Bagaimana menghadapi masyarakat yang bersifat homogen dalam hubungan toleransi beragama

Salatiga – Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Salatiga bersama dengan Dinas Sosial kota Salatiga menggelar Sarasehan Kearifan Lokal Dalam Rangka Pencegahan dan Penanganan Bencana Sosial guna menciptakan kerukunan umat beragama, di Aula Kantor Dinas Sosial kota Salatiga, Senin (26/11).

Kegiatan Sarasehan yang mengambil tema Toleransi sebagai solusi dalam konflik antar umat beragama dihadiri Kepala Kemenag, Kepala Dinas Sosial, Tagana (Taruna Taggap Bencana), Karang Taruna dan PSM (Pekerja Sosial Masyarakat).

Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Salatiga Fahrudin mengatakan, berdasarkan peraturan bersama menteri, untuk menciptakan kerukunan umat beragama, dilandasi dengan toleransi kesetaraan dan kerja sama. Toleransi antar umat beragama adalah kesediaan seseorang untuk menerima bahkan menghargai orang lain yang agamanya berbeda sehingga orang tersebut tetap mempunyai hak yang sama sebagai warga negara.

“Ada dua indikator toleransi, yaitu menerima dan menghormati. Menerima seperti memberikan kesempatan berinteraksi, penghargaan pada keberagaman  budaya, dan mengenali sikap tidak toleran. Sedangkan menghormati, bersedia untuk menghargai dan menghormati hak orang lain,” papar Fahrudin.

Berdasarkan hasil survai Kerukunan Umat Beragama yang dilakukan oleh Kemenag pada tahun 2017, skor indeks nasional sebesar 72,27 dengan pembagian toleransi 70,91, kesetaraan 72,38 dan kerjasama 73,51.

“Dari skor tersebut, dapat dikatakan bahwa Indonesia termasuk rukun antar umat beragama. Selain itu, di daerah heterogen memiliki skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan homogen, artinya daerah yang umatnya berbeda-beda lebih rukun antar sesama,” ujarnya.

Selanjutnya Fahrudin menjelaskan perlunya memantapkan kesadaran dan komitmen bersama dalam menjaga kemajemukan bangsa Indonesia yang bebas diskriminasi.

“Untuk mengupayakan pencegahan, penyelesaian dan pemulihan konflik yang sifatnya non yudisial, maka perlu dibentuknya Tim Koordinasi Harmonisasi Sosial, jelas Fahrudin.

Tim Koordinasi Harmonisasi ini mempunyai tugas mengkoordinasi, menyingkronkan, mengintegrasi dan memonitor pelaksanaan pemantapan harmonisasi sosial yang dilaksanakan oleh Kementerian atau Lembaga, Pemerintah Daerah atau masyarakat.(KK/gt)

News
By Super Administrator

Dikenal sebagai negara yang memiliki keberagaman budaya, suku-bangsa, etnis, bahasa dan agama, masyarakat Indonesia tidak pernah jauh dari kata toleransi. Toleransi berasal dari kata “tolerate” yang dalam bahasa latin artinya “dengan sabar membiarkan orang lain berpendapat, dan menerima pendapat yang berbeda”. 

Toleransi juga diartikan sebagai perilaku manusia yang tidak menyimpang aturan, dengan menghormati dan menghargai tindakan orang lain.

Mahasiswa adalah makhluk individu dengan cara pikir yang berbeda-beda. Berada di lingkungan mahasiswa membuat kita sering bertemu dengan berbagai macam orang dari berbagai latar belakang yang berbeda mulai dari asal daerah, kepercayaan hingga karakter seseorang. 

Sebagai seorang mahasiswa, toleransi juga diperlukan untuk bersosialisasi sehingga mendapatkan perasaan saling menghormati dan menghargai antar sesama mahasiswa. 

Beberapa alasan pentingnya toleransi dalam kehidupan mahasiswa adalah:

1. Terhindar Dari Perpecahan

Perbedaan akan selalu ada, namun dengan sikap saling menghormati dan menghargai akan menghindarkan kita dari pertikaian, pertentangan dan permusuhan. Pertikaian karena perbedaan ini tidak sesuai dengan dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, yang artinya berbeda-beda tetap satu.

2. Meningkatkan Rasa Persaudaraan

Sikap toleransi antar perbedaan agama, suku, budaya hingga bahasa akan meningkatkan rasa persaudaraan sehingga dapat terhindar dari kesalahpahaman.

3. Mempersatukan Perbedaan

Sikap toleransi sesuai dengan Pancasila sila ketiga yang berbunyi “persatuan Indonesia” yang menekankan bahwa pancasila menghargai seluruh keberagaman di Indonesia, tanpa mengutamakan golongan tertentu. Sikap toleransi akan menciptakan kekompakan walaupun dengan latar belakang berbeda.

4. Meningkatkan Rasa Nasionalisme

Apabila semua masyarakat di Indonesia menerapkan sikap toleransi, maka rasa nasionalisme akan meningkat. Karena negara yang maju adalah negara yang masyarakatnya dapat saling menghargai, menghormati dan menerima perbedaan antar masyarakat lainnya. Sehingga tidak muncul masyarakat yang menganggap bahwa budayanya lebih baik dari budaya lainnya.

5. Memudahkan Mencapai Mufakat

Sikap toleransi memudahkan mencapai mufakat saat bermusyawarah. Karena inti dari sikap toleransi adalah menjunjung sikap menghormati dan menghargai perbedaan pendapat. Apabila dalam sebuah musyawarah tidak ada rasa saling menghormati dan menghargai pendapat, serta hanya mementingkan kepentingannya sendiri, maka dipastikan akan sulit mencapai sebuah mufakat.

Tidak hanya di lingkungan kampus, sikap toleransi harus diterapkan di mana saja kita berada. Tantangan untuk terus menjaga kesatuan dan persatuan Indonesia adalah kewajiban kita sebagai generasi muda, generasi penerus bangsa untuk memperkuat dan mempertahankan sikap saling menghormati dan menjadikan toleransi sebagai sebuah kesadaran bahwa setiap masyarakat meskipun dengan latar belakang suku, agama, dan ras yang berbeda kita adalah sama dan tetap satu, Indonesia.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA