Berapa jumlah Nabi dan Rasul menurut ahlussunnah wal jamaah

Ustadz Khalid Basalamah menjelaskan jumlah nabi dan rasul sebenarnya ada berapa. /YouTube Kajian Muslim

DESKJABAR – Jumlah nabi dan rasul yang diutus oleh Allah SWT sebenarnya berjumlah banyak, dan melakukan dakwah pada banyak wilayah di seluruh dunia pada masing-masing zamannya.

Ustadz Khalid Basalamah menjelaskan berapa jumlah nabi dan rasul itu ada berapa sebenarnya dan wilayah dakwah berdasarkan keterangan hadits.

Juga dijelaskan, bahwa agama satu-satunya dari Allah SWT sejak zaman Nabi Adam AS sampai hari kiamat, adalah hanya Islam.

Disebutkan, jumlah nabi sebenarnya ada 124.000 orang dan rasul 313 orang, Ustadz Khalid Basalamah mengatakan, apakah pada wilayah yang kini disebut Indonesia, mungkin saja juga pernah terdapat nabi.

Baca Juga: Benarkah Dosa Zina Dapat Terhapus Hanya Karena Satu Kebaikan ? Ustadz Khalid Basalamah Menjelaskan

>

Disebutkan Ustadz Khalid Basalamah, "Sebagai umat Islam dan pengikut Nabi Muhammad SAW, diperintahkan Allah SWT untuk mengimani 25 nabi dan rasul saja," terangnya.

Dikatakan pula, para nabi dan rasul yang tidak disebutkan nama-namanya, kita tidak perlu tahu, tetapi cukup mengimani. Sebab, ada hadits yang menyebutkan jumlah nabi itu 124.000 orang dan 313 rasul.

Pada YouTube Kajian Muslim, berjudul “ADA 124 RIBU NABI, 313 RASUL, DAN 25 NABI YANG HARUS KITA TAU”, diunggah 29 September 2017, Ustadz Khalid Basalamah menjelaskan ada berapa jumlah nabi dan rasul secara total pernah diutus oleh Allah SWT.

Baca Juga: Dapat Melihat Jin, Apakah Suatu Kelebihan ? Ustadz Syafiq Riza Basalamah Menjelaskan

Sumber: Youtube Kajian Muslim

Pertanyaan:

Assalamu’alaikum

Mau tanya, berapa jumlah nabi dan rasul yang pernah Allah utus? Soalnya saya pernah mendengar jumlah mereka 313. Betulkah itu?

Salam.

Dari: Ariqa

Jawaban:

Wa’alaikumussalam

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, wa ba’du,

Di antara hikmah Allah Ta’ala terhadap generasi sebelum kita, Dia mengutus seorang rasul sebagai pemberi peringatan. Karena bagian dari keadilan Allah, Dia tidak akan menyiksa seorang pun diantara makhluk-Nya, kecuali setelah disampaikan dakwah kepada mereka. Karena itulah hujjah (alasan pembenar) bagi Allah untuk memberikan balasan, baik pahala maupun hukuman bagi para hamba-Nya. Allah berfirman:

وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولًا

“Aku tidak akan memberi siksaan, sampai Aku mengutus seorang rasul.” (QS. Al-Isra: 15)

Semua kelompok umat manusia yang pernah Allah ciptakan di muka bumi ini, telah mendapati dakwah seorang nabi atau rasul sebagai pemberi peringatan. Meskipun secara individu, tidak semua orang pernah mendengar dakwah rasul.

Allah berfirman:

وَإِنْ مِنْ أُمَّةٍ إِلَّا خَلَا فِيهَا نَذِيرٌ

“Tidak ada satupun umat, melainkan di lingkungan mereka telah ada sang pemberi peringatan.” (QS. Fathir: 24)

Karena itulah, dalam sejarah manusia, jumlah nabi dan rasul yang telah Allah utus sangat banyak.

Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, beliau pernah bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, berapakah jumlah rasul?” Beliau menjawab:

ثلاثمائة وبضعة عشر جمّاً غفيرا

“Sekitar tiga ratus belasan orang. Banyak sekali.” (HR. Baihaqi dalam Syu’abul Iman no. 129 dan dishahihkan al-Albani dalam al–Misykah 5737).

Dalam riwayat lain ditegaskan: “315 orang.”

Kemudian dalam riwayat Abu Umamah, bahwa Abu Dzar bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Berapa jumlah persis para nabi.” Beliau menjawab:

مِائَةُ أَلْفٍ وَأَرْبَعَةٌ وَعِشْرُونَ أَلْفًا الرُّسُلُ مِنْ ذَلِكَ ثَلَاثُ مِائَةٍ وَخَمْسَةَ عَشَرَ جَمًّا غَفِيرًا

“Jumlah para nabi 124.000 orang, 315 diantara mereka adalah rasul. Banyak sekali.” (HR. Ahmad no. 22288 dan sanadnya dinilai shahih oleh al-Albani dalam al–Misykah).

Allahu a’lam

Referensi: Ar-Rusulu wa Ar-Risalat, Dr. Umar Sulaiman al-Asyqar

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina www.KonsultasiSyariah.com)

🔍 Wanita Bekerja Dalam Islam, Ucapan Amin Yang Benar, Cerpen Suamiku Tidak Mencintaiku, Shalat Sunnah Setelah Shalat Jumat, Istri Kurang Ajar, Cara Memberi Harakat Pada Tulisan Arab Gundul

Ahlusunnah wal jamaah memiliki sejumlah ciri seperti yang diterangkan Nabi Muhammad.

Senin , 24 Feb 2020, 13:36 WIB

Republika/Agung Supriyanto

Ahlusunnah Wal Jamaah, Penjaga Sunnah Nabi Muhammad. Foto: Ribuan Jamaah sedang melakukan shalat subuh berjamaah di Masjid Istiqlal, Jakarta (ilustrasi)

Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam berbagai kesempatan, baik di majelis taklim, di masjid, maupun di pengajian lainnya, sering kali muncul ungkapan Ahlusunnah wal jamaah atau yang sering disingkat Aswaja. Ungkapan ini berarti kita harus meneladani dan menjaga perilaku sesuai dengan akhlak Rasulullah. Lantas, siapa sesungguhnya yang dimaksud dengan Aswaja?

Hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan dari Ibn Umar ra berikut ini barangkali bisa menjelaskan siapa yang dimaksud dengan sebutan Aswaja. Beliau bersabda, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan barang siapa yang menjadi Ahlus sunnah wal jamaah maka Allah SWT akan menuliskan baginya dari setiap langkah yang ia ayunkan, sepuluh kebaikan. Dan, Allah pun akan mengangkatnya sepuluh derajat.”

Lalu, Nabi SAW ditanya, “Ya, Rasulullah, kapan seseorang dapat diketahui sebagai Ahlus sunnah wal jamaah? Maka, Nabi SAW menjawab, “Jika pada dirinya terdapat sepuluh tanda maka orang itu termasuk Ahlus sunnah wal jamaah.” Apa sajakah tanda-tanda itu?

Pertama, melaksanakan shalat lima waktu dengan berjamaah. Kedua, tidak menceritakan sahabat dengan kejelekan dan kekurangan. Ketiga, tidak melakukan pemberontakan kepada pemerintah yang sah. Keempat, tidak terdapat keragu-raguan dalam keimanannya. Kelima, beriman kepada qadar, baik atau buruknya dari Allah SWT. Keenam, tidak melakukan mujadalah (perdebatan) mengenai agama Allah (al-Islam). Ketujuh, tidak mengufurkan seorang pun dari ahlul kiblat (Muslim). Kedelapan, tidak meninggalkan shalat mayat dari ahlul kiblat (Muslim).Kesembilan, memiliki pandangan bahwa menyapu kedua khuf (sepatu) dalam berwudhu boleh dilakukan, baik di perjalanan maupun sedang berada di kampung halaman. Dan, kesepuluh suka bermakmum dalam shalat kepada orang baik maupun fajir (tidak baik).Prof Dr KH Sahilun A Nasir MPd dalam bukunya yang berjudul Pemikiran Kalam (Teologi Islam), Sejarah, Ajaran dan Perkembangannya menjelaskan secara detail apa yang dimaksud dengan istilah Aswaja. Ia menjelaskan, istilah Aswaja berasal dari kata-kata 'Ahl (Ahlun)' yang berarti golongan atau pengikut.‘al-sunnah’ berarti tabiat, perilaku, jalan hidup, perbuatan yang mencakup ucapan, tindakan, dan ketetapan Rasulullah SAW. ‘Al-jamaah’ berarti jamaah, yakni jamaah para sahabat Rasulullah. Maksudnya ialah perilaku atau jalan hidup para sahabat.

Lebih lanjut Prof Sahilun mengungkapkan, secara etimologi istilah, Aswaja berarti golongan yang senantiasa mengikuti jalan hidup Rasulullah dan jalan hidup para sahabatnya. Atau, golongan yang berpegang teguh pada sunah Rasulullah dan para sahabat. Lebih khusus lagi, sahabat yang empat, yakni Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Karena itu, Aswaja adalah Muslim yang senantiasa menjaga sunah Rasulullah dan para sahabat.

Baca Juga

  • shalat berjamaah
  • shalat jamaah
  • ahlusunnah wal jamaah
  • nabi muhammad

sumber : Harian Republika

Rep: Syahruddin el-Fikri Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- salah satu kitab kuning yang membahas tentang aqidah ini adalah 'Aqidah Al-Awwam karya Sayyid Ahmad Al-Marzuki Al-Maliki, yang ditulis pada tahun 1258 H. Pada kitab tersebut dibahas mengenai jumlah Nabi dan Rasul, Alquran tidak pernah menyebutkannya. Hanya saja, yang wajib diketahui berjumlah 25 orang. Mereka adalah Nabi Adam, Idris, Nuh, Hud, Sholeh, Ibrahim, Luth, Ismail, Ishaq, Ya'qub, Yusuf, Ayyub, Syuaib, Harun, Musa, Ilyasa', Dzulkifli, Dawud, Sulaiman, Ilyas, Yunus, Zakaria, Yahya, Isa dan Toha (Muhammad SAW). Para nabi dan rasul ini didalam Alquran disebutkan sebanyak 18 Rasul dalam surah Al-An'am, dan tujuh Rasul lainnya pada berbagai ayat pada surah-surah lainnya.

Para ulama berselisih pendapat mengenai jumlah Nabi dan Rasul. Ada yang menyebutkan jumlah Nabi mencapai 124 ribu orang sedangkan jumlah Rasul sebanyak 313 orang, sebagaiman yang di riwayatkan oleh Ibnu Mardawiyah dari Abu Dzar ra. Lihat Ibnu Katsir i/585 ).   Sementara itu, Syaikh Al-Bajuri berpendapat jumlah Nabi dan rasul itu tidak terbatas. ''Pendapat yang shahih (benar) mengenai para Nabi dan Rasul adalah tidak membatasi jumlah dengan hitungan tertentu. Karena hal itu bisa menetapkan kenabian pada seorang yang realitasnya bukan Nabi atau sebaliknya menabikan kenabian pada seorang padahal realitasnya dia benar-benar Nabi.''   keterangan Bajuri ini, kata pengarang Kitab ini bersumber pada Al-Quran surah An-Nisa ayat 164. ''Dan (Kami telah mengutus) Rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu dan para Rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu.''   Sementara itu, mengenai Malaikat Allah jumlahnya sangat banyak. Hanya saja, menurut Al-Marzuqy, mereka yang wajib diketahui berjumlah 10 orang, yakni Jibril (menyampaikan wahyu), Mikail (menurunkan hujan), Isrofil (meniup terompet), Izrail (pencabut nyawa), Munkar dan Nakir (bertanya kepada manusia yang telah meninggal di alam kubur), Rakib dan Atid (pencatat amal baik dan buruk manusia), Ridwan (penjaga Surga) dan Malik (penjaga neraka).   "Mereka tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."(QS. At Tahrim : 6). Dan diantara mereka terdapat malaikat yang bertugas sebagai juru tulis (Al-Katabah), penjaga (Al-Hafadlotu), penjaga Arsy, pembaca tasbih (AI-Musabbihun), memintakan ampunan orang-orang mukmin (Al-Mustaghfirur li Al-Mu'minin), senantiasa sujud (As-saajidun), mengatur barisan (Ash-shoofun), yang mengatur peredaran siang dan malam hari, pemberi rahmat, malaikat yang berjalan mencari majelis dzikir dan lain sebagainya.   Dalam syarah Nur Al-Zholam disebutkan, kitab 'Aqidah Al-Awwam sangat penting untuk dipelajari dan diketahui oleh setiap orang mukallaf. Dengan mengenal sifat-sifat Allah, dia akan mengenal dirinya sendiri, begitu juga sebaliknya. ''Man 'Arafa nafsah, faqad 'arafa Rabbah,'' (Barangsiapa yang mengenal dirinya, maka dia akan mengenal Tuhan-Nya). Dengan mengenal Tuhan-Nya, maka dia akan senantiasa untuk taat dalam menjalankan perintah Allah, dan menjauhi segala larangan-Nya. Wa Allahu A'lamu.

  • kitab kuning
  • aqidah al-awwam

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA