangan hama tanaman tidak terputus.

Sumber: Mongabay

Apabila musim kemarau lebih panjang dibandingkan dengan musim penghujan akan mengakibatkan

Akibat cuaca yang tidak menentu, para nelayan di Kelurahan Kedung Cowek, Kecamtan Bulak, Surabaya, Jawa Timur tidak dapat melaut. Cuaca juga menyebabkan jumlah ikan laut merosot tajam sehingga membuat hasil tangkapan ikan menurun. Secara otomatis, hal ini mempengaruhi pendapatan keseharian masyarakat.

Sumber: Mongabay

Apabila musim kemarau lebih panjang dibandingkan dengan musim penghujan akan mengakibatkan

Perubahan iklim berdampak sangat buruk bagi Indonesia, khususnya pada sektor keamanan pangan dan sektor perikanan. Kekeringan yang terjadi di Indonesia mengubah pola tanam yang mengakibatkan gagal panen. Selain itu, perubahan iklim juga mengubah arus laut dan menyebabkan pengasaman laut, sehingga menyebabkan menurunnya hasil tangkapan ikan.

Sumber: Kompas.com

Apabila musim kemarau lebih panjang dibandingkan dengan musim penghujan akan mengakibatkan

Profesor Richard Tol dari Sussex University, Inggris memperkirakan dampak negatif pemanasan global akan melampaui dampak positifnya bila terjadi peningkatan suhu sampai 1,1 derajat celdius. Peningkatan suhu tersebut diprediksikan akan tercapai sebentar lagi.

Profesor Tol menyampaikan bahwa peningkatan suhu bumi akan menyebabkan hilangnya lapisan es di Arktik pada musim panas, dan menipisnya lapisan tersebut pada musim dingin, jika dibandingkan dengan musim dingin-musim dingin sebelumnya.

Sumber: bbc.com

Apabila musim kemarau lebih panjang dibandingkan dengan musim penghujan akan mengakibatkan

Perubahan iklim tidak hanya berdampak pada lingkungan saja, tetapi juga pada perilaku, fisik dan mental manusia. Perubahan iklim dapat mengkibatkan perubahan cuaca yang sangat ekstrim, sehingga menimbulkan beberapa perubahan perilaku dan mental manusia, seperti meningkatnya alergi dan risiko sakit jantung.

Sumber: cnn indonesia
Foto: klikkabar.com

Apabila musim kemarau lebih panjang dibandingkan dengan musim penghujan akan mengakibatkan

Pada tahun 1998, terdapat lima gletser di Puncak Jaya. Tapi kini, hanya terdapat 3 gletser. Hal ini terjadi karena gletser tersebut mencair yang disebabkan oleh peningkatan suhu bumi yang menyebabkan pemanasan global. Jika kondisi suhu bumi tetap pada kondisi seperti ini, NASA memprediksikan seluruh gletser di Papua akan musnah pada 20 tahun mendatang.

Pada tahun 1998, terdapat lima (5) gletser di Puncak Jaya. Tapi kini, hanya terdapat tiga (3) gletser yang tinggal. Hal ini terjadi karena gletser tersebut mencair karena pemanasan global yang diakibatkan oleh peningkatan suhu bumi. Jika kondisi suhu bumi tetap pada kondisi sekarang, NASA memprediksikan seluruh gletser di Papua akan musnah pada 20 tahun mendatang.

Sumber: National Geographic