Biaya yang akan tetap sama berapapun jumlah produk yang dihasilkan disebut biaya

Biaya semi variabel, biaya variabel, serta biaya tetap merupakan tiga kategori biaya berdasarkan variabilitas. Ketika mencari BEP atau break event point, ada dua jenis biaya yang harus dimengerti perbedaannya, yaitu biaya variabel dan tetap. Berikut di bawah ini adalah pengertian fixed cost dan variable cost atau biaya variabel serta perbedaan antara keduanya.

Baca juga : Lulusan Akuntansi? Berikut 15 Bidang Akuntansi Yang Wajib Anda Ketahui

Pengertian Biaya Tetap

Meskipun terdapat perubahan dalam sektor jumlah jasa dan barang yang dihasilkan, biaya tetap menjadi biaya yang bersifat statis. Setiap saat akan terus ada biaya walaupun tidak melakukan aktivitas apapun. Contoh mudahnya adalah ketika proses produksi, maka perusahaan harus membayar biaya yang sesuai dengan produksi yang dihasilkan.

Ketika biaya tetap ini disejajarkan dengan jumlah produksi, keduanya malah menghasilkan gagasan yang berbeda. Apabila produksi yang dihasilkan tinggi tentu biaya akan semakin menurun dan begitu juga sebaliknya. Ada dua jenis fixed cost yang mengacu pada pengertian yang sudah dijelaskan sebelumnya.

Jenis yang pertama adalah biaya yang sudah ditentukan atau yang juga bisa disebut dengan commited fixed cost. Biaya tersebut merupakan biaya yang dikeluarkan dalam menjaga kestabilan dari perusahaan itu sendiri. Hal ini sangat berkaitan erat dengan struktur organisasi dan investasi fasilitas perusahaan. Saat perusahaan gulung tikar, ada biaya yang harus dikeluarkan.

Kemudian untuk jenis yang kedua adalah biaya diskresioner atau discretionary fixed cost. Biaya tersebut merupakan pengeluaran biaya pada saat-saat tertentu saja yang dikurangi atau dihilangkan tanpa berdampak pada laba yang dihasilkan. Hal tersebut membuat manajemen harus mengurangi biaya diskresioner saat perusahaan dilanda kekurangan kas jangka pendek.

Contoh dari kasus ini bisa dimisalkan dengan seseorang yang memiliki usaha fotocopy dan penjualan alat tulis kantor. Biaya gaji yang harus dikeluarkan pemilik usaha untuk menggaji karyawan setiap bulannya adalah Rp. 750.000. Meskipun toko tersebut ramai atau sepi, tetap saja pemilik usaha harus mengeluarkan biaya tersebut tanpa adanya pengurangan.

Ada satu contoh lagi, masih menggunakan contoh yang sama yaitu seseorang yang memiliki usaha fotocopy dan penjualan alat tulis kantor. Dalam menjalankan usahanya, tentu si pemilik usaha harus membayar biaya listrik, yang bisa dimisalkan Rp. 100.000 per bulan. Walaupun biaya listrik merupakan elemen variabel, namun biaya tersebut menjadi biaya tetap.

Baca juga : Sudah Lapor SPT Tahunan? Berikut Cara Mengisi SPT Tahunan

Pengertian Biaya Variabel

Jika sudah mempelajari tentang biaya tetap, saatnya untuk mengetahui pengertian dari variabel beserta dengan jenis dan contohnya. Biaya variabel merupakan biaya yang berbanding lurus terhadap jenis yang diproduksi oleh perusahaan. Saat ada peningkatan dalam sektor produksi, biaya variabel juga akan meningkat dengan persentase yang sama dan berlaku sebaliknya.

Biaya variabel bisa juga naik dan turun tergantung dari produk yang dihasilkan. Hal tersebut tentu berbeda dengan biaya tetap yang mana tidak berubah dan tidak terpengaruh pada produk yang dihasilkan. Biaya variabel bisa dihitung menjadi jumlah marginal cost atau biaya marginal dari produk yang dihasilkan maupun biaya yang berkaitan dengan produksi.

Sama seperti fixed cost, variable cost atau biaya variabel juga memiliki jenisnya, yaitu direct cost, variable overhead cost, dan semi variable cost. Direct cost atau yang juga disebut dengan biaya langsung merupakan biaya yang langsung terkait dengan produksi. Ketentuan dari biaya langsung ini adalah biaya yang dibutuhkan dalam proses produksi, misal untuk bahan baku atau bahan bakar.

Berikutnya variable overhead cost yang mana merupakan biaya yang berkaitan dengan intensitas perusahaan dalam proses produksi. Misal biaya asuransi untuk tenaga kerja yang sakit atau kecelakaan ketika sedang memproduksi. Sedangkan untuk semi variable cost adalah biaya yang bisa menjadi variable cost dan juga bisa menjadi fixed cost.

Terkadang juga biaya semi variabel ini bisa disebut dengan biaya campuran. Awalnya biaya ini menjadi biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan tanpa ada intervensi, namun sekarang berubah menjadi biaya variabel saat produksi meningkat. Dalam meningkatkan banyaknya produksi, perusahaan harus menambahkan biaya dengan tujuan memenuhi kebutuhan dalam produksi.

Untuk contoh dari biaya variabel sendiri adalah sebagai berikut, sebuah perusahaan smartphone memproduksi satu buah smartphone. Setiap smartphone yang diproduksi setidaknya memiliki layar touchscreen yang harganya Rp. 800.000. Saat perusahaan memproduksi smartphone sebesar 100 buah, maka biaya untuk pembelian touchscreen juga naik menjadi Rp. 80.000.000.

Baca juga : Cara dan Contoh Membuat Pembukuan Sederhana untuk Usaha Kecil

Perbedaan Biaya Tetap Dan Biaya Variabel

Dari pengertian yang sudah dijelaskan di atas, tentu bisa ditarik kesimpulan mengenai perbedaan antara kedua jenis biaya tersebut. Walaupun dua jenis biaya ini sama namun keduanya memiliki perbedaan dan berikut di bawah ini adalah perbedaan antara biaya tetap dan biaya variabel.

1. Pengertian

Secara pengertian tentu kedua jenis biaya ini berbeda. Biaya variabel atau variable cost merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan seiring dengan laju produksi. Untuk fixed cost sendiri merupakan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan tanpa adanya intervensi dari biaya produksi.

2. Jenis

Berdasarkan jenisnya, dua biaya ini tentu berbeda. Fixed cost memiliki dua jenis, yaitu biaya yang sudah ditentukan dan biaya diskresioner. Variable cost sendiri dibagi menjadi tiga jenis, yaitu biaya langsung atau direct cost, semi variable cost, dan variable overhead cost.

3. Contoh

Biaya tetap memiliki contoh yang sudah disebutkan di atas, yaitu gaji karyawan yang mana meski perusahaan sedikit produksi namun gaji tetap harus dibayarkan. Biaya variabel tentu memiliki contoh yang bermacam-macam, misalnya pembelian bahan baku untuk produksi. Dengan produksi perusahaan yang banyak maka biaya yang dikeluarkan untuk bahan baku juga harus banyak.

Biaya tetap dan biaya variabel merupakan sesuatu yang berbeda, dan kedua-duanya harus dikeluarkan di dalam produksi sebuah perusahaan. Dari contohnya, pengertian, serta jenisnya saja sudah membedakan dua jenis biaya ini.

Baca juga : Mengenal Keuntungan dan Pentingnya Komputerisasi Akuntansi pada Bisnis

Kesimpulan

Sejauh ini apakah Anda sudah mengerti perbedaan biaya tetap dan biaya variabel? Karena jika Anda ingin memulai usaha, Anda harus bisa membedakan biaya tetap dan biaya variabel agar usaha Anda dapat berjalan lancar dan sukses.

Agar usaha Anda lebih berkembang, Anda bisa menggunakan software akuntansi yang dapat mengatur stok penjualan, sistem penggajian karyawan Anda, multi cabang, dan masih banyak lagi fitur yang akan memudahkan proses pembukuan Anda.

Accurate Online adalah software akuntansi yang pasti bisa membantu usaha Anda mengatur keuangan perusahaan serta pembukuan yang baik dan rapi.

Penasaran? yuk coba gratis selama 30 hari

Biaya produksi adalah seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor produksi untuk menciptakan barang dan jasa. Biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu biaya eksplisit dan biaya implisit.

Biaya eksplisit adalah pengeluaran-pengeluaran perusahaan yang berupa uang untuk mendapatkan faktor produksi, seperti membayar tenaga kerja dan membeli bahan mentah. Sedangkan, biaya implisit adalah faktor produksi yang dimiliki oleh perusahaan itu sendiri, seperti pembayaran keahlian keusahaan produsen tersebut, gedung yang dimiliki oleh pemilik perusahaan dan dipakai untuk operasi perusahaan.

Dalam biaya produksi perlu dibedakan biaya dalam jangka pendek dan biaya dalam jangka panjang. Biaya dalam jangka pendek adalah jangka waktu dimana masih ada minimal satu faktor produksi (input) yang tetap dalam proses produksi. Sedangkan, biaya produksi dalam jangka panjang adalah jangka waktu dimana dalam proses produksi semua faktor produksi (input) bersifat variabel.

B. Macam-macam Biaya Produksi

a. Biaya Tetap (Fixed Cost) (FC)

Biaya tetap adalah biaya yang totalnya tidak berubah dalam periode tertentu. Contoh: mesin, bangunan.

b. Biaya Variabel (Variabel Cost) (VC)

Biaya variabel adalah biaya yang totalnya berubah sesuai dengan besar kecilnya jumlah produksi. Contoh: tenaga kerja dan bahan baku.

c. Biaya Total (Total Cost) (TC)

Biaya total adalah jumlah antara biaya tetap dengan biaya variabel. Maka, biaya total dapat dirumuskan:

d. Biaya Tetap Rata-rata (Average Fixed Cost) (AFC)

Biaya tetap rata-rata adalah biaya tetap dibagi dengan jumlah produksi. Biaya tetap rata-rata semakin menurun dengan bertambahnya produksi dan dapat dirumuskan:

Dimana Q adalah jumlah barang yang dihasilkan.

e. Biaya Variabel Rata-rata (Average Variable Cost) (AVC)

Biaya variabel rata-rata adalah biaya variabel dibagi dengan jumlah produksi dan dapat dirumuskan:

f. Biaya Total Rata-rata (Average Cost) (AC)

Biaya total rata-rata adalah biaya yang dikeluarkan untuk setiap barang yang dihasilkan dan dapat dirumuskan:

g. Biaya Marginal/Biaya Tambahan (Marginal Cost) (MC)

Biaya marginal adalah biaya tambahan yang dikeluarkan untuk menambah produksi sebanyak satu unit. Biaya marginal juga merupakan turunan pertama dari fungsi TC. Biaya marginal selalu memotong kurva AC dan AVC dari paling bawah sehingga saat MC = AC adalah keadaan dimana biaya paling terendah/efisien dan dapat dirumuskan:

Gambar kurva FC, VC, TC, AFC

Gambar kurva AC, AVC, MC

C. Penerimaan (Revenue)

a. Penerimaan Total (Total Revenue) (TR)

Total penerimaan didapatkan dari jumlah barang yang terjual pada tingkat harga tertentu dan dapat dirumuskan:

b. Penerimaan Rata-rata (Average Revenue) (AR)

Penerimaan rata-rata adalah total penerimaan dibagi dengan jumlah barang yang dijual. Penerimaan rata-rata juga merupakan harga perunit barang yang dijual atau dapat ditulis secara matematis berikut ini:

c. Penerimaan Marginal (Marginal Revenue) (MR)

Penerimaan marginal adalah tambahan penerimaan akibat dari bertambahnya satu unit barang yang terjual. Penerimaan marginal juga merupakan turunan pertama dari fungsi TR dan dapat dirumuskan:

D. Konsep Mengenai Penerimaan dan Laba

a. Laba

Merupakan keuntungan yang didapat dari penerimaan total dikurangi biaya total sehingga dapat dirumuskan:

b. Break Even Point atau Titik Impas

Adalah keadaan dimana perusahaan tidak dalam keadaan keuntungan ataupun kerugiaan dan dapat dirumuskan:

c. Penerimaan Maksimum

Adalah penerimaan saat mencapai titik paling tertinggi dicapai saat penerimaan marginalnya sama dengan nol.

d. Laba Maksimum

Adalah keuntungan tertinggi yang dicapai oleh perusahaan. Syarat dari keuntungan maksimum adalah menyamakan antara biaya marginal dengan penerimaan marginal.

SOAL & PEMBAHASAN

1. Soal Ujian SNMPTN

Berikut ini hal-hal yang dianggap benar berkaitan dengan biaya produksi, kecuali …

  1. Kurva average fixed cost (AFC) berbentuk horizontal
  2. Kurva marginal cost (MC) memotong kurva average cost (AC) di titik minimum.
  3. Kurva variable cost (VC) naik dari kiri bawah ke kanan atas dimulai dari titik origin.
  4. Kurva avarage cost (AC) berada di atas kurva average variabel cost (AVC)
  5. AC = AFC + AVC

Pembahasan:

Kurva average fixed cost (AFC) berbentuk menurun seiring dengan bertambahnya produksi. Jadi, pernyataan yang salah adalah pilihan A.

Jawaban: A

2. Soal Ujian SIMAK UI

Suatu perusahaan memproduksi 7 unit output dengan avarage total cost sebesar Rp15.000,00. Agar mampu berproduksi perusahaan harus mengeluarkan fixed cost sebesar Rp35.000,00. Maka, besarnya avarage variabel cost adalah…

  1. Rp5.000,00
  2. Rp10.000,00
  3. Rp15.000,00
  4. Rp20.000,00
  5. Rp25.000,00

Pembahasan:

Diketahui:

Q = 7 unit

AC = 15.000

FC = 35.000

Ditanya: AVC?

Jawaban: B

3. Perhatikan tabel berikut:

Q P TR AR MR
2 Rp400,00 Rp800,00 Rp400,00 ……
4 Rp400,00 Rp1.600,00 Rp400,00 Rp400,00
6 Rp500,00 Rp3.000,00 Rp500,00 …..

Berdasarkan tabel di atas, besarnya Marginal Revenue (MR) pada jumlah produksi sebanyak 6 unit ….

  1. Rp1.400,00
  2. Rp500,00
  3. Rp700,00
  4. Rp800,00
  5. Rp900,00

Pembahasan:

Jawaban: C

4. Soal Ujian SIMAK UI

Perhatikan kurva di samping. Berdasarkan kurva tersebut disamping maka jika perusahaan menaikkan harga penjualan maka…

  1. Kurva B akan bergeser ke kanan
  2. Kurva A akan bergeser ke atas
  3. Kurva D akan naik
  4. Kurva D akan turun
  5. Kurva A semakin curam

Pembahasan:

Perhatikan kurva pada soal.

A merupakan kurva TR

B merupakan kurva TC

C merupakan kurva VC; dan

D merupakan kurva FC

Jika perusahaan menaikan kurva penjualan maka penerimaan akan meningkat sehingga kurva TR (kurva A) bergeser kemiringannya ke arah kiri sehingga terlihat lebih curam.

Jawaban: E

5. Perhatikan break even point curve (BEP) berikut ini:

Berdasarkan kurva BEP berikut, pernyataan berikut yang benar adalah ….

  1. Kurva I menggambarkan total revenue
  2. Kurva II menggambarkan average fixed cost
  3. Kurva III menggambarkan total variable cost
  4. Kurva IV menggambarkan total profit

Pembahasan:

Kurva I adalah Total Revenue (TR)

Kurva II adalah Total Cost (TC)

Kurva III adalah Total Variabel Cost (VC)

Kurva IV adalah Total Fixed Cost (FC)

Jadi, pernyataan yang benar adalah (I) dan (III).

Jawaban: B

6.Soal Ujian Nasional

Fungsi biaya total TC = Q2 + 20Q + 500. Fungsi penerimaan total (TR) = 2Q2 + 10Q + 800. fungsi laba (π) adalah….

  1. π = 2Q + 20
  2. π = 4Q + 10
  3. π = –Q2 + 10Q – 300
  4. π = Q2 – 10Q + 300
  5. π = Q2 + 10Q + 300

Pembahasan:

laba ( π ) = TR – TC

laba ( π ) = (2Q2 + 10Q + 800) – (Q2 + 20Q + 500)

= 2Q2 – Q2 + 10Q – 20Q + 800 – 500

= Q2 – 10Q + 300

Jawaban: D

7. Soal Ujian UMB

Skala produksi efisien adalah kuantitas output yang meminimumkan biaya..

  1. Marginal
  2. Tenaga kerja
  3. Total rata-rata
  4. Tetap rata-rata
  5. Variabel rata-rata

Pembahasan:

Skala produksi efisien terjadi saat biaya tetap rata-rata (AC) paling terendah (minimum).

Jawaban: C

8.Soal Ujian SNMPTN

Diketahui bahwa fungsi produksi adalah Q = 100 + X + 0,25 X2, Q adalah output dan X adalah input. Pada tingkat penggunaan input X sebesar 100 unit, besarnya produksi marginal adalah…

  1. 27 unit
  2. 51 unit
  3. 151 unit
  4. 601 unit
  5. 2.700 unit

Pembahasan:

Q = TC = 100 + X + 0,25 X2

MC = TC’

MC = 1 + 0,5X

MC = 1 + (0,5 . 100) = 1 + 50

MC = 51

Jawaban: B

9. Soal Ujian UMB

Bila AC adalah biaya rata-rata, AVC adalah biaya variabel rata-rata, dan MC adalah biaya marginal maka pada saat AC minimum adalah ….

  1. AVC juga minimum
  2. Laba perusahaan maksimum
  3. MC > AC
  4. MC < AC
  5. MC = AC

Pembahasan:

Kurva AC minimum terjadi saat kurva MC memotong kurva AC (MC = AC)

Jawaban: E

10.Sewaktu perusahaan memproduksi sebanyak 10.000 unit biayanya sebesar Rp25.000.000, sedangkan ketika memproduksi sebanyak 15.000 unit biayanya sebesar Rp30.000.000 maka besarnya biaya marginal adalah …

  1. Rp1.000,00
  2. Rp2.000,00
  3. Rp3.000,00
  4. Rp4.000,00
  5. Rp5.000

Pembahasan:

Diketahui:

TC1 = 25.000.000 → Q1 = 10.000

TC2 = 30.000.000  → Q2 = 15.000

Ditanya: MC?

Jawaban: A

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA