Cerita tentang Hari Raya Idul Fitri untuk anak SD

BerandaKisahCerita Idul Adha: Lebaran Plus Liburan, Serunya Double

Selasa, Juli 19, 2022

Cerita tentang Hari Raya Idul Fitri untuk anak SD

Oleh: Toto Ihsan

Lebaran Idul Adha tahun ini berlangsung saat liburan sekolah. Kalau tidak ada acara liburan ke luar kota, gak perlu jadi gabut. 

Contohnya ini:

Anak-anak di lingkungan DPC PKS Bekasi Timur, ada acara silaturahim yang seru. Yang ikutan anak-anak seumuran SD - SMP. 

Tujuan acara yang diselenggarakan pada Selasa (12/07/2022) itu adalah agar terjalin silaturahim diantara anak-anak.  

Memang ada diantara mereka yang sudah rutin bertemu dalam silaturahim bulanan, tapi ada juga wajah-wajah segar yang baru bergabung. 

Acara seru ini ngajaknya pake judul "Nyate bareng yuuk...asyik deh!" Memang asyik nyatanya. Ada sate (daging) kambing. Ada sate (daging) sapi. Dan yang paling dicari adalah sate sosis! 

Tapi ternyata keseruannya bukan cuma nyate. 

Sebelum acara nyate, ada acara nobar. 

Yang diputar film yang menghibur tapi juga mendidik. Ada kisah Nabi Yunus AS, Nabi Musa AS, dan sudah pasti kisah Nabi Ibrahim AS.

Cerita tentang Hari Raya Idul Fitri untuk anak SD

Keseruan acara ini ditambah lagi dengan kuis dadakan yang diberikan oleh Ketua BPKK DPC PKS Bekasi Timur, Ibu Dra. Hj. Neneng Arfiani HR  S.Th.I. 

Ada doorprize berupa uang tunai yang beliau berikan kepada peserta yang bisa menjawab pertanyaan. 

Bahkan para bunda dan panitianya juga kebagian kesempatan mendapat doorprize. 

Sofiah Afiqah (7 tahun), salah seorang peserta, mengatakan, acara ini seru. Sewaktu ditanya lebih lanjut, bagian mana yang paling seru, tanpa ragu bocah berpipi bulat ini menjawab, "Makan sate!"

Keseruan acara seperti ini, menurut Ustadz Wawan dari pembina panitia, akan dilanjutkan dengan acara-acara lain yang tidak kalah seru. Yang sedang dirancang saat ini adalah tur ke museum. Mudah-mudahan acara ini bisa dilaksanakan dalam waktu dekat.

Nah, kalau ada ajakan acara seru lagi, pasti mau ikutan, kan? 

Serangan wabah Corona Virus Desease 2019 (COVID-19) sejak bulan Maret 2020 hingga hari ini (27/5) masih belum reda. Waktu yang panjang ini telah mengubah segala rencana dan tatanan kehidupan masyarakat Indonesia. Penerapan Work From Home (WFH) yang terus diperpanjang, sampai dengan bulan Ramadan tanpa salat Tarawih dan Idul Fitri berjamaah di masjid atau tanah lapang, hanya berdiam diri di rumah, segala gerakan terbatas hanya dalam rumah, dan tidak ada silaturahmi atau berpelukan dengan keluarga, hening, sepi di rumah saja di hari raya.

Protokol kesehatan pemutus mata rantai penyebaran virus ini membatasi gerak semua orang, hanya berada di rumah saja,  jika terpaksa harus keluar rumah maka harus memakai masker, menjaga jarak,  mencuci tangan dengan sabun, sambil tetap selalu menjaga imun tubuh. Di rumah saja sepanjang hari terbatas bersosialisasi, bahkan ada beberapa diantaranya mungkin hanya berada di kamar kos seorang diri. Beruntung dalam genggaman masih ada handphone atau gadget lainnya yang menjadi sarana untuk tetap dapat menghubungkan komunikasi dengan sanak, saudara, teman dan keluarga, bahkan juga untuk tetap dapat melaksanakan tugas-tugas dari kantor.

Hal yang semakin berat adalah ketika bulan Ramadan tiba, suasana Ramadan yang selalu dirindukan untuk mengais pahala, saatnya untuk bercengkerama, bersilaturahmi dengan para tetangga, lingkungan dan teman kerja, ngabuburit sekadar mencari angin pada sore hari, semua hal tersebut tidak terwujud tahun ini.

Ketika pertengahan bulan Ramadan pemerintah berkali-kali mengimbau untuk tidak mudik bukan tanpa alasan, angka positif tertular Covid-19 masih bertambah. Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah belum mampu menekan penyebaran virus tersebut, ditambah ulah sebagian masyarakat yang membandel tidak mengindahkan anjuran pemerintah untuk menerapkan protokol kesehatan.

Sampai akhirnya sampai pada hari puasa terakhir di bulan Ramadan, kembali pupus keinginan untuk mudik, berkunjung ke kampung halaman, melepas rindu ke sanak keluarga, dan sungkem pada orang tua. Perjalanan panjang mudik ke kampung halaman masing-masing yang telah menjadi tradisi masyarakat bertahun-tahun sementara harus dilupakan.

Ketika takbir bergema dari langgar, masjid atau musala, bagi mereka yang berada di kamar indekos atau asrama, mungkin air mata yang akan berbicara, teringat ibu-bapak, istri, suami, anak dan handai tolan. Sejenak terpikir kenapa kita hanya berdiam di rumah atau tetap tinggal di kamar indekos? Kenapa tidak mudik? Apakah karena kita takut kepada kepala kantor, toh hari libur, kepala kantor tidak akan menanyakan dimana kita berada, apakah takut kepada pimpinan kita sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN)? Nyatanya masih banyak peluang, kita bisa mudik, bisa pulang ke rumah, banyak yang lolos dari penjagaan polisi di titik-titik/poin pemeriksaan, apalagi saat ini penjagaan telah mulai dilonggarkan.

Namun demikian kita memilih untuk tetap di rumah bukan dikarenakan takut kepada pemerintah. Tidak mencoba untuk mudik bukan karena takut kepada kepala kantor atau pejabat lainnya, tetapi karena kita, jajaran Kementerian Keuangan adalah pribadi yang berintegritas, cerdas, dan memiliki tanggung jawab yang tinggi, serta bermartabat.

Sebagai manusia yang beriman tentunya kita dapat berpikir kenapa Tuhan YME menurunkan wabah ini saat bulan Ramadan, berbaik sangka kepada Tuhan YME pasti ada hikmahnya. Jika tahun ini kita tidak bisa menikmati bulan Ramadan, tidak dapat melaksanakan salat Tarawih dan salat Idul Fitri berjamaah di masjid tentunya ada juga hikmah di baliknya, dan jika kita memang tidak bisa pulang kampung tahun ini, toh tahun-tahun yang lalu kita telah melakukannya, dan insya Allah tahun yang akan datang rutinitas tersebut dapat kita lakukan.

Sebagai salah satu bentuk bakti dan sayang kepada sanak keluarga di rumah dan kampung halaman adalah berdiam diri di rumah dan bersilaturahmi dengan memanfaatkan teknologi, karena sesungguhnya kita tidak tahu apakah kita terbebas dari virus tersebut yang akan menularkan kepada mereka yang mungkin kita dapatkan di perjalanan atau dimanapun, kita tidak pernah tahu.

Apalah kita ini hanyalah seorang hamba yang lemah, segala kuasa ada di tangan-Nya, hanya doa semoga kita dapat lolos dari keadaan ini dengan baik, tetap sehat, panjang umur menuju keadaan yang kembali normal, sebagai pemenang. Mari bersabar dan berlapang dada menerima segala takdir dengan ikhlas.

Namun, jika dipikirkan lebih jauh, bila kita bisa melewati masa sulit ini, maka semua itu akan menjadi kenangan dan cerita yang indah untuk dibagikan kepada anak, cucu, dan generasi penerus di masa datang.Oleh karenanya mari berdoa semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberi kita kekuatan iman dan kekuatan fisik agar kita dapat melewatinya dengan baik dan merayakan hari raya Idul Fitri dengan senyuman, walau tentunya di dalam kesederhanaan.

Taqabbalallahu minna wa minkum, selamat hari raya Idul Fitri 1441 H.

Minal aidin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin.

Teks: Asnul KPKNL Bekasi