Bagaimana masuknya Islam ke kerajaan Samudera Pasai

Suara.com - Tahukah Anda apa kerajaan Islam pertama di Indonesia? Jawabannya adalah Samudera Pasai.

Kerajaan Islam pertama di Indonesia ini berada di Aceh. Samudera Pasai berdiri pada abad ke-13 Masehi, oleh Meurah Silu.

Tepatnya pada tahun 1267 Masehi. Lokasi persis, kerajaan Islam pertama di Indonesia ini diperkirakan berada di Desa Beuringin, Kecamatan Samudra, Daerah Istimewa Aceh.

Sejarah Berdirinya Kerajaan Islam Pertama di Indonesia

Baca Juga: 5 Orang Jadi Tersangka Dugaan Korupsi Pembangunan Monumen Islam Samudera Pasai

Samudera Pasai berdiri pada tahun 1267. Raja Samudera Pasai yang pertama bernama Meurah Silu atau juga dikenal dengan nama lain Malik al-Saleh.

Beliau kemudian memerintah selama 28 tahun, mulai tahun 1261 sampai 1289 Masehi. Ia juga kemudian jadi sultan Islam pertama di Indonesia.

Pada masa kejayaannya, kerajaan Samudera Pasai ini sering mengirim orang ke Cina untuk membayar upeti dan menjalin kerjasama dengan pihak Cina.

Masa Kejayaan Samudera Pasai

Kerajaan Samudera Pasai sendiri mengalami masa kejayaan pada era tahun 1326 - 1345 Masehi. Tepatnya, ketika berada Samudera Pasai dibawah pemerintahan Sultan Ahmad Bahian Syah Malik Zahir. Pada pemerintahannya, kerajaan Islam ini berhasil jadi salah satu pusat perdagangan penting di kawasan nusantara.

Baca Juga: Pulau Tolop Batam, Ziarah Ulama Kerajaan Samudera Pasai dan Keturunan Rasulullah

Tidak hanya dengan saudagar Cina, Samudera Pasai juga menjalin kerja sama dengan India, Siam, Arab, hingga Persia. Sehingga selain memiliki posisi strategis, kerjasama politik juga perlahan terjalin dengan kuat.

Merdeka.com - Islam adalah salah satu agama terbesar yang ada di dunia, termasuk di Indonesia. Lalu, kapan Islam masuk ke Indonesia? Islam masuk ke Indonesia sekitar tahun 7 Hijriah atau sekitar 13 Masehi. Sejak saat itu, ada banyak kerajaan bercorak Islam di Indonesia, salah satunya adalah Kerajaan Samudera Pasai. Sekarang, Kelas Merdeka akan membahas tentang Kerajaan Samudera Pasai.

Kerajaan Samudera Pasai kira-kira tumbuh diantara tahun 1270 hingga 1275. Kerajaan Samudera Pasai ini adalah kerajaan Islam pertama yang ada di Indonesia. Kerajaan ini terletak di Lhokseumawe, Nanggroe Aceh Darussalam. Raja pertamanya adalah Sultan Malik Al-Saleh yang berkuasa pada tahun 696 Hijriah atau sekitar tahun 1297 Masehi. Pada masa pemerintahan Sultan Malik Al-Saleh, Kerajaan Samudera Pasai memiliki hubungan dengan negara Cina.

Raja yang menggantikan Sultan Malik Al Saleh adalah Sultan Muhammad Malik Zahir yang berkuasa selama 29 tahun dari tahun 1297 hingga 1326 Masehi. Dilanjutkan dengan Sultan Mhmud Malik Zahir, Sultan Zainal Abidin Malik Zahir, Sultanah Nahrisyah, Abu Zain Malik Zahir, dan yang terakhir adalah Mahmud Malik Zahir.

Kesultanan Samudera Pasai mencapai masa emasnya di abad ke 16. Diceritakan juga bahwa Samudera Pasai selalu memiliki hubungan persahabatan dengan Malaka. Hubungan persahabatan itu semakin kuat dengan adanya perkawinan di antara mereka.

Berikut ini adalah para pedagang dari berbagai negara yang pernah mampir di Indonesia, yaitu: Rumi, Turki, Arab, Persia atau Iran, Gujarat, Keling, Bengal, Melayu, Siam, Kedah, dan Pegu. Wah, ternyata banyak sekali ya pedagang yang sudah pernah datang di Indonesia untuk menyebarkan Islam? Selain Samudera Pasai, ada juga kerajaan Islam yang lain seperti Gowa-Tallo. Tertarik?

Marco Polo telah mengunjungi Samudera Pasai pada 1292 M.

REPUBLIKA.CO.ID -- Sebelum Dinasti Usmaniyah (Ottoman) di Turki berdiri pada 699-1341 H atau bertepatan dengan tahun 1385-1923 M, ternyata nun jauh di belahan dunia sebelah timur-tepatnya di wilayah Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) saat ini-telah muncul sebuah kerajaan Islam bernama Samudera Pasai. Jika Ottoman mulai menancapkan kekuasaannya pada tahun 1385 M, Samudera Pasai sudah mengibarkan bendera kekuasaannya pada 1267 M.

Keberadaan Kesultanan Samudera Pasai ini diungkapkan oleh petualang Muslim asal Maroko, Abu Abdullah Ibnu Batuthah (1304-1368 M), dalam kitabnya yang berjudul Rihlah ila I-Masyriq (Pengembaraan ke Timur).

"Sebuah negeri yang hijau dengan kota pelabuhannya yang besar dan indah," tulis Ibnu Batuthah ketika menggambarkan kekagumannya terhadap keindahan dan kemajuan Kerajaan Samudera Pasai yang sempat disinggahinya selama 15 hari pada 1345 M.

Dalam catatan perjalanan Ibnu Batuthah lainnya yang berjudul Tuhfat al-Nazha, ia menuturkan, pada masa itu Samudera Pasai telah menjelma sebagai pusat studi Islam di kawasan Asia Tenggara. 

Jauh sebelum Sang Pengembara Muslim itu menginjakkan kakinya di kerajaan Muslim pertama di nusantara itu, seorang penjelajah asal Venezia (Italia), yang bernama Marco Polo, telah mengunjungi Samudera Pasai pada 1292 M.

Marco Polo bertandang ke Samudera Pasai saat menjadi pemimpin rombongan yang membawa ratu dari Cina ke Persia. Bersama dua ribu orang pengikutnya, Marco Polo singgah dan menetap selama lima bulan di bumi Serambi Makkah itu. Dalam kisah perjalanan berjudul Travel of Marco Polo, pelancong dari Eropa itu juga mengagumi kemajuan yang dicapai Kesultanan Samudera Pasai.

Kesultanan Samudera Pasai terletak di pesisir pantai utara Sumatra-kurang lebih di sekitar Kota Lhokseumawe, Aceh Utara, sekarang ini. Kesultanan ini didirikan oleh Meurah Silu pada sekitar tahun 1267 M. 

Ia adalah keturunan dari Suku Imam Empat atau Sukee Imuem Peuet-sebutan untuk keturunan empat maharaja (meurah) bersaudara yang berasal dari Mon Khmer (Champa), yang merupakan pendiri pertama kerajaan-kerajaan di Aceh pra-Islam.

Keempat maharaja tersebut adalah Syahir Po-He-La yang mendirikan Kerajaan Peureulak (Perlak) di Aceh Timur, Syahir Tanwi yang mendirikan Kerajaan Jeumpa (Champa) di Peusangan (Bireuen), Syahir Poli (Pau-Ling) yang mendirikan Kerajaan Sama Indra di Pidie, dan Syahir Nuwi yang mendirikan Kerajaan Indra Purba di Banda Aceh dan Aceh Besar.

Malik as-Saleh

Dalam Hikayat Raja-Raja Pasai, disebutkan asal muasal penamaan Kerajaan Samudera Pasai. Syahdan, suatu hari, Meurah Silu melihat seekor semut raksasa yang berukuran sebesar kucing. Meurah yang kala itu belum memeluk Islam menangkap dan memakan semut itu. Dia lalu menamakan tempat itu Samandra.

Tak semua orang percaya kisah yang berbau legenda itu. Sebagian orang meyakini kata Samudera berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti laut. Sedangkan, kata Pasai diyakini berasal dari Parsi: Parsee atau Pase. Pada masa itu, banyak pedagang dan saudagar Muslim dari Persia-India alias Gujarat yang singgah di wilayah nusantara.

Meurah Silu kemudian memutuskan masuk Islam dan berganti nama menjadi Malik al-Saleh atau dikenal dengan sebutan Malik as-Saleh. Menurut legenda masyarakat Aceh, suatu hari Meurah Silu bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW. Setelah itu, ia pun memutuskan masuk Islam.

Malik al-Saleh mulai menduduki takhta Kesultanan Samudera Pasai pada 1267 M. Di bawah kepemimpinan Malik al-Saleh, Samudera Pasai mulai berkembang. Ia berkuasa selama 29 tahun dan digantikan oleh Sultan Muhammad Malik al-Zahir (1297-1326 M). 

Namun, ada juga yang menyebutkan, Malik al-Saleh diangkat menjadi sultan di Kerajaan Samudera Pasai oleh seorang Laksamana Laut dari Mesir bernama Nazimuddin al-Kamil setelah berhasil menaklukkan Pasai.

Penyebar Islam

Selain dikenal sebagai pendiri dan raja pertama dari Kesultanan Samudera Pasai, Malik al-Saleh juga merupakan tokoh penyebar agama Islam di wilayah nusantara dan Asia Tenggara pada abad ke-13 M. 

Karena pengaruh kekuasaan yang dimiliki Sultan Malik al-Saleh, Islam bisa berkembang luas di wilayah nusantara hingga ke negeri-negeri lainnya di kawasan Asia Tenggara.

Menurut Marco Polo, Malik al-Saleh adalah seorang raja yang kuat dan kaya. Ia menikah dengan putri raja Perlak dan memiliki dua anak. Ketika berkuasa, Malik al-Saleh menerima kunjungan Marco Polo.

Pada masa pemerintahan Malik al-Saleh, Samudera Pasai memiliki kontribusi yang besar dalam pengembangan dan penyebaran Islam di Tanah Air. Samudera Pasai banyak mengirimkan para ulama serta mubaligh untuk menyebarkan agama Islam ke Pulau Jawa. 

Banyak juga ulama Jawa yang menimba ilmu agama di Pasai. Salah satunya adalah Syekh Yusuf-seorang sufi dan ulama penyebar Islam di Afrika Selatan yang berasal dari Makassar.

Wali Songo merupakan bukti eratnya hubungan antara Samudera Pasai dan perkembangan Islam di Pulau Jawa. Sunan Kalijaga merupakan menantu Maulana Ishak, salah seorang Sultan Pasai. Selain itu, Sunan Gunung Jati yang menyebarkan Islam di wilayah Cirebon serta Banten ternyata putra daerah Pasai.

Kesultanan Samudera Pasai begitu teguh dalam menerapkan agama Islam. Pemerintahannya bersifat teokrasi (agama) yang berdasarkan ajaran Islam. Tak heran bila kehidupan masyarakatnya juga begitu kental dengan nuansa agama serta kebudayaan Islam.

Sebagai sebuah kerajaan yang berpengaruh, Pasai juga menjalin persahabatan dengan penguasa negara lain, seperti Champa, India, Tiongkok, Majapahit, dan Malaka. Menurut Marco Polo, Sultan Malik as-Saleh sangat menghormati Kubilai Khan, penguasa Mongol di Tiongkok.

Kerajaan Islam Samudera Pasai baru berdiri pada abad ke-13. Pendiri kerajaan Islam ini adalah Sultan Malik Al-Saleh yang meninggal pada tahun 1297.

Menurut hasil penelitian GP. Rauffer, seorang ilmuwan dari Belanda, Pasai mula-mula terletak di sebelah kanan sungai Pasai, sedangkan Samudera berada di sebelah kirinya. Lama-kelamaan, Samudera dan Pasai menjadi satu dan membentuk sebuah kerajaan, yaitu Kerajaan Samudera Pasai.

Samudera Pasai berada di kawasan Selat Malaka, pada jalur perhubungan yang ramai antara Arab, India, dan Cina. Kerajaan itu telah terkenal pada abad ke-13 sebagai pusat perdagangan di kawasan tersebut.

Kerajaan Smaudwera Pasai hanya sedikit mempunyai daerah pertanian, yang berada di sepanjang bantaran Sungai Pasai dan Peusangan. Di situ terdapat kampung-kampung (meusanah-meusanah) yang merupakan unit-unit pemerintahan terkecil.

Karena kebesarannya, Kerajaan Samudera Pasai bergerak pula dalam penyebaran Islam di wilayah-wilayah lainnya di Nusantara, di antaranya ke Minangkabau, Palembang, Jambi, Malaka, dan Jawa.

Setelah Sultan Malik-Al-Saleh wafat, ia digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Muhammad. Sultan Muhammad lebih dikenal dengan gelar Malik-Al-Tahir. Ia memewrintah Samudera Pasai sampai tahun 1326 dan kemudian digantikan oleh Sultan Ahmad. Ia pun menggunakan gelar yang sama, yaitu Malik-Al-Tahir.

Ketika memerintah, kerajaannya mendapat kunjungan dari Ibnu Battuta, seorang pengembara asal Maroko utusan Sultan Delhi di India pada tahun 1345. Berdasarkan catatan perjalanan Ibnu Battuta, diketahui bahwa Samudera Pasai merupakan kesultanan dagang yang maju.

Selama di Samudera Pasai Ibnu Battuta telah berjumpa dengan tiga orang ulama terkenal, yaitu Amir Dawlasa dari Delhi India, Kadi Amir Said dari Shiraz dan Tajudin dari Isfahan. Sultan Samudera Pasai sangat suka berdiskusi mengenai masalah-masalah agama dengan ualama-ulama tersebut.

Banyak tokoh dan para ahli dari berbagai disiplin pengetahuan yang datang dari luar Nusantara, seperti dari Persia (yang menjadi wilayah kekuasaan Khalifah Abbasiyah) yang membantu kerajaan Islam Samudera Pasai. Maka dapat diperkirakan sistem pemerintahan Samudera Pasai mengikuti sistem pemerintahan Khalifah Abbasiyah.

Untuk mempererat hubungan dengan kerajaan-kerajaan yang berada di bawah kekuasaan Samudera Pasai ditempuh pula lewat jalan perkawinan. Maka terjadilah perkawinan antara putri Perlak dengan Sultan Smudera Pasai, sedangkan Raja Malaka yang pertama Parameswara mempersunting puteri Pasai.

Perkembangan hubungan Samudera Pasai dan Malaka

Dengan perkawinan tersebut, maka hubungan antara Malaka dengan Samudera Pasai meningkat dalam berbagai bidang. Dalam perkembangannya, kesultanan Samudera Pasai memperoleh kemajuan pesat dalam beberapa hal, terutama perdagangan, karena hal-hal berikut:

  1. Kerajaan Sriwijaya mulai melemah kekuasaannya.
  2. Samudera Pasai terletak di tepi Selat Malaka yang menjadi pintu gerbang lalu lintas perdagangan internasional.

Pada abad ke-14 Samudera Pasai berhasil mengangkat diri sebagai salah satu pusat studi agama Islam. Di kerajaan ini berkumpul ulama-ulama dari berbagai negeri Islam di dunia untuk mendiskusikan masalah keduniawian dan keagamaan.

Baca juga referensi lain mengenai kerajaan ini di artikel sejarah : Kerajaan Samudera Pasai

Akan tetapi, menjelang abad ke 14, Samudera Pasai iliputi suasana kekacauan dan perebutan kekuasaan semenjak Kesultanan Aceh Darussalam berdiri tahun 1524. Pada abad kebesaran dan peranan Kesultanan Samudera Pasai pun tenggelam. Bersamaan dengan itu, muncullah Kesultanan Malaka di sebelah timur kerajaan ini.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA