Bagaimana ASEAN dalam menangani konflik Laut Cina Selatan brainly

DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Jurnal

Acharya, Amitav. Constructing a Security Community in Southeast Asia: ASEAN and The Problem of Regional Order, 2nd ed. New York: Routledge, 2009.

Busse, Niklas. “Constructivism and Southeast Asian security.” The Pacific Review 12, no. 1 (1999): 39-60.

Caballero-Anthony, Mely. “Mechanism of Dispute Settlement: The ASEAN Experience.” Contemporary Southeast Asia, 20, no. 1 (1998): 38-66.

Darmawan, Arief Bakhtiar & Mahendra, Lady. “Isu Laut Tiongkok Selatan: Negara-negara ASEAN Terbelah Menghadapi Tiongkok.” Jurnal Global & Strategis 12, no. 1 (2018): 79-100.

Djalal, Hasjim. “Managing Potential Conflicts in the South China Sea: Lessons Learned,” dalam Maritime Regime Building, diedit oleh Mark J. Valencia, 87-92. Britain: Kluwer Law International, 2001.

Evans, Thammy. “The PRC’s Relationship with the ASEAN Regional Forum: Realpolitik, Regime Theory or a Continuation of the Sinic Zone of Influence System?” Modern Asian Studies 37, no. 3 (2003): 737-763.

Garver, John W. “China’s Push through the South China Sea: The Interaction of Bureaucratic and National Interests.” The China Quarterly, no. 132 (1992): 999-1028.

Granados, Ulises. “India’s Approaches to the South China Sea: Priorities and Balances.” Asia & the Pacific Policy Studies 5, no. 1 (2017): 122-137.

Haryanto, Agus. & Pasha, Isman. Diplomasi Indonesia: Realitas dan Prospek. Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2016.

Katsumata, Hiro. “Reconstruction of Diplomatic Norms in Southeast Asia: The Case for Strict Adherence to the ASEAN Way.” Contemporary Southeast Asia: A Journal of International and Strategic Affairs 25, no. 1 (2003): 104-121.

Kivimäki, Timo. “The Long Peace of ASEAN.” Journal of Peace Research 38, no. 1 (2001): 5-25.

Reus-Smit, Christian. “Constructivism,” dalam Theories of International Relations, diedit oleh S. Burcholl, et al., 188-212. New York: Palgrave Macmillan, 2005.

Severino, Rudolfo. “ASEAN and the South China Sea.” Security Challenges 6, no. 2 (2010): 37-47.

____________ Southeast Asia in Search of an ASEAN Community. Singapore: Institute of Southeast Asian Studies, 2006.

Singh, Bhubhindar. “The Development of Japanese Security Policy: A Long-Term Defensive Strategy.” Asia Policy, No. 19 (2015): 49-64.

Sukma, Rizal. “Negara-negara Besar, Arsitektur Regional, dan Posisi Indonesia.” Jurnal Luar Negeri 26, no. 1 (2009): 45-59.

Swanström, Niklas. Conflict Management and Negotiation in the South China Sea: The ASEAN Way? Oslo: Workshop on The South China Sea Conflict, 1999.

Weissmann, Mikael. “The South China Sea: Still No War on the Horizon.” Asian Survey 55, no. 3 (2015): 596-617.

__________. "Why is there a relative peace in the South China Sea?" dalam Entering Uncharterd Waters? ASEAN and The South China Sea Dispute, diedit oleh Pavin Chachavalpongpun, 36-64. Singapore: Institute of Southeast Asian Studies, 2014.

Yukawa, Taku. “The ASEAN Way as a symbol: an analysis of discourses on the ASEAN Norms.” The Pacific Review 31, no. 3 (2018): 298-314.

Dokumentasi Resmi

ASEAN. ASEAN Plus Three Documents Series 2011-2015. Jakarta: The ASEAN Secretariat, 2016.

ASEAN. Chairman’s Statement of the 16th ASEAN-China Summit. Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam, 2013b.

ASEAN. Bali Declaration on ASEAN Community in a Global Community of Nations “Bali Concord III”. Jakarta: ASEAN Secretariat, 2011.

ASEAN. Handbook of Selected ASEAN Political Documents. Jakarta: ASEAN Secretariat, 2003.

Deplu RI. Hubungan Kemitraan ASEAN-China. Jakarta: Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, 2011.

Pompeo, Michael R. Remarks on “America’s Indo-Pacific Economic Vision”. Washington, DC: Secretary of State, 2018.

Makalah dan Tesis Penelitian

Djalal, Hasjim. “South China Sea: Contribution of 2nd Track Diplomacy/Workshop Process to Progressive Development of Regional Peace and Cooperation.” Manila, Filipina, 16-17 Oktober 2011.

Djalal, Hasjim, et.al. “Usaha-Usaha Mengalihkan Potensi Konflik di Laut Cina Selatan Menjadi Potensi Kerjasama.” Proyek Penelitian dan Pengembangan Politik Luar Negeri Yayasan Pusat Studi Asia Tenggara dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, Jakarta: Yayasan Pusat Studi Asia Tenggara, 1995.

Fujisawa, Iwao. “The Use and Abuse of the “ASEAN Way”.” Discussion Papers, Chiba: Center for Relational Studies on Global Crises, Chiba University, 2017.

Heng, Pek Koon. “The “ASEAN Way” and Regional Security Cooperation in the South China Sea.” European University Institute (EUI) Working Paper: Robert Schuman Centre for Advanced Studies, 2014.

Renyoet, Claudia Conchita. “Diplomasi Informal sebagai Pendekatan dalam Proses Penyelesaian Konflik Laut Cina Selatan.” Tesis, Yogyakarta: Universitas Gadjah, 2012.

Woon, Walter. “Dispute Settlement the ASEAN Way.” Singapore: Center for International Law, 2012.

Internet

ASEAN. “About The ASEAN Regional Forum.” aseanregionalforum.asean.org/about.html (diakses pada 2 Januari 2019).

ASEAN. “Declaration of ASEAN Concord, Bali, Indonesia, 24 February 1976.” //asean.org/?static_post=declaration-of-asean-concord-indonesia-24-february-1976 (diakses pada 2 Januari 2019).

ASEAN. “Chairman’s Statement of the 11th ASEAN-China Summit Singapore, 20 November 2007.” //asean.org/?static_post=chairman-s-statement-of-the-11th-asean-china-summit-singapore-20-november-2007 (diakses pada 2 Januari 2019).

ASEAN. “Chairman’s Statement of the 17th ASEAN Summit.” //asean.org/?static_post=chairman-s-statement-of-the-17th-asean-summit (diakses pada 2 Januari 2019).

Beeson, Mark. “What’s the point of Asean?” Asia Times, 1 Mei 2017. //www.atimes.com/whats-point-asean/ (diakses pada 29 Desember 2018).

Bower, Ernest. “18th ASEAN Regional Forum in Bali, Indonesia.” Center for Strategic & International Studies, 1 Agustus 2011. //www.csis.org/analysis/18th-asean-regional-forum-bali-indonesia (diakses pada 29 Desember 2018).

Firman, Tony. “Disfungsi ASEAN dan Kegagapannya Merangkul Asia Tenggara.” Tirto.id, 8 Agustus 2018. //tirto.id/disfungsi-asean-dan-kegagapannya-merangkul-asia-tenggara-cP9S (diakses pada 29 Desember 2018).

Jennings, Ralph. “Four Countries Plan Resistance to China in a Disputed Asian Sea.” VoA News, 5 Februari 2018. //www.voanews.com/a/countries-push-for-joint-naval-exercises-in-south-china-sea/4239171.html (diakses pada 30 Desember 2018).

Kemlu RI. ASEAN: Selayang Pandang. //www.kemlu.go.id/Documents/ASEAN/ASP_2012_Edisi_20.pdf.

Martinez-Barcelon, Aleja. “The ASEAN way in the South China Sea disputes.” PacNet 57(A), Hawai: Pacific Forum CSIS, 2016. //www.csis.org/analysis/pacnet-57a-asean-way-south-china-sea-disputes (diakses pada 30 Desember 2018).

MOFA of the PRC. Wang Yi: The Agreement of the Single Draft Negotiating Text of the Code of Conduct (COC) in the South China Sea Proves that China and the Countries of the Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Are Capable of Reaching Regional Rules Adhered to by All. //www.fmprc.gov.cn/mfa_eng/zxxx_662805/t1583333.shtml (diakses pada 30 Desember 2018).

Pickrell, Ryan. “‘Leave immediately or you will pay’: China is threatening foreign ships and planes, but the US military isn’t changing a thing.” Business Insider, 31 Juli 2018. //www.businessinsider.com.au/china-warns-foreign-ships-planes-to-steer-clear-of-its-islands-or-pay-2018-7 (diakses pada 2 Januari 2019).

Mogato, Manuel, Martina, Michael, & Blanchard, Ben. “ASEAN deadlocked on South China Sea, Cambodia blocks statement.” Reuters, 25 Juli 2016. //www.reuters.com/article/us-southchinasea-ruling-asean/asean-deadlocked-on-south-china-sea-cambodia-blocks-statement-idUSKCN1050F6 (diakses pada 2 Januari 2019).

Thayer, Carl. “A Closer Look at the ASEAN-China Single Draft South China Sea Code of Conduct.” The Diplomat, 3 Agustus 2018. //thediplomat.com/2018/08/a-closer-look-at-the-asean-china-single-draft-south-china-sea-code-of-conduct/ (diakses pada 3 Januari 2019).

Page 2

Laut China Selatan yang meliputi sekitar 3.500.000 kilometer persegi yang mengelilingi Selat Malaka dan Selat Taiwan dan terdiri dari lebih dari 250 pulau kecil dan terumbu karang, diyakini memiliki sumber daya alam yang dapat memberikan manfaat bagi negara-negara di sekitarnya. China sebagai konsumen minyak nomor dua terbesar setelah AS, mengimpor 52 persen minyaknya dari Timur Tengah dan mencoba meningkatkan kebutuhan minyaknya dari Laut China Selatan. Selain sumber daya minyak, Laut China Selatan menjadi daya tarik perikanan bagi negara-negara di sekitarnya. Laut China Selatan diperkirakan berkontribusi sekitar 12 persen dari total produksi ikan di seluruh dunia terutama oleh China, Vietnam, dan Thailand.

China yang tidak meratifikasi ZEE mengklaim wilayah Laut China Selatan dengan garis sembilan garis putus-putus (nine dash line). China menduduki pulau-pulau termasuk Kepulauan Spratly dan Paracel dan mulai mengambil kekuatan besar untuk melindungi wilayahnya dari negara lain. Laut China Selatan menjadi pusat daya tarik dengan lokasi yang strategis dan sumber daya alamnya. Secara geografis, Laut China Selatan adalah bagian maritim dari China, Taiwan, Filipina, Vietnam, Brunei, Malaysia, Indonesia, dan Singapura. Peraturan tentang dividennya didasarkan pada Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) di bawah Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS).

Stabilitas Laut China Selatan menjadi masalah penting yang akhir-akhir ini kembali memanas pasca aksi latihan militer yang dilakukan China dan mengundang reaksi dari dunia internasional seperti Amerika, ASEAN, dan India. Ketegangan di Kawasan Laut China Selatan dipandang sudah mencapai titik krisis pasca Amerika Serikat mengirimkan bomber nuklir sebagai bentuk respons untuk menunjukkan kekuatan kepada China. Amerika juga menunjukkan aksi lain dengan menggelar latihan di dekat Kepulauan Paracel. Agenda yang dilakukan Amerika tersebut sebagai bentuk reaksi atas klaim China pada beberapa pulau dan beberapa daerah yang dinilai kontroversial lainnya.

Stabilitas di Laut China Selatan semakin bergejolak karena China mengatakan dapat merespons apa yang sudah dilakukan oleh Amerika dengan kekerasan. Hal tersebut disebabkan karena Amerika yang dinilai sudah menggerakkan kekuatan militernya di Laut China Selatan dengan melakukan latihan bersama dengan dua kapal induk milik Amerika di jalur perairan strategis. Sementara Amerika tidak akan tinggal diam dan terus berupaya untuk menghentikan penguasaan China di wilayah tersebut. Selain sebagai upaya untuk perimbangan kekuatan, aksi yang dilakukan Amerika menunjukkan kepada beberapa sekutu bahwa Amerika masih merupakan negara super power di dunia. Angkatan laut Amerika bahkan mengatakan akan terus melakukan latihan sebagai upaya untuk memaksimalkan kekuatan pertahanan udara dan memperluas jangkauan serangan di wilayah maritim. China menganggap apa yang sudah dilakukan oleh AS adalah bentuk perpanjangan dari motif tersembunyi sebagai langkah untuk memperkeruh keamanan di wilayah Laut China Selatan. Namun China akan terus berupaya mempertahankan tekad untuk dapat menjaga integritas teritorial, kedaulatan, serta kepentingan maritimnya di wilayah tersebut.

Sementara itu, ASEAN menilai bahwa perjanjian mengenai pengelolaan laut tahun 1982 di AS harus menjadi dasar dari pengaturan hak dan kedaulatan di jalur perairan yang disengketakan. Vietnam atas nama 10 negara blok menyepakati bahwa UNCLOS 1982 adalah dasar untuk menentukan hak kedaulatan, hak maritim, yuridiksi serta kepentingan yang sah atas zona maritim. ASEAN menyayangkan sikap negara yang tidak bertanggung jawab dan melanggar aspek hukum internasional masih terjadi. Mengingat saat ini, ASEAN dan dunia masih fokus untuk memerangi pandemi.

China melakukan klaim atas hampir semua bagian dari Laut China Selatan, termasuk negara-negara ASEAN. Bahkan China dan Filipina pernah terlibat konflik bersenjata karena klaim teritori tersebut. Penyebab sengketa ini semakin panjang karena tiap negara melakukan justifikasi wilayah Laut China Selatan sebagai bagian dari kedaulatan negara mereka. Faktor identifikasi mengenai kedaulatan yang tidak pernah selesai menjadi penyebab pemicu konflik dari negara yang bersengketa. Sikap konfrontatif AS dengan segala kekuatan yang dimiliknya juga menjadi penyebab semakin keruhnya stabilitas keamanan di Laut China Selatan. Jika AS dan China enggan melakukan negosiasi dengan baik dalam mengelola konflik secara konstruktif di kawasan Laut China Selatan, kedua Negara berpotensi untuk menyelesaikan ini dengan menempuh jalur lain, seperti menggunakan kekerasan dan berujung pada perang.

Melihat akar masalahnya, persoalan klaim teritori ini memang berada di AS dan China. AS yang hadir dengan sikapnya yang konfrontatif, sementara China yang mengklaim wilayah LCS hingga 80% dengan modal Sembilan garis putus-putus (nine dash line) yang beredar di tahun 1947 dan 2009. Hal tersebut justru sangat berdampak kepada kedaulatan Indonesia yang bersinggungan langsung dengan Laut Natuna di Kepulauan Riau. Indonesia harus mampu mengambil sikap yang tegas atas sengketa di LCS. Mengingat bahwa China tidak akan menerima pendekatan diplomatik yang biasa. Seperti yang diketahui bahwa strategi China adalah dengan menempuh realisme politik, mengabaikan segala bentuk diplomasi dan aspek hukum internasional termasuk UNCLOS 1982. Indonesia harus mampu menolak sepenuhnya klaim China atas Laut Natuna karena dipandang tidak memiliki dasar pijakan hukum dan tidak pernah diakui dalam UNCLOS 1982.

Di sisi lain, Filipina dan India siap untuk melakukan kegiatan navigasi di Laut China Selatan dengan tujuan untuk menjaga perimbangan kekuatan di kawasan tersebut. Filipina dan India siap bekerja sama untuk melawan sikap tegas China di Laut China Selatan. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk untuk memperluas kerja sama kemitraan strategis antara kedua negara. Filipina juga telah berkomitmen akan memberikan respons terberat kepada China jika latihan angkatan laut Tiongkok sampai meluas ke wilayah Filipina. Kemitraan strategis ini juga menunjukkan bahwa Filipina dan India akan merapat untuk mendukung AS dalam menjaga keseimbangan teritorial di Laut China Selatan. Bentuk dukungan yang dilakukan oleh India kepada Filipina adalah perpanjangan konflik perbatasan antara India dan China di perbatasan Himalaya.

Oleh: Hardi Alunaza SD

Dosen Prodi Ilmu Hubungan Internasional Fisip Universitas Tanjungpura

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA