Bukti-bukti yang mendukung teori Persia dalam penyebaran Islam di Indonesia antara lain

dibaca normal 3 menit

Penulis: Ilham Choirul Anwar
tirto.id - 21 Des 2020 17:10 WIB

View non-AMP version at tirto.id

Ada beberapa teori terkait sejarah masuknya ajaran Islam ke Indonesia, di antaranya adalah Teori Gujarat, Teori Arab, Teori Persia, dan Teori Cina.

tirto.id - Ada beberapa teori terkait sejarah masuknya ajaran Islam ke Indonesia. Agama Islam masuk ke Nusantara Indonesia melewati perjalanan panjang dan dibawa oleh kaum muslim dari berbagai belahan bumi. Kini, Indonesia menjadi negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia.

Merunut beberapa teori yang ada, ajaran Islam masuk ke Indonesia melalui orang-orang dari berbagai bangsa. Sebagian dari mereka ada yang datang ke Nusantara untuk berdagang sembari berdakwah. Ada pula kaum ulama atau ahli agama yang memang datang ke Nusantara untuk mensyiarkan ajaran Islam.

Advertising

Advertising

Terlepas dari perdebatan dan diskusi yang kemudian muncul, ke-4 teori terkait masuknya Islam di Indonesia tersebut antara lain Teori India (Gujarat), Teori Arab (Mekah), Teori Persia (Iran), dan Teori Cina.

Teori India (Gujarat)

Teori yang dicetuskan oleh G.W.J. Drewes yang lantas dikembangkan oleh Snouck Hugronje, J. Pijnapel, W.F. Sutterheim, J.P. Moquette, hingga Sucipto Wirjosuparto ini meyakini bahwa Islam dibawa ke Nusantara oleh para pedagang dari Gujarat, India, pada abad ke-13 Masehi.

Kaum saudagar Gujarat datang melalui Selat Malaka dan menjalin kontak dengan orang-orang lokal di bagian barat Nusantara yang kemudian melahirkan Kesultanan Samudera Pasai sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia.

Salah satu bukti yang mendukung teori ini adalah ditemukannya makam Malik As-Saleh dengan angka 1297. Nama asli Malik As-Saleh sebelum masuk Islam adalah Marah Silu. Ia merupakan pendiri Kesultanan Samudera Pasai di Aceh.

Dikutip dari buku Arkeologi Islam Nusantara (2009) karya Uka Tjandrasasmita, corak batu nisan Sultan Malik As-Saleh memiliki kemiripan dengan corak batu nisan di Gujarat. Selain itu, hubungan dagang antara Nusantara dengan India telah lama terjalin

Ditemukan pula batu nisan lain di pesisir utara Sumatera bertanggal 17 Dzulhijjah 831 H atau 27 September 1428 M. Makam ini memiliki batu nisan serupa dari Cambay, Gujarat, dan menjadi nisan pula untuk makam Maulana Malik Ibrahim, salah satu Walisongo, yang wafat tahun 1419.

Baca juga:

Infografik Teori Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia. tirto.id/Fuad

Teori Arab (Mekah)

Teori selanjutnya tentang masuknya Islam di Indonesia diperkirakan berasal dari Timur Tengah, tepatnya Arab. Teori Arab (Mekah) ini didukung oleh J.C. van Leur, Anthony H. Johns, T.W. Arnold, hingga Abdul Malik Karim Amrullah atau Buya Hamka.

Menurut Buya Hamka, Islam sudah menyebar di Nusantara sejak abad 7 M. Hamka dalam bukunya berjudul Sejarah Umat Islam (1997) menjelaskan salah satu bukti yang menunjukkan bahwa Islam masuk ke Nusantara dari orang-orang Arab.

Bukti yang diajukan Hamka adalah naskah kuno dari Cina yang menyebutkan bahwa sekelompok bangsa Arab telah bermukim di kawasan Pantai Barat Sumatera pada 625 M. Di kawasan yang pernah dikuasai Kerajaan Sriwijaya itu juga ditemukan nisan kuno bertuliskan nama Syekh Rukunuddin, wafat tahun 672 M.

Teori dan bukti yang dipaparkan Hamka tersebut didukung oleh T.W. Arnold yang menyatakan bahwa kaum saudagar dari Arab cukup dominan dalam aktivitas perdagangan ke wilayah Nusantara.

Sebagian dari pedagang Arab tersebut kemudian menikah dengan warga lokal dan membentuk komunitas muslim. Mereka bersama-sama kemudian melakukan kegiatan dakwah Islam di berbagai wilayah di Nusantara.

Baca juga:

Teori Persia (Iran)

Teori bahwa ajaran Islam masuk ke Nusantara dari bangsa Persia (atau wilayah yang kemudian menjadi negara Iran) pada abad ke-13 Masehi didukung oleh Umar Amir Husen dan Husein Djajadiningrat.

Abdurrahman Misno dalam Reception Through Selection-Modification: Antropologi Hukum Islam di Indonesia (2016) menuliskan, Djajadiningrat berpendapat bahwa tradisi dan kebudayaan Islam di Indonesia memiliki persamaan dengan Persia.

Salah satu contohnya adalah seni kaligrafi yang terpahat pada batu-batu nisan bercorak Islam di Nusantara. Ada pula budaya Tabot di Bengkulu dan Tabuik di Sumatera Barat yang serupa dengan ritual di Persia setiap tanggal 10 Muharam.

Akan tetapi, ajaran Islam yang masuk dari Persia kemungkinan adalah Syiah. Kesamaan tradisi tersebut serupa dengan ritual Syiah di Persia yang saat ini merujuk pada negara Iran. Teori ini cukup lemah karena mayoritas pemeluk Islam di Indonesia adalah bermazhab Sunni.

Baca juga:

Teori Cina

Penyebaran Islam di Indonesia juga diperkirakan masuk dari Cina. Ajaran Islam berkembang di Cina pada masa Dinasti Tang (618-905 M), dibawa oleh panglima muslim dari kekhalifahan di Madinah semasa era Khalifah Ustman bin Affan, yakni Saad bin Abi Waqqash. Kanton pernah menjadi pusatnya para pendakwah muslim dari Cina.

Jean A. Berlie (2004) dalam buku Islam in China menyebut relasi pertama antara orang-orang Islam dari Arab dengan bangsa Cina terjadi pada 713 M. Diyakini bahwa Islam memasuki Nusantara bersamaan migrasi orang-orang Cina ke Asia Tenggara. Mereka dan memasuki wilayah Sumatera bagian selatan Palembang pada 879 atau abad ke-9 M.

Bukti lain adalah banyak pendakwah Islam keturunan Cina yang punya pengaruh besar di Kesultanan Demak, kerajaan Islam pertama di Jawa, seiring dengan keruntuhan Kemaharajaan Majapahit pada perjalanan abad ke-13 M. Sebagian dari mereka disebut Wali Songo.

Dalam buku Sejarah yang ditulis oleh Nana Supriatna diungkapkan, Kesultanan Demak didirikan oleh Raden Patah, putra Raja Majapahit dari istri seorang perempuan asal Cina yang telah masuk Islam. Raden Patah yang memiliki nama Cina, Jin Bun, memimpin Demak bersama Wali Songo sejak 1500 M.

Baca juga:

Baca juga artikel terkait MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA atau tulisan menarik lainnya Ilham Choirul Anwar
(tirto.id - ica/isw)

Penulis: Ilham Choirul Anwar Editor: Iswara N Raditya Kontributor: Ilham Choirul Anwar

© 2022 tirto.id - All Rights Reserved.

tirto.id - Islam masuk ke Indonesia diyakini melalui perantaraan para pedagang muslim yang pelayarannya melintasi berbagai pulau di Nusantara. Mereka berasal dari berbagai wilayah, tak hanya Arab.

Pada abad 5 masehi, perdagangan dan pelayaran antarbenua sudah ramai. Para pedagang muslim yang singgah di Indonesia tidak hanya berdagang semata, tetapi juga turut mendakwahkan ajaran Islam.

Meski begitu, sejarah awal masuknya Islam ke nusantara begitu kompleks sehingga memunculkan banyak teori. Sejumlah teori itu memuat penjelasan dari mana Islam masuk ke Indonesia.

Baca juga:

  • Sejarah Masjid Indrapuri Aceh Besar: Berdiri di Atas Fondasi Candi
  • Masjid Wapauwe Kaitetu: Saksi Sejarah Islam di Tanah Maluku

Setidaknya ada 6 teori yang muncul. Keenamnya masing-masing mengidentifikasi asal pendakwah yang merintis penyebaran Islam ke Indonesia.

Siapa saja tokoh yang mencetuskan 6 teori tersebut? Berikut ini penjelasan mengenai 6 teori itu dan tokoh-tokoh ahli pendukungnya.

1. Teori Persia

Salah satu teori menyebutkan bahwa Islam masuk Indonesia dibawa oleh orang-orang dari Persia, termasuk pengikut Syiah, pada awalnya. Teori ini dinamakan Teori Persia.

Mengutip Modul Sejarah Indonesia Kelas X terbitan dari Kemdikbud, pencetus dan pendukung Teori Persia adalah Umar Amir Husen dan Hoesein Djajadiningrat.

Keduanya meyakini orang-orang Persia sudah masuk Indonesia di abad 7 masehi. Bukti pendukung sebagai penguat teori ini adalah:

  • Adanya tradisi peringatan 10 Muharam atau Hari Asyura di sejumlah daerah. Di Sumatera Barat peringatan ini dinamakan Tabuik (Tabut)m dan di Jawa ada pembuatan bubur Syuro.
  • Memiliki kesamaan ajaran sufi
  • Pemakaian istilah persia dalam mengeja huruf arab
  • Adanya kesamaan pada seni kaligrafi di beberapa batu nisan
  • Islam aliran Syiah khas Iran marak di awal masuknya Islam di Indonesia
  • Terdapat perkampungan Leren (Leran) di Giri, daerah Gresik, Jawa Timur.

Pada mulanya, Teori Persia diterima sebagian ahli sejarah. Namun, teori ini mempunyai kelemahan yaitu di abad 7 masehi, kekuasaan Islam di Timur Tengah masih dipegang Dinasti Umayyah yang menguasai Damaskus, Baghdad, dan Jazirah Arab.

Fakta tersebut menyanggah bahwa tidak mungkin pemuka Persia bisa menyokong dakwah Islam ke Nusantara secara besar-besaran.

2. Teori Gujarat

Teori Gujarat menyatakan masuknya Islam ke nusantara berasal dari kedatangan kaum saudagar dari Gujarat (India) lewat Selat Malaka.

Mereka melakukan kontak dengan masyarakat lokal di bagian barat Nusantara yang kemudian memunculkan Kesultanan Samudera Pasai sebagai kerajaan Islam pertama di Nusantara.

Bukti yang ditemukan salah satunya makam Malik As-Saleh (marah Situ) dengan angka 1297. Dia adalah pendiri Kesultanan Samudera Pasai di Aceh. Ada kemiripan antara nisan makam itu dengan corak batu nisan di Gujarat.

Bukti lain dengan alasan serupa yaitu ditemukan pada nisan milik pendakwah Walisongo, Maulana Malik Ibrahim (wafat 1419), dan nisan di pesisir utara Sumatera bertulis 17 Dzulhijjah 831 H atau 27 September 1428.

Para tokoh pendukung teori Gujarat adalah G.W.J Drewes yang dikembangkan Snouck Hurgronje, J. Pijnapel, W.F. Stutterheim, J.P. Moquette, dan Sucipto Wirjosuparto.

3. Teori Cina

Menurut Teori Cina, Islam masuk nusantara bersamaan dengan migrasi orang-orang Cina menuju Asia Tenggara pada abad 9 masehi. Mereka banyak yang masuk ke wilayah Sumatera, terutama bagian selatan Palembang, di tahun 879.

Sementara itu, Islam di Cina sudah berkembang sejak masa Dinasti Tang (618-905 masehi) yang dirintis oleh Saad bin Abi Waqqash pada masa Kekhalifahan Utsman bin Affan. Karena itu, ketika terjadi migrasi penduduk dari Cina ke Asia Tenggara pada Abad 9, banyak muslim dari daratan itu turut bermukim di nusantara dan menyebarkan agama Islam.

Bukti pendukungnya antara lain banyak orang Islam keturunan Cina yang memiliki pengaruh besar di Kesultanan Demak.

Bukti lainnya, Raden Patah, pendiri kesultanan tersebut, merupakan putra dari seorang muslimah asli Cina. Raden Patah memiliki nama Cina, Jin Bun. Selain itu, ada masjid tua beraksitektur China di Jawa.

Teori China ini didukung oleh sejumlah ahli, di antaranya Slamet Mulyana dan Sumanto Al Qurtuby.

4. Teori Arab

Pendukung Teori Arab adalah J.C. van Leur, Anthony H. Johns, T.W. Arnold, hingga Abdul Malik Karim Amrullah atau Buya Hamka. Dalam teori ini dikemukakan bahwa Islam masuk Nusantara dibawa orang-orang Timur Tengah. Penyebarannya sudah terjadi sejak abad 7 Masehi.

Bukti pendukung teori Arab yang dijelaskan Buya Hamka dalam buku Sejarah Umat Islam (1997) yaitu, ditemukannya naskah kuno yang menyebut bang Arab telah bermukim di sekitar Pantai Barat Sumatera pada tahun 625 M. Selain itu, ditemukan pula nisan kuno bertuliskan Syekh Rukunuddin di tempat itu bertahun 672 M.

Sementara itu, T.W. Arnold memberi dukungan atas bukti dari Buya Hamka. Arnold mengatakan jika kaum saudagar Arab cukup dominan untuk melakukan perdagangan di Nusantara.

5. Teori India

Teori ini dikemukakan oleh Thomas W. Arnold dan Marrison yang menemukan bukti bahwa Islam pertama kali masuk Indonesia melalui Coromandel dan Malabar (India).

Teori ini muncul untuk membantah anggapan bahwa Gujarat menjadi sumber penyebaran Islam ke nusantara. Alasannya, Gujarat belum menjadi pusat perdagangan yang menghubungkan wilayah Timur Tengah dengan kepulauan Nusantara.

Marrison berpendapat bahwa meskipun batu-batu nisan yang ditemukan di tempat-tempat tertentu di Nusantara boleh jadi berasal dari Gujarat atau Bengal, itu tidak lantas berarti Islam juga datang berasal dari tempat batu nisan itu diproduksi.

Dia mencatat, saat sultan pertama Samudera Pasai wafat tahun 1297 M, Gujarat masih merupakan kerajaan Hindu. Baru setahun kemudian (699/1298) Cambay, Gujarat dikuasai penguasa muslim.

Maka, dia mendukung teori bahwa Islam di Nusantara tidak dari Gujarat, melainkan dibawa oleh pendakwah Muslim dari pantai Coromandel pada akhir abad ke-13.

6. Teori Bangladesh

Dikenal pula dengan teori Benggali, teori Bangladesh dikemukakan oleh S. Q. Fatimi. Teori tersebut menunjukkan sejumlah bukti bahwa Islam masuk ke Nusantara dari Benggali.

Alasannya, banyak tokoh terkemuka di Samudera Pasai adalah orang-orang keturunan Benggali. Di teori ini, Islam diyakini mulau berkembang di Nusantara sejak abad ke-11 M.

Fatimi menilai anggapat yang mengaitkan seluruh batu nisan di Pasai, termasuk makam Maulana Malik al-Saleh, dengan Gujarat adalah keliru. Penelitiannya menyimpulkan bahwa bentuk dan gaya batu nisan Malik al-Saleh berbeda sepenuhnya dengan batu nisan di Gujarat maupun daerah lain di Indonesia. Batu-batu nisan itu justru lebih mirip dengan batu nisan di kawasan Benggali.

Namun, teori ini mengabaikan fakta bahwa ada perbedaan mazhab fikih yang dianut kaum muslim

Nusantara (Syafi’i) dan umat Islam di Bengal (Hanafi).

Baca juga artikel terkait SEJARAH ISLAM atau tulisan menarik lainnya Ilham Choirul Anwar
(tirto.id - ica/add)


Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Addi M Idhom
Kontributor: Ilham Choirul Anwar

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA