Cara menggunakan cache php page

Yasin K is a Technical Content Writer for Niagahoster Blog. Other words are unimportant things you will never need to know. Let the content speak for itself :)

Home » Tutorial » Panduan Cara Setting W3 Total Cache

Panduan Cara Setting W3 Total Cache

September 18, 2018 5 min read

Salah satu cara untuk mempercepat situs web adalah dengan mengatur pengelolaan cache dengan benar. Jika Anda menggunakan WordPress, ada plugin handal yang sudah banyak digunakan untuk mengelola cache ini, yaitu W3 Total Cache. Melalui artikel ini, kami akan sedikit membahas mengenai cara setting W3 Total Cache di WordPress. Namun sebelum itu, kami akan membahas sedikit mengenai apa itu cache dan bagaimana W3 Total Cache bekerja.

Pada pengembangan dan pengelolaan sistem informasi, kecepatan menjadi indikator situs web tergolong baik atau tidak. Semakin cepat situs web diakses, maka semakin baik untuk menarik pengunjung. Selain itu jika situs web ringan dan cepat maka Google akan memberikan prioritas agar halaman situs web tersebut berada di peringkat atas. Tentu saja ada beberapa pertimbangan Google yang lain yang perlu diperhatikan. Tentu saja dengan menggunakan hosting yang berkualitas juga 😀

Pengunjung cenderung akan meninggalkan situs web jika dalam waktu kurang dari tiga detik setelah diakses tidak terbuka. Jadi paling tidak dua detik setelah dibuka, halaman situs web harus sudah terbuka. Jika tidak maka kemungkinan terjadinya bounce-back akan lebih tinggi.

Jika Anda merupakan pengguna yang sudah menggunakan W3 Total Cache sebagai plugin untuk mengelola cache pada situs web Anda, itu adalah pilihan yang bagus. W3 Total Cache mempunyai beberapa fitur yang dapat dikonfigurasi menyesuaikan dengan kebutuhan. Salah satunya adalah kompatibilitasnya dengan Cloudflare.

Sebelum membahas lebih jauh terkait dengan cara setting W3 Total Cache sebaiknya kita tahu terlebih dahulu mengenai konsep caching, apa itu cache,dan fungsi cache.

Daftar isi

Konsep Caching Pada Situs Web

Cache adalah perangkat lunak atau keras yang digunakan untuk menyimpan data dalam periode waktu tertentu di dalam proses komputasi.

Beberapa bagian kecil data yang sering diakses atau yang baru saja diakses disimpan ke dalam penyimpanan sementara. Tujuannya adalah untuk mempermudah, mempercepat, dan meringankan proses pengambilan data saat data tersebut ingin diakses kembali. Sistem yang melakukan pemanggilan ini adalah cache-client, seperti browser, aplikasi, sistem operasi, atau Central Processing Unit (CPU).

Cache disimpan secara lokal dan akan diakses pertama kali saat ada pemanggilan data. Jika data yang sudah tersimpan di dalam cache maka data akan diambil dan dimunculkan. Proses ini akan lebih cepat dikarenakan tidak berada di penyimpanan utama.

Cara Kerja Cache

Saat cache-client ingin mengakses data, pertama kali yang dicek adalah cache-nya. Saat data yang dicari ada di cache, maka cache-client akan membalikkan data itu. Sedangkan jika data tidak ditemukan maka aplikasi atau cache-client akan menyalin data dari penyimpanan ke cache lalu mengirimkannya ke aplikasi.

Foto diambil dari www.searchstorage.techtarget.com.

Pembahasan lebih detail terkait dengan cache akan kami bahas pada artikel selanjutnya. Pada artikel ini kita akan fokus membahas terlebih dahulu mengenai cara setting W3 Total Cache di WordPress. Namun, kita akan bahas sedikit mengenai W3 Total Cache.

W3 Total Cache

W3 Total Cache adalah WordPress SEO plugins yang banyak digunakan untuk mengelola cache yang populer. Setidaknya sampai dengan saat ini (9/2018) terdapat 1 juta instalasi W3 Total Cache yang aktif.

Plugin ini banyak digunakan karena dapat menghemat penggunaan bandwidth dengan melakukan minify dan menyederhanakan file pada situs web. Selain itu, W3 Total Cache mampu terintegrasi dengan CDN tanpa ada masalah. Kedua fitur ini saja sudah dianggap dapat mempercepat loading situs web.

Bagi pengguna yang mengetahui mengenai pemrograman dan proses yang lebih advance, maka dapat memanfaatkan beberapa pengaturan tingkat lanjut. Anda dapat meminimalkan file JavaScript dan Custom Style Sheet (CSS) maupun caching-object.

Cara Setting W3 Total Cache

W3 Total Cache tidak mendukung apache 1.3+, [nginx 0.7+](nginx 0.7+), , IIS 5+ atau litespeed 4.0.2+. Jadi, selain yang menggunakan pengaturan tersebut pada server maka kemungkinan besar mendukung untuk menggunakannya. Sedangkan untuk versi PHP yang dapat digunakan adalah yang versi 5.3+.

Langkah 1 – Instalasi

Proses instalasi sama dengan proses instalasi plugin pada umumnya akses ke halaman WP Admin -> Plugin -> Add New -> Search (W3 Total Cache) -> Install Now -> Activate Plugin.

Langkah 2 – Setting W3 Total Cache

Berikut ini adalah panduan setting W3 Total Cache. Anda dapat menyesuaikan pengaturan dengan kondisi yang ada pada situs web yang sedang dikelola.

  • 1. General Setting

Halaman ini berisi semua pengaturan singkat fitur W3 Total Cache. Pengaturan tingkat lanjut untuk setiap opsi dapat dilakukan di halaman yang lain.

Tab General – Anda dapat mengaktifkan fitur ini untuk mengaktifkan preview-mode. Kegunaannya untuk mengetes skenario konfigurasi sebelum ditampilkan pada situs web aktif.

Page Cache – Tab ini digunakan untuk mengaktifkan caching-pages. Kegunaannya adalah untuk menurunkan response-time situs web. Pada “Page Cache Method” menyesuaikan dengan server yang digunakan (shared hosting atau dedicated).

Minify – Pengaturan minify, database, dan object cache sudah disesuaikan sejak pertama kali plugin diinstal. Perlu diingat bahwa jika Anda sudah menggunakan Cloudflare maka Tidak perlu mengisi checkbox Minify, dikarenakan Cloudflare sudah menanganinya.

Opcode Cache – Jika fitur ini diaktifkan maka setiap permintaan file akan memperbarui cache ke versi yang terbaru. Opcode Cache merupakan cache PHP yang disimpan di dalam memori server.

Database CacheAnda dapat membiarkan pengaturan ini non-aktif, apalagi jika server yang digunakan adalah shared-hosting. Bisa tidak mempercepat, malah dapat memperlambat kinerja dari situs web.

Object Cache – Sama halnya dengan pengaturan cache-database, perlu berhati-hati dalam menentukan apakah object-cache harus diaktifkan atau tidak. Direkomendasikan tetap menggunakan pengaturan yang standar.

Browser cache – Saat fitur ini diaktifkan maka pengunjung akan menerima cache situs web di dalam browser. Mengaktifkan fitur ini dapat meringankan beban server dan mempersingkat waktu pengambilan file.

CDN – Bagian ini digunakan untuk menampilkan pengaturan Content Delivery Network (CDN). Penggunaan CDN dapat menyesuaikan dengan kebutuhan situs web, seperti MaxCDN atau Cloudflare.

Reverse Proxy – Penggunaan reverse-proxy dibutuhkan saat ingin menangani atau mengukur skala ke server sebelum ditangani oleh WordPress. Server yang ditawarkan adalah menggunakan Varnish Server.

Fragment caching – Fragment caching mengambil keluaran dari code-block dan menyimpannya dalam waktu yang sudah ditentukan.

Monitoring – Relic merupakan aplikasi yang dapat mengidentifikasi dan menyelesaikan permasalahan kinerja pada situs web. Relic akan memantau dan mengumpulkan data bisnis.

Licensing – Masukkan lisensi untuk menggunakan Versi Pro W3 Total Cache.

Miscellaneous – Bagian ini tidak perlu dilakukan perubahan, cukup menggunakan konfigurasi yang sudah diatur dari awal proses instalasi.

Debug – Informasi detail mengenai setiap cache akan ditambahkan pada komentar HTML di dalam source code. Kinerja mungkin saja tidak akan optimal sehingga perlu dinonaktifkan jika sudah tidak digunakan.

Import/Export Setting – Jika sebelumnya sudah mempunyai file konfigurasi W3 Total Cache gunakan fitur ini untuk melakukan restore.

  • 2. Page Cache

  • 3. Minify

Pengaturan Minify tidak akan kita bahas dikarenakan akan lebih baik jika menggunakan pengaturan yang sudah direkomendasikan pada saat pertama kali menginstal plugin. Selain itu, situs web yang menggunakan CDN tidak perlu melakukan pengaturan lagi.

  • 4. Database Cache

Pengaturan Database Cache tidak perlu diubah dan tetap saja menggunakan pengaturan yang sudah direkomendasikan.

  • 5. Object Cache

Pengaturan Object Cache tidak perlu diubah dan tetap saja menggunakan pengaturan yang sudah direkomendasikan.

  • 6. Browser Cache

Pada tab Browser Cache bagian yang perlu mendapatkan perhatian lebih adalah pada bagian General. Selain itu berikan checkbox pada pilihan “Security Header” -> “HTTP Strict Transport Security policy”.

Di bawah adalah pengaturan yang ada di bagian General di Browser Cache.

  • 7. CDN

Pada pengaturan CDN tidak ada perubahan yang perlu dilakukan. Sedangkan jika ingin menggunakan MaxCDN dapat mengisi checkbox di bagian “Enable” dan memberikan API untuk menghubungkannya dengan CDN. Sedangkan untuk menggunakan CDN Cloudflare nanti akan dijelaskan di bagian Extensions.

  • 8. Fragment Cache

Fragmen cache merupakan fitur tingkat lanjut dan memerlukan kemampuan coding untuk mengkonfigurasinya.

  • 9. Monitoring

Tidak ada yang perlu dilakukan perubahan pada tab ini kecuali jika ingin menambahkan New Relic di dalamnya.

  • 10. Extensions

Nah pada bagian ini dapat dikonfigurasi untuk menginstal fitur tambahan, seperti Cloudflare. Dapat juga untuk mengaktifkan dan menonaktifkan fitur yang tersedia bersama W3 Total Cache.

  • 10. Cloudflare

Bagian terakhir dari cara setting W3 Total Cache adalah pengaturan pada Cloudflare.

Agar dapat terhubung dengan Cloudflare, setelah melakukan proses instalasi melalui Ekstension masih ada beberapa langkah yang perlu dilakukan.

Masuk ke dalam pengaturan “Cloudflare” -> “Settings”. Di dalam pengaturan ini masukkan specify account credentials dan zone. Perlu mendapatkan Kode API Cloudflare untuk mengkonfigurasi. API dapat dilihat melalui bagian Profile di halaman Cloudflare.

Baca Juga: LiteSpeed Cache vs WP Super Cache vs WP Rocket vs W3 Total Cache: Mana yang Lebih Baik?  

Pengecekan Kecepatan

Setelah mengikuti panduan cara setting W3 Total Cache di atas, maka langkah yang terakhir adalah melakukan pengecekan. Kami menyarankan menggunakan beberapa tools di bawah ini.

  1. Google Page Speed
  2. WebPagetest
  3. Pingdom
  4. DynaTrace (formerly Gomez) Performance Test

Kesimpulan

Sekarang Anda sudah mengetahui cara setting W3 Total Cache dan sedikit informasi mengenai cache. Setidaknya setelah ini dapat menentukan apakah plugin ini cocok untuk situs web yang sedang dikembangkan atau tidak.

Singkatnya, dengan mengikuti panduan cara setting W3 Total Cache dapat memberikan beberapa pemilihan konfigurasi yang menarik untuk dicoba. Pengguna dapat menyesuaikan dengan kebutuhan situs web miliknya. Setidaknya ada 10 halaman pengaturan yang dapat diatur, termasuk di dalamnya untuk mengatur proses caching pada situs web.

Kami memberikan sedikit informasi tambahan di bawah ini yang mungkin saja Anda membutuhkannya untuk mengembangkan situs web atau sekedar memahami lebih lanjut mengenai cache di situs web.

  • Cara Setting WP Super Cache Agar Website Lebih Ngebut
  • Cara Menghapus Cache WordPress
  • Cara Hapus Cache Browser

Share

Yasin K Follow Yasin K is a Technical Content Writer for Niagahoster Blog. Other words are unimportant things you will never need to know. Let the content speak for itself :)

Subscribe Sekarang

Dapatkan beragam artikel tutorial, insight dan tips menarik seputar dunia online langsung melalui email Anda. Subscribe sekarang dan raih kesuksesan bersama kami!

Bagaimana cara kerja web cache?

Berikut cara kerja web cache:.
Saat Anda membuka situs, fungsi web cache akan mengumpulkan semua data website, mengubahnya menjadi file HTML, lalu membukanya di browser Anda..
Pada kali berikutnya Anda membuka website tersebut, cache akan memuat salinan yang sudah disimpan..

Apa itu page caching?

Cached page adalah copy atau salinan dari halaman website yang disimpan sementara. Tempat penyimpanannya sendiri dinamakan cache. Proses penyimpanan data ini dinamakan caching. Tujuan dari caching sendiri adalah untuk menyimpan file-file dari suatu halaman untuk meningkatkan performa pengambilan data.

Mengapa cache diperlukan?

Fungsi Cache Memory Menyimpan sementara instruksi dan data yang sering digunakan untuk pemrosesan yang lebih cepat oleh CPU komputer. Mengurangi waktu yang dibutuhkan CPU untuk menemukan dan memproses data yang tersimpan di dalamnya.

Apa yang dimaksud cache pada web proxy?

4. Caching Proxy server juga berfungsi untuk caching. Artinya, data sementara dari aktivitas internet akan disimpan di server. Jadi ketika Anda ingin mengakses data itu lagi, proxy server akan memberikan data yang sudah disimpan sebelumnya.

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA