Apakah dalam agama Buddha terdapat sistem kasta?

Apakah kamu tahu, ternyata dalam sejarah Hindu Budha, terdapat struktur sosial bernama kasta. Struktur sosial ini bertujuan untuk membedakan kedudukan sosial dalam masyarakat Hindu.

Namun, karena banyak mengalami perkembangan zaman, sistem kasta sosial yang cenderung membeda-bedakan ini telah pudar, dan kini hanya sebagai warisan peninggalan umat Hindu.

Namun apa jadinya jika sistem kasta sosial Hindu, jika hingga saaat ini masih ada. Apakah dampak yang paling terlihat jika ini diterapkan pada kehidupan masyarakat milenial?. Tentu tidak akan cocok. Mungkin yang ada bisa berisiko menciptakan konflik sosial dalam masyarakat.

baca juga: Sejarah AURI, Percobaan Pembunuhan Soekarno oleh Pilot Kebanggaan Indonesia

Beberapa Warisan Sosial Peninggalan Sejarah Hindu Budha

Nah pada artikel kali ini akan membahas bagaimana perkembangan struktur sosial dengan sistem kasta dari waktu ke waktu. Apa saja kisah unik di balik sejarah yang terus berjalan ini?

Sistem Kasta Sosial

Sistem ini ternyata merupakan warisan tatanan hidup bagi masyarakat yang berasal dari zaman Hindu-Budha.

Adapun sistem kasta yang pada saat itu berkembang dalam struktur sosial masyrakat Hindu, antara lain terdiri dari Kaum Brahmana (Pendeta/Pemuka Agama), Ksatria (Pejabat Pemerintahan), Waisya (Kaum Pedagang dan Petani), dan Sudra (Kaum Kawula/Budak).

Dari keempat kasta ini, masyarakat pada zaman Hindu memiliki prestis tersendiri. Meskipun demikian, bukan berarti pada zaman itu masyarakatnya cenderung individual.

Buktinya, beberapa catatan peninggalan sejarah menyebut jika masa era Hindu-Budha, masyarakat cenderung sering bergotong royong untuk menyelesaikan satu permasalahan yang ada dalam negerinya.

baca juga: Sejarah Perang Pattimura, Perjuangan Rakyat Maluku Melawan Penjajah

Tugas Brahmana Mirip Tokoh Agama

Brahmana adalah salah satu kasta tertinggi di dalam agama Hindu. Bagaimana tidak, pengertian Brahmana menurut struktur masyarakat Hindu adalah seorang pendeta yang memiliki sifat kebenaran.  Barangkali untuk saat ini anda bisa menyamakannya dengan tokoh agama.

Masih soal sejarah Hindu Budha, secara praktiknya kaum Brahmana memiliki enam tugas (Dharma), di antaranya melakukan persajian untuk dirinya sendiri, melakukan persajian untuk orang lain, memberikan pengajaran, menekuni pelajaran (belajar), membagi dan menerima sedekah.

Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh sejarawati, Ririn Darini dalam buku berjudul “Sejarah Kebudayaan Indonesia Masa Hindu Buddha”, (2013:49).

Tugas Ksatria Melindungi Negara dari Ancaman Bahaya

Selanjutnya, Ksatria atau saat ini  seperti seorang prajurit, atau pejabat negara. Secara praktis, tugasnya adalah melindungi negaranya dari segala macam ancaman yang berisiko membahayakan negara.

Tugas ini merupakan dharma utama dari seorang ksatria. Sebab hal ini sesuai dengan sumpah dan janjinya saat menjadi Ksatria.

Ia berjanji sesuai dengan peraturan Weda (kitab suci umat Hindu), yang mengatakan bahwa kaum Ksatria harus siap dan sigap bersedia melindungi negara, dalam keadaan dan situasi apapun.

Tugas Sudra hanya Patuh Pada Perintah Brahmana

Kaum Sudra/Kawula memiliki dharma Hindu yang begitu sederhana dari kasta-kasta di atas. Sebab, mereka hanya memiliki tugas sebagai pelayan para petinggi kasta, tak terkecuali Brahmana.

Brahmana sebagai pemuka agama yang bisa memperdayakan kaum Sudra secara baik, benar, dan tepat.

Sehingga, tugas dari seorang Sudra tidak lain adalah mematuhi perintah Brahmana. Sebab, apapun yang Brahmana katakan adalah pitutur kebenaran bagi jalan hidup seseorang yang berkasta Sudra.

Kaum Sudra Terbagi Empat Golongan

Sebagaimana penjelasan sejarah Hindu Budha di awal, kaum Sudra ternyata merupakan golongan umat Hindu yang menduduki kasta sosial yang paling rendah diantara semuanya.

Bahkan menurut catatan peninggalan Hindu, menyebutkan jika kaum Sudra terbagi lagi ke dalam 4 golongan, antara:

  1. Dwajaherta, seseorang hamba yang kehilangan atas kebebasannya, hal ini disebabkan karena Sudra dalam kategori ini menjadi seorang tawanan perang.
  2. Grehaja, yaitu seorang hamba (Sudra) yang kehilangan kebebasannya akibat kelahirannya.
  3. Bhaktadasa, yaitu seorang Sudra yang menghamba dan menjadi budak, karena menurut makan pada seseorang.
  4. Dandadasa, terakhir yaitu seorang Sudra yang menghamba dan menjadi budak kaum lain (berasal dari kasta atas). Oleh sebab itu Sudra kategori ini harus membayar utang dan denda dengan mengabdikan dirinya pada seseorang.

Nah inilah beberapa kisah menarik dari sejarah Hindu Budha. Dari kisah klasik ini kita bisa mengetahui bagaimana proses perkembangan struktur sosial masyarakat dari waktu ke waktu. (Erik/R6/HR-Online)

Dalam bahasa Sansekerta dan istilah Agama Hindu, konsep kasta memiliki nama “Varna”. Kasta adalah pembagian masyarakat berdasarkan kelompok-kelompok kelas yang berperingkat (berstratifikasi). Terdapat empat kelompok kelas dalam konsep kasta ini, yaitu: Brahmana (kaum agamawan), Ksatria (kaum bangsawan), Waisya (kaum masyarakat biasa seperti petani, pengrajin dan pedagan), dan Sudra (kaum pekerja kasar seperti buruh, dan lainnya).

Dengan demikian empat golongan yang terdapat pada sistem kasta Hindu-Budha adalah Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra.

Kasta dalam bahasa sansakerta ialah Varna, jika menurut KBBI kasta adalah golongan (tingkat atau derajat) manusia dalam masyarakat Hindu yang berkembang di India. Selain berkembangnya Hindu di India, dalam perkembangannya lahirlah pula ajaran Buddah dari Siddartha Gautama atau Sang Buddha. Siddartha menganggap bahwa manusia memiliki nilai yang sama sehingga tidak adanya sistem kasta. Hal ini berdampak pada penerimaan terhadap ajaran tersebut yang sangat cepat diterima oleh masyarakat terutama masyarakat dari golongan non- elit, hal tersebut terbukti dengan penyebaran agama Buddha yang tersebar luas dibandingkan dengan agama Hindu dimana populasi terbesar berada di wilayah Asia Timur.

Dengan demikian dampak ajaran Buddha tidak mengenal kasta adalah penyebaran ajaran tersebut dapat diterima dengan cepat oleh masyarakat dan penyebarannya semakin luas.

Kasta berasal dari Indonesia bahasa Inggris dan bahasa Portugal (casta) yang berarti keturunan atau suku.[1] Kasta pada abad ke-16 digunakan oleh penjelajah Portugis untuk mendeskripsikan pembagian kerja pada masyarakat India. Tetapi persepsi awal pembagian tersebut memiliki tingkatan, kenyataannya pada Weda sendiri tidak menjelaskan tingkatan sosial hanya menjelaskan pembagian kerja yg disebut Varna.[2] Kasta yang sebenarnya merupakan perkumpulan tukang-tukang atau orang-orang ahli dalam bidang tertentu.

Di Indonesia, sistem kasta dapat dilihat di Bali. Anak-anak di Bali diberi nama berdasarkan kasta keluarga mereka dan urutan kelahiran mereka. Masyarakat Bali didasarkan pada sistem kasta Catur Warna Hindu, walaupun tidak serumit yang terjadi di India. Versi sederhana ini menjelaskan pembagian manusia ke dalam 4 kasta yang berbeda:

  1. Kasta Brahmana, orang yang mengabdikan dirinya dalam urusan bidang spiritual seperti sulinggih, pandita dan rohaniawan. Selain itu disandang oleh para pribumi.
  2. Kasta Ksatria, para kepala dan anggota lembaga pemerintahan. Seseorang yang menyandang gelar ini tidak memiliki harta pribadi semua harta milik negara.
  3. Kasta Waisya, orang yang telah memiliki pekerjaan dan harta benda sendiri petani, nelayan, pedagang, dan lain-lain.
  4. Kasta Sudra, pelayan bagi ketiga kasta di atasnya. Kasta ini merupakan yang paling banyak terdapat di Bali, hampir 90% dari jumlah penduduk warga Bali.[3]

Keempat kasta ini mempunyai aturan yang berbeda-beda untuk berinteraksi/berkomunikasi dengan orang-orang dengan kasta yang berbeda. Bahasa Bali Madya biasa digunakan untuk lawan bicara yang belum diketahui kastanya, untuk menghindari ketidakhormatan kepada lawan bicara.

Sedangkan di luar sistem kasta tersebut, ada pula istilah:

  1. Kaum Paria, golongan orang rendahan yang tugasnya melayani para Brahmana dan Ksatria.
  2. Kaum Candala, golongan orang yang berasal dari perkawinan antarwarna, bangsa asing.
  • Catur Warna (golongan masyarakat dalam Hinduisme)
  • Sistem kasta Bali
  • Sistem kasta India

  1. ^ Oxford English Dictionary (September 2005). "Caste". Oxford University Press.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  2. ^ naumannj. "The Caste System of India". Diakses tanggal 19 Juli 2018. 
  3. ^ B. R. Ambedkar. "Who Were the Shudras?". 

 

Artikel bertopik masyarakat ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kasta&oldid=21034661"

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA