Berbagi ilmu dan pengalaman dengan orang lain adalah contoh sikap

Kamu mungkin memiliki expertise di banyak hal atau bidang tertentu. Tapi, seberapa sering kamu membagikan ilmu tersebut dengan orang lain di sekitarmu? Memang terdengar klise, tapi melakukan hal tersebut ternyata membawa banyak manfaat. Gak hanya untuk orang lain, berbagi ilmu nyatanya bisa membawa dampak positif buat kamu sendiri.

Berikut ini beberapa alasan kenapa kamu perlu berbagi dengan orang lain.

Berbagi ilmu dan pengalaman dengan orang lain adalah contoh sikap
Berbagi ilmu dan pengalaman dengan orang lain adalah contoh sikap
freepik.com/freepik

Banyak ilmuwan meyakini bahwa perilaku peduli pada orang lain dapat memicu produksi endorfin di otak dan memunculkan perasaan positif yang disebut sebagai “helper’s high”. Perasaan itu bisa juga kamu dapatkan dengan berbagi ilmu kepada orang lain.

Berbagi ilmu dan pengalaman dengan orang lain adalah contoh sikap
Berbagi ilmu dan pengalaman dengan orang lain adalah contoh sikap
freepik.com/jcomp

Berbagi ilmu gak cuma membuat orang lain merasa senang dan lebih dekat pada kita, tapi ini akan membuat kita merasa lebih dekat dengan mereka. Berlaku baik dan murah hati juga akan membawa orang lain berpikir lebih positif.

Baca Juga: 5 Cara Membangkitkan Mood Ketika Merasa Bosan Saat Belajar, Yuk Coba!

Berbagi ilmu dan pengalaman dengan orang lain adalah contoh sikap
Berbagi ilmu dan pengalaman dengan orang lain adalah contoh sikap
blog.cengage.com

Dengan berbagi ilmu, bukan gak mungkin orang lain akan kagum dan menilai kamu sebagai seorang expert. Semakin sering kamu berbagi ilmu, kesempatan orang lain dalam melihat kamu sebagai seorang expert pun meningkat. Ini bisa saja membuka berbagai peluang yang gak pernah kamu duga sebelumnya, seperti membuka kesempatan kerja atau ajakan untuk berkolaborasi dalam produksi suatu karya.

Berbagi ilmu dan pengalaman dengan orang lain adalah contoh sikap
Berbagi ilmu dan pengalaman dengan orang lain adalah contoh sikap
meetmindful.com

Dengan berbagi, kamu akan lebih merasa bersyukur dengan ilmu yang kamu miliki. Meski kamu mungkin gak menguasai seratus persen ilmu tersebut dan masih harus terus belajar, setidaknya kamu sudah membagikan ilmu itu kepada orang lain.

Berbagi ilmu dan pengalaman dengan orang lain adalah contoh sikap
Berbagi ilmu dan pengalaman dengan orang lain adalah contoh sikap
freepik.com/jesterpop

Berbagi dapat membuat ilmumu terus tumbuh dan berkembang. Ini karena kamu harus terus belajar dan membuka kembali ingatanmu akan ilmu yang akan kamu bagikan kepada orang lain. Selain itu, bukan mustahil kamu akan mendapatkan berbagai ilmu atau wawasan baru dari orang lain yang kamu ajarkan. 

Berbagi ilmu dan pengalaman dengan orang lain adalah contoh sikap
Berbagi ilmu dan pengalaman dengan orang lain adalah contoh sikap
unsplash.com/AbsolutVision

Ketika berbagi ilmu dengan orang lain, kamu tentu harus mempelajari kembali atau setidaknya mengingat materi yang akan disampaikan. Berbagai ide baru seperti misalnya ide penelitian atau inovasi tertentu mungkin saja muncul dari situ.

Selain itu, saat berbagi ilmu kepada orang lain, kamu mungkin juga akan berdiskusi dengan orang tersebut. Ketika ada dua atau lebih kepala dalam satu ruangan, berbagai ide pun dapat lebih mudah muncul. 

Berbagi ilmu dan pengalaman dengan orang lain adalah contoh sikap
Berbagi ilmu dan pengalaman dengan orang lain adalah contoh sikap
unsplash.com/You X Ventures

Orang lain yang kamu ajari mungkin gak se-expert kamu atau masih pemula. Karena itu, ketika menyampaikan ilmu kepada orang tersebut, kamu mungkin akan mencoba menggunakan kata-kata yang simpel alias mudah dimengerti.

Memberikan penjelasan yang kompleks menjadi sesuatu yang mudah dicerna tentu butuh skill komunikasi yang baik. Dengan sering berbagi ilmu, kamu bisa sekaligus mengasah ilmu komunikasimu.

Berbagi ilmu dan pengalaman dengan orang lain adalah contoh sikap
Berbagi ilmu dan pengalaman dengan orang lain adalah contoh sikap
unsplash/Teemu Paananen

Kalau kamu mungkin hanya berbagi ilmu hanya ke satu, dua, atau tiga orang, tapi orang-orang tersebut sangat mungkin menularkan ilmu tersebut ke lebih banyak orang (ripple effect). Saat kita bersikap baik kepada orang lain, ini bisa saja menginspirasi mereka yang mengamatinya untuk bersikap baik juga kepada orang lainnya. Dengan begitu, kita gak hanya membantu mereka yang secara langsung menerima kebaikan kita.

Baca Juga: 5 Trik Meningkatkan Konsentrasi Belajar Saat Self Quarantine 

Baca Artikel Selengkapnya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Hidup lebih bermanfaat jika saling berbagi ilmu dan pengalaman. Prinsip hidup inilah yang dipegang Bobby S Laluyan sehingga memilih untuk meninggalkan karier yang dibangun selama 25 tahun sampai ke level direksi bersama Astra Group-Triputra Group-Indomobil Group-Rumah Perubahan untuk menjadi seorang coach-trainer-mind therapist. Hal ini dilakukan karena ingin berbagi pengetahuan yang bermanfaat buat orang banyak.

"Ketika saya memilih profesi sebagai coach-trainer-mind therapist, banyak yang bilang saya orang gila karena meninggalkan posisi saya yang sudah nyaman di kantor. Namun, kerinduan dan kesenangan untuk berbagi membuat saya makin kokoh pada pilihan ini, ” kata Bobby di Jakarta, belum lama ini.

Dia menceritakan, saat masih aktif bekerja di perusahaan selalu memiliki waktu education day buat anak buahnya. Pengembangan karyawan diperlukan sebagai tuntutan pekerjaan atau jabatan. Hal ini dilakukan mengingat kemajuan teknologi dan semakin ketatnya persaingan di antara perusahaan sejenis.

"Saya dulu punya keinginan setiap karyawan memiliki nilai tambah. Setiap personel perusahaaan memang dituntut bekerja efektif, efisien, kualitas, dan kuantitas pekerjaannya baik sehingga daya saing perusahaan semakin baik,” katanya.

Pengalaman leadership yang diperoleh sejak sangat belia semasa kuliah menjadi seorang aktivis dan ketua Senat Mahasiswa membuat Bobby S Laluyan atau yang dikenal dengan inisial BSL, tumbuh dan berkembang dengan sangat menghargai arti sebuah kepemimpinan dan nilai sebuah networking.

Hal ini juga tidak terlepas dari pengalaman dan keberanian merantau dari Manado, Sulawesi Utara hijrah ke Jakarta untuk kuliah, sambil bekerja membuatnya menjadi seorang yang menghargai arti sebuah perjuangan dan kerja keras serta makna sebuah pengorbanan untuk mencapai sebuah keberhasilan.

"Kemudian saya bertemu dengan Rhenald Kasali dan Michael Hall. Keduanya sangat menginspirasi saya untuk terus berbenah diri untuk terus belajar-belajar-belajar dan berbagi. Saya sekarang masih faculty of member Rumah Perubahan,” kata pria kelahiran 3 Februari 1963 ini.

Pengalaman nyata berbagi melalui training, coaching, terapi sehingga membuat banyak orang berubah dan memaksimalkan potensi diri membuat belief baru bagi BSL untuk berbagi dan bermanfaat buat orang lain. Belief itu adalah sekumpulan pengalaman dan pengetahuan. Pengalaman dan pengetahuan dapat diperoleh dari orang lain. Dalam hal ini biasanya didapatkan dari para figur otoritas atau orang-orang yang dikagumi, misalnya orangtua, pemuka agama, dan tokoh sukses.

Kumpulan belief ini yang membentuk values bagi BSL yang semakin rendah hati, open mind, mendengar sehingga mempermudah dirinya memadukan, mengimplementasi dan mengamalkan semua ilmu pengetahuan yang dipelajarinya sebagai orang yang memiliki Certified ACMC – Association Certified Meta-Coach, Certified NGH – National Guilt of Hypnotist, License Practitioner NLP – Neuro-Linguistic Programming, Certified Ego State Coach & Therapist.

Raih Kesuksesan
Menurut Bobby, setiap individu berhak untuk mencapai kesuksesan dalam hidupnya. Namun terkadang ada hambatan pada diri manusia untuk maju meraih kesuksesannya, yaitu mental block yang menghalangi seseorang untuk maju. Ciri seseorang yang memiliki mental block yang negatif, di antaranya sifat mudah putus asa, tidak bersemangat, pesimistis, mudah marah, rendah diri, merasa tidak mampu, rasa malas, tidak konsisten, menghakimi diri sendiri, takut disakiti, cemas, gelisah, dan banyak sifat negatif lainnya. Hal ini bisa terbentuk karena pengalaman pribadi yang telah dilalui sejak dari kecil hingga dewasa.

“Mental block itu itu dari belief yang dipunyai, sehingga perlu dimaknai baru seperti proses menghilangkan trauma. Berdasarkan hasil pengamatan saya sikap negatif tersebut sekitar 95 persen muncul karena faktor dari keluarga inti,” katanya.

Dia menjelaskan, semua manusia ingin selalu diakui, dihargai dan didengar. Namun pada kenyataannya yang terjadi justru sering sebaliknya belum mau mengakui, menghargai, dan mendengar termasuk untuk diri sendiri. Karena itu, sangat penting manusia mulai mengenal dirinya sendiri sebelum mengapresiasi dirinya dan orang lain.

“Ketika seseorang itu sanggup mengenal dirinya sendiri maka secara perlahan dia akan menemukan belief sehingga tercipta values,” ujarnya.

Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini

Sumber: Investor Daily