Bagaimana pengaruh lingkungan terhadap manusia berikan contohnya

Oleh: Elvis Hotlen

Masalah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari sering kita anggap sepele. Padahal, kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan merupakan hal yang essensial di samping masalah perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan faktor keturunan. Lingkungan memberikan kontribusi terbesar terhadap timbulnya masalah kesehatan masyarakat. 

Salah satu faktor dalam lingkungan yang menyebabkan aspek-aspek kesehatan manusia terganggu dan munculnya penyakit adalah tingkat pendidikan masyarakat di suatu daerah tempat mereka tinggal. Faktor pendidikan dapat mempengaruhi respon masyarakat terhadap lingkungan sekitarnya. 

Pada umumnya masyarakat cenderung memperhatikan kesehatan sewaktu mereka merasakan daya tahan tubuh mereka menurun. Adapun indikator kesehatan yang cukup menarik untuk diamati antara lain adalah angka kematian bayi, angka kesakitan dan pemenuhan gizi. 

Derajat kesehatan penduduk dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti budaya, gaya hidup, tingkat pendidikan, tingkat kesejahteraan, dan lain-lain. Faktor budaya berkaitan dengan kebiasaan penduduk pada umumnya misal; kebiasaan mencampurkan tempat tinggal dengan tempat binatang ternak, sampah yang dibuang sembarangan, penggunaan air sungai sebagai sumber air bersih.

Sedangkan gaya hidup menyangkut perubahan perilaku yang massal akibat masuknya nilai-nilai baru yang dianggap modern seperti merokok, minum-minuman keras, makan makanan fast food; yang sebenarnya kebiasaan tersebut merupakan gaya hidup yang kurang sehat, atau lebih mendatangkan penyakit. 

Berbagai indikator permasalahan kesehatan tersebut harus ditindaklanjuti dengan tegas. Harus ada kerjasama antara pemerintah sebagai penyelenggara negara dan masyarakat untuk menindaklanjuti permasalahan tersebut. Upaya yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi masyarakat luas serta perlu memberikan pengertian dan kesadaran pada masyarakat tentang manfaat serta pentingnya fasilitas pelayanan kesehatan tersebut untuk meningkatkan dan memulihkan kesehatan.

Adapun upaya yang harus dilakukan oleh masyarakat adalah merubah perilaku dan pola pikir yang kurang baik, serta mau belajar. Kebanyakan masyarakat menilai bahwa seseorang dapat dikatakan berilmu dilihat dari tingkat pendidikan formalnya, padahal tingkat pendidikan seseorang itu bukan hanya dilihat dari pendidikan formal saja, namun juga dari pendidikan nonformal. Sehingga, antara pendidikan formal dan non-formal harus saling mendukung. 

Pendidikan kesehatan merupakan penerapan konsep pendidikan dalam bidang kesehatan berupa praktek pendidikan. Konsep pendidikan kesehatan lahir dari asumsi makhluk sosial membutuhkan bantuan orang lain dalam mencapai nilai-nilai hidup dalam masyarakat yang dalam proses pencapaiannya tidak lepas dari belajar. 

Pendidikan Kesehatan

Proses pendidikan kesehatan memiliki tujuan agar masyarakat mengalami perubahan dari awalnya tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mampu memecahkan masalah kesehatan menjadi mampu. Proses pendidikan kesehatan dapat dilaksanakan secara perorangan, kelompok dan masyarakat sehingga disesuaikan dengan ruang lingkupnya. Proses tersebut berupa proses belajar yang tidak terlepas dari persoalan masukan (input), proses belajar dan luaran (output). Dalam proses belajar terjadi interaksi antara masyarakat yang belajar, pengajar atau pendidik, metode dan teknik belajar, media atau sarana belajar serta materi atau bahan ajar.

Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah aspek fisik, seperti sarana kesehatan dan pengobatan penyakit, sedangkan yang kedua adalah aspek nonfisik yang menyangkut perilaku kesehatan. Pemerintah telah menyediakan fasilitas, fasilitas kesehatan, misalnya rumah sakit, puskesmas, poliklinik dan lain-lain. Namun, bukan hanya penyediaan fasilitas kesehatan dan pengobatan itu saja yang harus disediakan oleh pemerintah, melainkan pemerintah juga perlu memberikan pengertian dan kesadaran kepada masyarakat tentang manfaat serta pentingnya fasilitas pelayanan kesehatan tersebut untuk meningkatkan dan memulihkan kesehatan mereka sehingga fasilitas tersebut dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara optimal. 

Untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat bukanlah hal yang mudah, diperlukan pengertian, kesadaran dan penghayatan oleh masyarakat terhadap masalah-masalah kesehatan mereka sendiri dan cara-cara pemecahannya. Salah satunya dalah melalui pendidikan kesehatan yang merupakan suatu bentuk intervensi atau upaya yang ditujukan kepada perilaku, agar perilaku tersebut kondusif untuk kesehatan. 

Untuk mengubah pemahaman perilaku belum sehat menjadi perilaku sehat dapat dilakukan melalui beberapa hal, misalnya perilaku yang menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat sehingga kader kesehatan mempunyai tanggung jawab didalam penyuluhannya mengarahkan cara hidup sehat menjadi kebiasaan masyarakat sehari-hari. 

Berikutnya, secara mandiri mampu menciptakan perilaku sehat bagi dirinya sendiri maupun kelompok, dalam hal ini pelayanan kesehatan dasar diarahkan agar dikelola sendiri oleh masyarakat dalam bentuk yang nyata contohnya adalah posyandu. 

Selanjutnya, mendorong perkembangan dan penggunaan sarana pelayanan kesehatan yang ada secara tepat. Lingkungan pendidikan kesehatan mengikuti tiga pusat pendidikan, yaitu: pendidikan kesehatan di dalam keluarga yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab para orangtua, dengan menitik beratkan pada penanaman kebiasaan-kebiasaan, norma-norma, dan sikap hidup sehat. 

Kemudian pendidikan kesehatan di dalam proses pendidikan yang merupakan tanggung jawab para guru atau pengajar. Hal inl terwujud dalam Usaha Kesehatan Sekolah. Tujuan pendidikan kesehatan di sekolah, di samping melanjutkan penanaman kebiasaan dan norma-norma hidup sehat kepada murid, juga memberikan pengetahuan kesehatan. 

Seterusnya adalah pendidikan kesehatan di masyarakat, yang dapat dilakukan melalui berbagai lembaga dan organisasi masyarakat. Jadi, pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di dalam bidang kesehatan, maka pendidikan kesehatan dapat didefenisikan sebagai usaha atau kegiatan untuk membantu individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan (perilakunya), untuk mencapai kesehatan secara optimal. Adapun hasil dari pendidikan kesehatan tersebut, yaitu dalam bentuk perilaku yang menguntungkan kesehatan atau berguna bagi kesehatan. 

(Penulis adalah pemerhati masalah kesehatan dan lingkungan)

Lingkungan merupakan bagian terpenting dan mendasar dari kehidupan manusia. Sejak dilahirkan manusia sudah berada dalam lingkungan baru dan asing baginya. Dari lingkungan baru inilah sifat dan perilaku manusia terbentuk dengan sendirinya. Lingkungan yang baik akan membentuk pribadi yang baik, sementara lingkungan yang buruk akan membentuk sifat dan perilaku yang buruk pula. Anak-anak berkembang dari suatu hubungan interaksi antara gerakan-gerakan dalam dan kondisi lingkungan luar.

Akal memang bagian diri manusia yang dikaruniakan Tuhan sejak kita lahir. Dengan akal ini manusia dapat berfikir, namun akal tidak akan berguna apabila tidak ada lingkungan disekitarnya yang akan diubah. Dengan kata lain lingkungan akan mengubah dan membentuk prilaku manusia yang ada di dalamnya. Manusia akan berinteraksi dan berusaha untuk bertahan dalam lingkungan dimana dia berada. Salah satu usaha yang harus dilakukan adalah mengubah perilaku sesuai lingkungan tempat tinggalnya sehingga dia akan bisa terus bertahan didalam lingkungan tersebut.

Berikut contoh hubungan lingkungan dengan manusia :

–          Dibanding dengan anak lain dan variabel lain yang konstan, anak usia 7 tahun dari rumah tangga bersesakan ternyata sembilan bulan terbelakang dalam membaca, perbedaan pendengaran.

–          Seseorang yang pindah dari tempat lain akan mengubah perilakunya di tempat baru agar bisa diterima di lingkungan baru tersebut.

Dari beberapa pernyataan diatas, jelas bahwa lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku seseorang. Penjara salah satu contoh tempat yang bisa mengubah perilaku seseorang menjadi lebih baik. Jika ada orang ditempatkan kedalam hutan, maka secara otomatis dia akan mengubah perilakunya demi kelangsungan hidupnya.

Dimensi lingkungan bisa dibedakan menjadi tiga kelompok yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial dan lingkungan kultural. Ketiga dimensi ini akan memberikan pengaruh yang besar terhadap perilaku manusia.

Persepsi lingkungan adalah interpretasi tentang suatu setting oleh individu, didasarkan latar belakang budaya, nalar dan pengalaman individu tersebut. Setiap orang dapat mempunyai gambaran yang berbeda sesuai proses persepsi masing-masing.

Lingkungan binaan merupakan sistem yang dibentuk oleh sub-sub sistem. Hal terpenting dari pengaruh ruang terhadap perilaku manusia adalah fungsi atau pemakaian dari ruang tersebut. Ada dua macam ruang yang dapat mempengaruhi perilaku yaitu ruang yang dirancang untuk memenuhi suatu fungsi dan tujuan serta ruang yang dirancang untuk memenuhi fungsi yang lebih fleksibel.

PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP KEPRIBADIAN REMAJA

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Seiring berjalannya waktu banyak perubahan sifat dan watak pada remaja. Perubahan tersebut disebabkan karena banyak faktor, antara lain media internet, media komunikasi,pendidikan, pergaulan teman sebaya dan juga lingkungan keluarga. Sebuah faktor yang paling berpengaruh besar adalah di lingkungan keluarga. Manusia di ciptakan sebagai makhluk sosial yang artinya tidak bisa hidup tanpa individu lain. Pengaruh lingkungan sosial bagi remaja menuai dampak positif dan negatif.

Dalam perkembangan sosial remaja, teman sebaya sangatlah berperan penting. Peranan teman sebaya terhadap remaja terutama berkaitan dengan sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku.remaja sering kali menilai bahwa bila dirinya memakai model pakaian yang sama dengan anggota kelompok yang populer, maka kesempatan baginya untuk diterima oleh teman-teman sebayanya menjadi besar. Demikian pula bila anggota kelompok mencoba minum alkohol, obat-obatan terlarang atau rokok, maka remaja cenderung mengikutinya tanpa memperdulikan akibatnya. Hal ini cukup membuktikan pengaruh lingkungan sosial terhadap perkembangan hubungan sosial remaja. Remaja seharusnya melakukan adaptasi di dalam kehidupan sosialnya dalam berinteraksi dalam pergaulan sehari-harinya, karena dengan adaptasi remaja dapat menyesuaikan diri dalam bertingkah laku dan cara berpikir didalam lingkungannya ke arah yang positif.

B.  Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan yaitu:

  1. Bagaimana pengaruh lingkungan keluarga terhadap kepribadian remaja?
  2. Bagaimana peran lingkungan sekolah terhadap kepribadian remaja ?
  3. Bagaimana pergaulan dapat merubah tingkah laku remaja terhadap kepribadiannya?

C.  Batasan Masalah

Pada makalah ini saya hanya mengambil kesimpulan dari penelitian yang diambil dari siswa kelas XII IPS Unggul SMAN 2 Rejang Lebong.

D.  Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:

  1. Memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia
  2. Mengetahui seberapa besar pengaruh lingkungan terhadap kepribadian remaja
  3. Ikut serta mengatasi prilaku menyimpang di dalam lingkungan teman sebaya.

E.  Manfaat penelitian

Mengetahui seberapa besar pengaruh lingkungan terhadap kepribadian remaja khususnya siswa SMAN 2 Rejang Lebong kelas XII IPS Unggul dan cara yang dapat mencegah remaja agar tidak terpengaruh buruk terhadap lingkungan.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.  Pengertian Kepribadian

Gordan allport menyatakan bahwa kepribadian sebagai suatu organisasi (berbagai aspek psikis dan fisik) yang merupakan suatu struktur dan sekaligus proses. Jadi, kepribadian merupakan suatu yang dapat berubah. Secara eksplesit allport menyebutkan, kepribadian secara teratur tumbuh dan mengalami perubahan.

Secara umum kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain . kepribadian paling sering di deskripsikan dalam istilah sifat yang bisa di ukur yang ditujukan oleh seseorang. Disamping itu kepribadian sering diartikan sebagai ciri-ciri yang menonjol pada diri individu.

B.  Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para tenaga kependidikan dan teman-teman sebaya dapat mempengaruhi kepribadian seorang remaja. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku positif akan menjadi daya dorong pembentuk kepribadian siswa yang baik. Dapat disimpulkan bahwa lingkungan sekolah berfungsi dan bertujuan untuk memfasilitasi proses perkembangan kepribadian pada remaja.

Selanjutnya  , yang termasuk lingkungan sosial adalah masyarakat dan juga teman bermain. Lingkungan kumuh dan teman-teman bermain yang berkepribadian tidak baik  akan sangat mempengaruhi pembentuk kepribadian pada remaja.

Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kepribadian remaja adalah orang tua dan keluarga remaja itu sendiri. Keluarga dikenal sebagai lingkungan pembentuk kepribadian yang pertama. Pandangan yang sangat menghargai posisi dan peran keluarga sebenarnya bukan merupakan sesuatu yang istimewa. Pandangan seperti itu sangat logis dan mudah dipahami karena beberapa alasa berikut:

1. keluarga lazimnya merupakan pihak yang paling awal memberikan banyak perlakuan kepada anak. Begitu anak lahir, keluargalah yang langsung menyambut dan memberikan layanan interaktif kepada anak.

2. sebagian besar waktu anak dihabiskan di lingkungan keluarga.

3. karakteristik hubungan orang tua dan anak berbeda dari hubungan anak dengan guru maupun teman bermain.

4. interaksi kehidupan orang tua dan anak di rumah bersifat “asli”, seadanya dan tidak dibuat-buat.

Perkembangan kepribadian anak sangat di pengaruhi oleh lingkungan keluarganya. Karenanya, keharmonisan keluarganya menjadi sesuatu hal mutlak untuk diwujudkan. Ketika keikhlasan, kejujuran dan kerjasama kerap diperlihatkan oleh anggota keluarga maka hampir bisa di pastikan hal yang sama akan menjadi kepribadian di dalam diri anak.

C. Upaya Menciptakan Kepribadian Yang Positif

Kepribadian yang baik adalah peningkatan pada diri setiap individu yang ingin memiliki kepribadian yang baik. Di antara yang dapat membentuk kepribadian yang baik adalag sebagai berikut:

1. Pastikan diri selalu jujur dalam situasi apapun. Situasi yang canggung selalu akan membuat diri merasa tidak nyaman. Jangan berusaha menjadi orang lain. Jika bertemu dengan orang-orang baru, jangan khawatir saat kita tidak memiliki kesamaan dengan mereka, cukup pastikan diri bersikap ramah.

2. Jadilah orang yang bahagia. Selalu melihat ke sisi yang cerah, menerapkan pandangan yang positif dan tersenyum.

3.  Dalam lingkungan keluarga hendaknya orang tua berlaku bijaksana sebab sikap orang tua akan menjadi contoh bagi anaknya.

4. Keluarga haruslah menciptakan suasana yang harmonis, karena dengan demikian psikologis dan kepribadian seorang anak akan menjadi baik.

5. Bergabunglah kepada lingkungan yang baik, yang dapat menciptakan suasana-suasana kebahagiaan.

BAB III

METODE PENELITIAN

A.  Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang dapat diartikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif, kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku orang-orang yang diamati. Adapun penulisan karya ilmiah ini bersifat deskriptif, yaitu memberikan gambaran suatu keadaan secara terperinci disertai bukti.

B.  Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Penelitian ini bertempat di SMAN 2 Rejang Lebong, sedangkan waktu penelitian di laksanakan pada jam pelajaran Bahasa Indonesia.

C.  Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Sesuai dengan permasalahan untuk menemukan jawaban dari penelitian ini, maka penelitian ini mengambil populasi dari kelas XII IPS Unggul SMAN 2 Rejang Lebong

2. Sampel

Sampel merupakan sebagian atau wakil yang diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel sebanyak 23 siswa dari kelas XII IPS Unggul.

D.  Sumber Data

Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer yaitu yang diperoleh dari hasil      tanya jawab peneliti dan sampel.

E.  Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk menyusun karya ilmiah ini adalah dengan metode tanya jawab. Pertanyaan yang diajukan bersangkutan dengan masalah yang diteliti.

F.  Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah jumlah presentasi jawaban siswa dari setiap pertanyaan yang di berikan, dari jawaban tersebut kemudian diambil kesimpulan pengaruh lingkungan terhadap kepribadian siswa.

BAB IV

PEMBAHASAN

A.  Hasil Penelitian

Dengan metode tanya jawab dari sampel sebanyak 23 siswa kelas XI IPS Unggul SMAN 2 Rejang lebong, peneliti dapat mendapat hasil seperti di bawah ini:

1. Remaja yang berpersepsi positif terhadap teman sebayanya, memandang bahwa teman sebaya sebagai tempat memperoleh informasi yang tidak didapatkan di dalam keluarga, tempat menambah kemampuan dan menjadi tempat kedua setelah keluarga untuk mengarahkan dirinya (menuju kepada perilaku yang baik) serta memberikan masukan (koreksi) terhadap kekurangan yang dimilikinya, yang tentu saja akan membawa dampak baik bagi remaja yang bersangkutan (santrock, 1997).

2. Remaja yang berpersepsi negative terhadap teman-teman sebayanya, maka remaja melihat bahwa kelompok teman sebaya adalah sebagai kompensasi penebusan atas kekurangan yang dimilikinya atau sebagai ajang balas dendam terhadap lingkungan yang menolak atau memenuhi dirinya.

3. Remaja yang merasa frustasi (karena ketidakmampuannya menghadapi kekurangan dan penolakan dari lingkungan/merasa dikucilkan) secara spontan saling bersimpati dan tarik-menarik, kemudian menggerombol untuk mendapatkan dukungan moral, dan memuaskan segenap kebutuhannya.

4. Kecenderungan remaja akan rendah ketika remaja mampu berpersepsi bahwa teman sebaya adalah tempat untuk belajar bebas dari orang-orang dewasa (mandiri), belajar kepada kelompok, belajar menyesuaikan diri dengan standar kelompok, belajar bermain dan olahraga, belajar berbagi rasa, belajar bersikap sportif, belajar menerima dan melakanakan tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain, belajar perilaku sosial yang baik, dan belajar bekerja sama.

5. Pengaruh teman sebaya terhadap remaja itu ternyata berkaitan dengan iklim keluarga itu sendiri.

6. Remaja yang memiliki hubungan yang baik dengan orang tuanya(iklim keluarga sehat) cenderung dapat menghindarkan diri dari pengaruh negatif teman sebayanya, dibandingkan dengan remaja yang hubungan dengan orang tuanya kurang baik.

B.  Pembahasan Hasil Penelitian

1.  Pengaruh lingkungan keluarga terhadap kepribadian remaja sangatlah besar. Inti dari pembentuk kepribadian anak adalah pengasuhan orang tua secara aktif, perhatian dan kasih sayang yang penuh dari orangg tua, dan keharmonisan dalam keluarga serta terjalinnya komunikasi antar anggota keluarga akan menciptakan kepribadian yang positif bagi remaja. Kepribadia anak tergantung pada pemikiran dan tingkah laku kedua orang tuanya. Melalui perawatan dan perlakuan yang baik dari orang tua, anak dapat memenuhi kebutuhannya. Baik fisik-biologis, maupun sosiopsikologisnya. Apabila anak telah memperoleh rasa aman, penerimaan sosial dan harga dirinya maka anak dapat memenuhi kebutuhan tertingginya yaitu perwujudan diri (self actualizaton).

2.  Peran lingkungan sekolah terhadap kepribadian remaja adalah memberikan pendidikan moral secara langsung dalam lingkungan sosial guna membantu terlaksananya tujuan utama keluarga. Didalam lingkungan sekolah, guru merupakan orang tua yang membentuk kepribadian seorang remaja. Sikap yang akan diterapkan oleh siswa adalah contoh yang diberikan oleh gurunya. Guru yang bersikap sopan santun akan menciptakan siswa yang sopan santun pula.

3.  Pergaulan dapat merubah tingkah laku remaja terhadap kepribadiannya. Pergaulan yang positif akan menciptakan kepribadian positif, begitu sebaliknya. Peran teman sebaya atau teman sepermainan adalah membentuk kepribadian remaja yang kuat dan tangguh. Dukungan dari teman akan menjadi acuan seseorang untuk bertindak. Dukungan yang harus diterima hendaknya adalah dukungan yang baik, jika seseorang melakukan kejahatan seorang teman harus mengingatkan. Disanalah tindakan-tindakan positif dari diri seseorang akan muncul.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.  Kesimpulan

Masa anak merupakan periode perkembangan yang cepat dan dapat terjadinya perubahan dalam banyak aspek perkembangan. Pengalaman masa kecil mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perkembangan berikutnya. Pengetahuan tentang perkembangan anak dapat membantu mereka mengembangkan diri dan memecahkan masalah yang dihadapinya dan melalui pemahaman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak dan pembentukan karakter atau kepribadian anak yang bermula dari lingkungan pertama dan lingkungan terkecil yaitu lingkungan keluarga. Bagi kebanyakan anak, lingkungan keluarga merupakan lingkungan pengaruh inti, setelah itu sekolah dan kemudian masyarakat. keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak, oleh karena itu kedudukan keluarga dalam pengembangan kepribadian anak sangatlah penting. Orang tua adalah contoh atau model bagi anak, orang tua mempunyai pengaruh yang sangat kuat bagi anak ini dapat di lihat dari bagaimana orang tua mewariskan cara berpikir kepada anak-anaknya, orang tua juga merupakan mentor pertama bagi anak yang menjalin hubungan dan memberikan kasih sayang secara mendalam, baik positif atau negatif.

B.  Saran

Sebaiknya sebagai orang tua hendaknya selalu memperhatikan dan memberikan pengawasan serta bimbingan kepada anak-anaknya. Hal ini sangat diperlukan karena anak rentan terhadap pengaruh lingkungan. Orang tua harus memberikan teladan yang baik untuk anak-anaknya karena orang tua sangat berperan dalam pembentukan kepribadian anak.

DAFTAR PUSRAKA

Hutagalung, Inge.2007.Pengembangan Kepribadian.Jakarta:Indeks.

//adindaputriy.blogspot.com/2015/02/pengaruhlingkungan-keluarga-dan.html

//www.abihamid.com/2010/06/pengaruh-lingkungan-keluarga-terhadap.html

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA