Kualitas air menjadi salah satu faktor utama yang mendukung keberhasilan proses budidaya. Kualitas air yang baik membuat makhluk hidup di dalamnya menjadi lebih nyaman dan mendukung pertumbuhan yang lebih optimal. Berfluktuasi nya kualitas air akan membuat makhluk hidup mudah mengalami stress. Udang yang stress sangat mudah terserang penyakit dan mati, sehingga tingkat mortalitas budidaya akan meningkat. Dalam mengelola tambak, ada 3 jenis parameter kualitas air yakni parameter fisika, parameter kimia dan parameter biologis.
Parameter Fisika
Udang atau ikan merupakan hewan poikiloterm dimana suhu tubuhnya mengikuti suhu lingkungan. Jika suhu air terlalu rendah, proses metabolisme akan terhambat dan nafsu makan berkurang. Sedangkan jika suhu terlalu tinggi, metabolisme menjadi lebih cepat yang dapat berakibat pada kematian. Laju reaksi kimia dan biologis akan meningkat sebanyak dua kali lipat pada setiap kenaikan suhu 10° C. Suhu yang baik untuk budidaya adalah 28-30˚ C. Kecerahan menunjukan sejauh apa sinar matahari dapat menembus ke dalam tambak. Sinar matahari digunakan fitoplankton untuk berfotosintesis, namun sinar matahari berlebih secara langsung juga tidak disukai udang. Kecerahan dipengaruhi oleh banyaknya plankton dan partikel tersuspensi. Kecerahan yang baik adalah berkisar pada 20-40 cm, bergantung pada kedalaman tambak itu sendiri. Warna air yang terlihat merupakan pantulan cahaya dari mikroorganisme, zat terlarut, dan mineral yang terdapat pada tambak. Faktor utama yang menyebabkan perubahan warna air adalah variasi dan fluktuasi jumlah fitoplankton. Warna air tambak yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan udang adalah air yang berwarna hijau. Namun, air tambak warna hijau tidak serta merta menjadi patokan, pasalnya terdapat jenis plankton baik lainnya yang tidak menyebabkan warna hijau pada tambak.Parameter Kimia
DO diperlukan untuk respirasi, proses fisiologis dan metabolisme. Selain itu, DO digunakan oleh mikroorganisme dalam mengurai bahan organik pada tambak. DO dapat diperoleh dari sistem aerasi seperti kincir, jet bubble dan aerator modern nanobubble. DO di kolam disarankan ≥ 4 ppm, sebab jika nilai DO kurang menyebabkan toksisitas air dan kematian massal. Salinitas atau keasinan merupakan jumlah kadar garam terlarut dalam air. Untuk budidaya udang atau ikan salin, salinitas yang disarankan sebesar 26-32 ppt. Salinitas terlalu tinggi dapat diatasi dengan penambahan air tawar ke dalam kolam, sedangkan salinitas terlalu rendah dapat diatasi dengan penambahan NaCl. PH air tambak menunjukkan kesuburan atau potensi produktivitas. pH terlalu rendah atau asam menyebabkan toksisitas dalam air meningkat yang membahayakan kehidupan. pH terlalu rendah dapat diatasi dengan pengapuran, sedangkan pH terlalu tinggi (basa) diatasi dengan penambahan larutan bersifat asam. pH yang disarankan untuk tambak yaitu berkisar antara 7.5 - 8.5. Nitrit dan nitrat berasal dari siklus nitrogen yang diregulasi oleh aktivitas biologi. Siklus ini terdiri dari 3 tahapan yakni fiksasi, nitrifikasi dan reduksi nitrat dimana fitoplankton dan bakteri berperan dalam siklus ini. Jika siklus ini terganggu maka menyebabkan nitrit terakumulasi di dalam kolam. Akumulasi nitrit menyebabkan penurunan respon imun sehingga udang lebih rentan terserang penyakit. Nilai nitrit dan nitrat yang baik bagi kolam yaitu ≤ 0.5 mg/L. Fosfat merupakan salah satu jenis senyawa kimia yang sering ditemui pada tambak sebagai sisa pakan. Fosfat diperlukan oleh makhluk hidup, namun kelebihan fosfat di kolam juga tidak baik karena akan meningkatkan pertumbuhan plankton hingga menyebabkan blooming sehingga sinar matahari sulit menembus ke dalam tambak. Fosfat yang disarankan untuk tambak yaitu berkisar 0.1-0.5 mg/L. Sisa pakan dan kotoran udang yang mengendap di dasar kolam meningkatkan kadar ammonia. Ammonia dengan konsentrasi tinggi menimbulkan bau tidak sedap, mengganggu pertumbuhan dan bahkan menyebabkan kematian biota. Ketika ammonia terakumulasi sampai pada tingkat yang beracun, udang atau ikan tidak dapat mengekstrak energi dari pakan secara efisien. Ammonia dalam kolam harus diusahakan ≤ 0.1 mg/L.- TOM (Total Organic Matters)
Parameter Biologi
Teknologi nanobubble memperbaiki dan meningkatkan kualitas air pada tambak. Gelembung berukuran nano yang kaya akan oksigen dapat membunuh virus dan bakteri, mengurangi produksi lumpur, mengefektifkan degradasi bahan organik dan meningkatkan produktivitas tambak. (Baca juga: Warna Air Tambak Udang yang Baik untuk Udang Vaname)
Penulis : Zakia Dwi Puspa Ramadina
Editor : Afridha Setia Jayanti
Sumber:
[1] Ramdiani, 2014. Pengaruh Level Karbohidrat Dan Frekuensi Pemberian Pakan Terhadap
Kecernaan Bahan Kering Dan Rasio Konversi Pakan Pada Juvenil Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei). Skripsi. Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan
Universitas Hasanuddin.
[2] TrobosAqua. 2014. Waspadai Penumpukan Bahan Organik Tambak.
//trobosaqua.com/detail-berita/2014/11/15/13/5318/waspadai-penumpukan-bahan-organik-tambak, diakses pada 22 September 2021.
[3] Tio et al. Kajian Kandungan Bahan Organik terhadap Kelimpahan Keong Bakau
(Telescopium telescopium) di Perairan Teluk Riau Tanjungpinang //jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a03a96d0947c6478e525e/2014/07/Jurnal-Tio-Perdana-090254242067-MSP.pdf
[4] KKP. 2017. Kualitas Air Tambak. //bppbapmaros.kkp.go.id, diakses pada 22 Agustus
2021.
[5] InFishta. 2020. 4 Faktor Penting untuk Manajemen Kualitas Air Tambak Udang Vaname.
//infishta.com/blogs/empat-faktor-penting-untuk-manajemen-kualitas-air-tambak-udang
-vaname?lang=en, diakses pada 22 Agustus 2021.