Berikut ini yang bukan hasil kebudayaan zaman Megalitikum adalah

Megalitikum berasal dari kata mega yang berarti besar, dan lithos yang berarti batu. Zaman Megalitikum biasa disebut dengan zaman batu besar, karena pada zaman ini manusia sudah dapat membuat dan meningkatkan kebudayaan yang terbuat dan batu-batu besar. Kebudayaan Megalitikum menyebar ke indonesia melalui 2 gelombang, yaitu Megalitikum Tua menyebar ke Indonesia pada zaman Neolitikum (2500-1500 SM) dan Megalitikum Muda menyebar ke Indonesia pada zaman perunggu (1000-100 SM).

Adapun hasil budaya dari zaman Megalitikum adalah sebagai berikut.

  1. Menhir : batu yang digunakan untuk sarana upacara keagamaan.
  2. Dolmen : merupakan meja batu tempat meletakkan sesaji yang dipersembahkan kepada roh nenek moyang.
  3. Punden berundak : bangunan yang tersusun bertingkat dan berfungsi sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang.
  4. Waruga : peti kubur batu yang berada di Minahasa.
  5. Sarkofagus : peti kubur batu yang terdiri dari wadah dan tutup yang pada ujung-ujungnya terdapat tonjolan.
  6. Kubur Batu : peti mati yang dibentuk dari enam papan batu, terdiri dari dua sisi panjang, dua sisi lebar, dan sebuah lantai.

Dengan demikian, hasil budaya dari zaman Megalitikum, yaitu menhir, dolmen, punden berundak, waruga, sarkofagus, dan kubur batu.

Perkembangan Zaman Batu Besar atau Zaman Megalitikum diperkirakan sudah ada sejak Zaman Batu Muda hingga Zaman Logam. Kebudayaan Megalitikum merupakan zaman dimana manusianya menghasilkan bangunan dari batu besar, pada umumnya diperuntukan bagi tempat beribadah terhadap arwah nenek moyang dalam sistem kepercayaan Animisme dan Dinamisme.

Bentuk peninggalan-peninggalan Zaman Megalitikum tersebut terbuat dari batu besar yang pembentukannya sesuai dengan kepentingan upacara tertentu. Maka dari itu, hasil kebudayaan Zaman Megalitikum memiliki maknanya masing-masing. Berikut beberapa peninggalan hasil budaya pada Zaman Batu Besar, simak yuk!

Menhir (instagram.com/marieddu_marieddu)

Menhir merupakan tugu atau tiang yang berasal dari batu. Menhir dibangun sebagai lambang atau tanda peringatan kepada arwah nenek moyang.

Hasil budaya menhir ini memiliki banyak fungsi, di antaranya untuk sarana pemujaan kepada arwah nenek moyang, digunakan untuk mengikat binatang korban persembahan untuk arwah nenek moyang, tempat penampung roh-roh yang datang dan tempat memperingati kepala suku atau seseorang yang sudah meninggal.

Menhir diletakkan pada tempat tertentu dan kita dapat menjumpainya di Sumatera Selatan serta Kalimantan.

Dolmen (instagram.com/loire_forez_tourisme)

Dolmen merupakan meja batu besar yang memiliki permukaan rata. Bentuk dari dolmen seperti alas yang berbentuk lempengan batu besar dengan permukaan datar, kemudian diberikan empat batu panjang sebagai penyangganya.

Hasil budaya dolmen ini mempunyai kegunaan untuk tempat meletakkan roh, tempat duduk ketua suku agar memperoleh berkat magis para leluhur, dan tempat meletakkan sesaji.

Kita dapat menjumpainya di Jawa Timur serta Sumatera Selatan. Dan ternyata dolmen ini tidak hanya ditemukan di Indonesia, namun juga ada di Eropa, Asia, dan Afrika, terutama di sepanjang pesisir pantai.

Baca Juga: Kaya Budaya Lokal, 5 Lokasi di Hong Kong Ini Jadi Peninggalan Sejarah

Punden Berundak (twitter.com/KenzieRyvantya)

Punden berundak merupakan bangunan bertingkat dengan tanjakan kecil yang menyerupai anak tangga sebagai tempat memuja roh para nenek moyang. 

Punden berundak biasanya didirikan di daerah dataran rendah yang tidak berpegunungan, maka mereka membuat bangunan tinggi semacam gunung yang dipuncaknya bersamayam arwah nenek moyang sesuai kepercayaan Animisme. Pada perkembangannya, punden berundak digunakan sebagai dasar pembuatan keraton, candi dan sebagainya.

Kita dapat menjumpainya di Jawa Barat, Kabupaten Sukabumi (Pangguyangan dan Gunung Padang), Kabupaten Garut, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Rangkasbitung, Kabupaten Kuningan hingga daerah Banten Selatan.

Kubur Batu (instagram.com/ermandaka)

Kubur batu merupakan peti jenazah pada zaman batu besar yang dipendam dalam tanah. Bentuk kubur batu ini ialah persegi panjang dengan alas, sisi, dan tutupnya yang berasal dari batu kemudian disusun menjadi sebuah peti.

Hasil budaya kubur batu ini adalah wadah penguburan mayat sebagai tempat untuk menyimpan mayat yang terbuat dari batu. Kita dapat menjumpainya di daerah Kuningan, Jawa Barat.

Waruga (instagram.com/idataufiktb)

Waruga merupakan kubur batu yang bentuknya bulat atau kubus dengan tutup menyerupai atap rumah. Waruga memiliki fungsi dan bentuk yang hampir sama dengan sarkofagus. Namun posisi mayat ditempatkan dalam keadaan jongkok terlipat.

Hasil kebudayaan Zaman Megalitikum seperti waruga ini penemuannya berada di daerah Minahasa dan banyak ditemukan di sekitar Gilimanuk Bali.

Sarkofagus (twitter.com/Valiant Budi)

Sarkofagus merupakan peti jenazah yang bentuknya menyerupai lesung, namun memiliki tutup dibagian atasnya. Biasanya wadah dan tutupnya berukuran sama.

Sarkofagus digunakan sebagai penyimpanan atau penguburan jenazah seperti peti mati. Mayat umumnya diposisikan lurus, terlentang, atau pun miring dengan posisi tangan lurus atau menyilang.

Hasil kebudayaan ini ditemukan di Indonesia. Wilayah persebaran sarkofagus cukup luas, yakni di Bali, Tapanuli, Sumba, Minahasa, Bondowoso, dan Jawa Timur.

Baca Juga: 5 Tempat Peninggalan Sejarah di Karawang yang Kini Jadi Tempat Wisata

Baca Artikel Selengkapnya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Lihat Foto

Tourism Ireland/Holger Leue

Poulnabrone Dolmen, sebuah makam megalitik prasejarah di County Clare, Irlandia.

KOMPAS.com - Secara etimologi, megalitikum berasal dari kata mega yang berarti besar, dan lithos yang artinya batu.

Oleh karena itu, zaman megalitikum biasa disebut dengan zaman batu besar, di mana masyarakatnya menggunakan peralatan dari batu yang berukuran besar.

Pada periode ini, setiap bangunan yang didirikan oleh masyarakat sudah mempunyai fungi yang jelas.

Budaya megalitikum sendiri lebih mengarah pada sebuah pemujaan terhadap roh leluhur.

Peninggalan zaman megalitikum

Peninggalan-peninggalan dari zaman megalitikum mempunyai bentuk beraneka ragam.

Begitu pula dengan ukurannya, ada yang pendek dan ada pula yang tingginya mencapai delapan meter.

Bangunan-bangunan megalitik pada dasarnya menggunakan bahan dasar batu.

Di Indonesia, peninggalan zaman megalitikum dapat dijumpai di berbagai daerah, dari ujung Sumatera hingga Timor-Timur.

Situs megalitik di beberapa wilayah Indonesia biasanya juga menunjukkan ciri khas tersendiri.

Baca juga: Zaman Arkean: Pembagian dan Ciri-ciri

Berikut ini beberapa peninggalan zaman megalitikum di Indonesia.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA