Ceritakan pengalaman kamu, apabila kamu pernah berhasil mengalahkan KEBENCIAN dengan cinta kasih

>

Cinta Kasih yang Mengubah dan Mendamaikan - Dr. Martin Luther King, Jr., adalah seorang pendeta Gereja Baptis yang berkulit hitam dari Amerika Serikat. Ia pernah berkata, “Kegelapan tidak dapat mengusir kegelapan; hanya terang yang dapat melakukannya. Kebencian tidak dapat mengusir kebencian; hanya cinta kasih yang dapat melakukannya.”
King adalah seorang tokoh pemimpin perjuangan hak-hak sipil masyarakat kulit hitam di AS. Ia berulang kali mendapatkan ancaman pembunuhan. Rumahnya beberapa kali dibom. Namun demikian, King tetap bersiteguh dalam perjuangannya tanpa menggunakan kekerasan. Akhirnya King sendiri ditembak mati oleh orang yang tidak mau mengakui bahwa orang kulit hitam pada hakikatnya sederajat dengan orang kulit putih. Pada 4 April 1968, pada sekitar pukul 18, King ditembak di balkon sebuah hotel di Memphis, Tennessee, AS. Malam sebelumnya, King menyampaikan pidatonya dan ia berkata demikian: Lalu aku pergi ke Memphis. Dan beberapa orang mengatakan bahwa ada ancaman, atau ada yang akan mengancam kami. Apa yang akan terjadi atas diriku dari beberapa saudara kita kulit putih yang sakit jiwa? Yah, aku tidak tahu apa yang akan terjadi sekarang. Kita akan menghadapi hari-hari yang berat ke depan. Tapi itu tidak menjadi masalah bagiku sekarang. Karena aku telah tiba di puncak gunung. Dan aku tidak peduli. Seperti setiap orang lain, aku ingin hidup lama. Usia panjang tentu disukai orang. Tapi aku tidak peduli akan hal itu sekarang. Aku hanya ingin melakukan kehendak Allah.

Ceritakan pengalaman kamu, apabila kamu pernah berhasil mengalahkan KEBENCIAN dengan cinta kasih
Cinta Kasih yang Mengubah dan Mendamaikan
Dan Ia telah mengizinkan aku naik ke puncak gunung. Dan aku memandang ke seberang sana. Dan aku telah melihat negeri perjanjian. Mungkin saja aku tidak akan mencapainya bersama-sama kalian. Namun aku ingin mengatakan kepada kalian malam ini, bahwa kita, sebagai satu bangsa, akan tiba ke negeri perjanjian itu. Karena itu aku bahagia malam ini. Aku tidak takut akan apapun. Aku tidak takut kepada siapapun. Mataku telah melihat Tuhan yang sedang datang.

Apa yang dikatakan oleh King menunjukkan keberanian yang luar biasa. King telah merasakan kasih Yesus Kristus di dalam hidupnya. Karena cinta kasih Kristus itulah, ia pun belajar untuk mengasihi orang-orang yang membenci dirinya. King membandingkan dirinya dengan Musa yang dibawa Allah ke puncak gunung untuk melihat negeri perjanjian (Ul. 34:1-4). Dengan mata imannya, King percaya bahwa negeri perjanjian – sebuah negara yang tidak membeda-bedakan warna kulit warga negaranya – sudah terbentang di depan. Perjuangan bangsanya sudah hampir tiba pada tujuannya. Kita tahu itu ketika Barrack Obama terpilih sebagai orang kulit hitam pertama yang menjadi presiden Amerika Serikat.

Dari kata-katanya di atas, tampak bahwa King paham benar apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus

Mat: 44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. 

45 Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. 

46 Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? (Mat. 5:44-46)

Bagaimana pendapat kamu tentang pernyataan ini? Coba diskusikan dengan teman-teman kamu. Ceritakan pengalaman kamu, apabila kamu pernah berhasil mengalahkan kebencian dengan cinta kasih. Dalam Roma 12:9-21, Rasul Paulus mengajarkan apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus, yaitu mengatasi kemarahan dengan kasih. Paulus mengatakan, Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya. Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan (Rm. 12:20-21). Menurut kamu, apakah arti ayat-ayat di atas? Sebuah organisasi di Kanada, Peace it Together, dibentuk pada Januari 2004 dengan maksud untuk mengadakan kamp selama tiga minggu untuk remaja Palestina, Israel, dan Kanada. Kamp itu berisi kegiatan seni gabungan, pembangunan tim dan latihan dialog, kegiatan di udara terbuka, dan berbagai upaya kreatif untuk memungkinkan para pesertanya untuk saling bersahabat, membangun kecakapan berkomunikasi dan cara baru dalam mendengarkan orang lain, menantang pandangan-pandangan lama yang dianggap memang sudah semestinya demikian (stereotip), serta membangun rasa welas kasih terhadap “musuh” mereka. Program ini melibatkan sebuah perusahaan film dan televisi, sebuah perusahaan yang biasa melakukan pendidikan pengembangan dan penggunaan media di Kanada dan bisa mengajarkan orang membuat film dalam seminggu. Pada musim panas 2006, 10 remaja Israel, 10 remaja Palestina, dan 9 remaja Kanada diundang untuk ikut serta dalam sebuah dialog yang intensif. Lalu mereka dibagi-bagi dalam kelompok kecil untuk membuat film-film pendek tentang konflik Israel-Palestina. Seorang remaja Palestina mengisahkan kesannya demikian, “Sebagai seorang Palestina di Peace it Together, saya tertolong dalam menentukan peranan saya. Saya terus berbagi tentang film kami, sambil terus mengisahkan kisah-kisah kami. Sementara saya menoleh ke belakang dan mengenang semua ingatan yang kami miliki, saya terheran-heran ketika saya menemukan betapa kami mempercayai satu sama lain, meskipun kami menghadapi berbagai tantangan. Semua dukungan yang telah kami terima setelah kembali, telah menolong visi perdamaian kami untuk semakin terbuka. Kamp musim panas ini barulah awal. Kami semua berada di sini bersama-sama.”

Sementara itu, seorang peserta dari Israel memberikan pandangannya sendiri, “Peace it Together adalah titik awal saya sebagai seorang aktivis. Sejak itu, saya semakin terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang terkait dengan konflik bangsaku. Setelah menoleh ke belakang, pilihan saya untuk ikut serta dalam Peace it Together ternyata adalah sebuah keputusan yang sangat penting. Peace it Together adalah langkah saya yang pertama, dan ini sebuah langkah yang sangat penting artinya.”

Film yang dibuat oleh para peserta ini sudah diputar di lebih dari 100 lokakarya yang disaksikan oleh ribuan orang di Israel, Palestina, dan Kanada. Lebih dari 60% penonton Israel dan Palestina mengatakan bahwa mereka ingin mengenal lebih jauh tentang “pihak sana”, setelah menonton film-film Peace it Together. Sementara itu, 75% penonton Kanada mengatakan bahwa film-film itu menolong mereka untuk lebih memahami aspek-aspek dari konflik Israel-Palestina.

Sebuah pengalaman serupa juga pernah dialami sejumlah remaja dari Poso dan Ambon, dua daerah yang pernah dilanda konflik yang hebat belum lama ini.

Pada tahun 2009, di di SAV Puskat, Sinduharjo, Sleman, masing-masing daerah (Maluku dan Poso) mengirimkan 20 pelajar SMA dan 5 orang pendamping. Mereka mengadakan perkemahan dengan pola pembelajaran aktif-partisipatif, proses belajar bersama di antara sesama peserta dan kegiatan outbound (lintas alam). Tema kegiatan ini adalah “Belajar Bersama di Kalangan Remaja untuk Membangun Masa Depan yang Damai di Maluku dan di Poso”.

Perkemahan ini dimaksudkan untuk mengatasi trauma yang disebabkan oleh konflik di kedua daerah itu, terutama di kalangan remaja yang mengalami dan menyaksikan apa yang terjadi, bahkan juga terlibat dalam konflik tersebut. Selain itu, peserta juga belajar tentang perkembangan dan perubahan konteks sosial budaya di masyarakat yang memberikan dampak buruk bagi gaya hidup para remaja. Juga mereka belajar tentang bahaya pergaulan bebas, narkotika, HIV/AIDS, dan tawuran. Di perkemahan ini mereka diwajibkan untuk saling menghormati, saling menghargai, saling berinteraksi. Peserta juga untuk belajar membangun rasa percaya diri dan percaya kepada orang lain demi membangun dan mengembangkan masa depan bersama mereka yang lebih baik dengan jujur dan tanggung jawab. Perkemahan remaja antariman yang dilaksanakan oleh Interfidei bekerjasama dengan Kedutaan Selandia Baru di Indonesia dan PTD/UNDP Maluku dan Poso. Pengalaman ini menarik, bukan? Cinta kasih, saling pengertian, dialog, kesediaan untuk mendengar, menolong pihak-pihak yang bertikai dan berkonflik untuk saling mengerti dan kemudian memadamkan api permusuhan dan kebencian. Cinta kasih adalah kekuatan yang sangat dahsyat. Karena itu tidak mengherankan apabila ternyata begitu banyak agama di dunia justru mengajarkan manusia untuk saling mencintai dan mengasihi. Sayangnya banyak orang yang tidak memahaminya, dan karena itu seringkali lebih suka mengambil jalan pintas untuk menghasilkan perubahan, misalnya dengan kekerasan. Dalam pelajaran ini kita belajar bahwa cinta kasih, kesediaan untuk berkorban, pengampunan, justru bisa memadamkan api kebencian dan permusuhan. Sebagai remaja kita perlu belajar bagaimana mengembangkan cinta kasih di dalam hidup kita sehari-hari dan menunjukkannya bahkan kepada orang-orang yang memusuhi dan membenci kita.

Sekian pembahasan mengenai Cinta Kasih yang Mengubah dan Mendamaikan semoga dapat membantu kalian dalam belajar.

49 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Matius 5:44-46 Bagaimana pendapat kamu tentang pernyataan ini? Coba diskusikan dengan teman-teman kamu. Ceritakan pengalaman kamu, apabila kamu pernah berhasil mengalahkan kebencian dengan cinta kasih. … … … … … … . … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …

E. Cinta Kasih yang Memadamkan Api Permusuhan

Dalam Roma 12:9-21, Rasul Paulus mengajarkan apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus, yaitu mengatasi kemarahan dengan kasih. Paulus mengatakan, Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya. Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan Roma 12:20-21. Menurut kamu, apakah arti ayat-ayat di atas? Sebuah organisasi di Kanada, Peace it Together, dibentuk pada Januari 2004 dengan maksud untuk mengadakan kamp selama tiga minggu untuk remaja Palestina, Israel, dan Kanada. Kamp itu berisi kegiatan seni gabungan, pembangunan tim dan latihan dialog, kegiatan di udara terbuka, dan berbagai upaya kreatif untuk memungkinkan para pesertanya untuk saling bersahabat, membangun kecakapan berkomunikasi dan cara baru dalam mendengarkan orang lain, menantang pandangan-pandangan lama yang dianggap memang sudah semestinya demikian stereotip, serta membangun rasa welas kasih terhadap “musuh” mereka. Program ini melibatkan sebuah perusahaan ilm dan televisi, sebuah perusahaan yang biasa melakukan pendidikan pengembangan dan penggunaan media di Kanada dan bisa mengajarkan orang membuat ilm dalam seminggu. Pada musim panas 2006, 10 remaja Israel, 10 remaja Palestina, dan 9 remaja Kanada diundang untuk ikut serta dalam sebuah dialog yang intensif. Lalu mereka dibagi-bagi dalam kelompok kecil untuk membuat ilm-ilm pendek tentang konlik Israel-Palestina. 50 Kelas X SMASMK Seorang remaja Palestina mengisahkan kesannya demikian, “Sebagai seorang Palestina di Peace it Together, saya tertolong dalam menentukan peranan saya. Saya terus berbagi tentang ilm kami, sambil terus mengisahkan kisah-kisah kami. Sementara saya menoleh ke belakang dan mengenang semua ingatan yang kami miliki, saya terheran-heran ketika saya menemukan betapa kami mempercayai satu sama lain, meskipun kami menghadapi berbagai tantangan. Semua dukungan yang telah kami terima setelah kembali, telah menolong visi perdamaian kami untuk semakin terbuka. Kamp musim panas ini barulah awal. Kami semua berada di sini bersama-sama.” Sementara itu, seorang peserta dari Israel memberikan pandangannya sendiri, “Peace it Together adalah titik awal saya sebagai seorang aktivis. Sejak itu, saya semakin terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang terkait dengan konlik bangsaku. Setelah menoleh ke belakang, pilihan saya untuk ikut serta dalam Peace it Together ternyata adalah sebuah keputusan yang sangat penting. Peace it Together adalah langkah saya yang pertama, dan ini sebuah langkah yang sangat penting artinya.” Film yang dibuat oleh para peserta ini sudah diputar di lebih dari 100 lokakarya yang disaksikan oleh ribuan orang di Israel, Palestina, dan Kanada. Lebih dari 60 penonton Israel dan Palestina mengatakan bahwa mereka ingin mengenal lebih jauh tentang “pihak sana”, setelah menonton ilm-ilm Peace it Together. Sementara itu, 75 penonton Kanada mengatakan bahwa ilm-ilm itu menolong mereka untuk lebih memahami aspek-aspek dari konlik Israel- Palestina. Sebuah pengalaman serupa juga pernah dialami sejumlah remaja dari Poso dan Ambon, dua daerah yang pernah dilanda konlik yang hebat belum lama ini. Pada tahun 2009, di di SAV Puskat, Sinduharjo, Sleman, masing- masing daerah Maluku dan Poso mengirimkan 20 pelajar SMA dan 5 orang pendamping. Mereka mengadakan perkemahan dengan pola pembelajaran aktif-partisipatif, proses belajar bersama di antara sesama peserta dan kegiatan outbound lintas alam. Tema kegiatan ini adalah “Belajar Bersama di Kalangan Remaja untuk Membangun Masa Depan yang Damai di Maluku dan di Poso”. Sumber: Souciant, http:souciant.com201202 netanyahus-new-friends Gambar4.4 Remaja Muslim Palestina dan Yahudi Israel bergaul akrab-dari program Peace it Together. 51 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Perkemahan ini dimaksudkan untuk mengatasi trauma yang disebabkan oleh konlik di kedua daerah itu, terutama di kalangan remaja yang mengalami dan menyaksikan apa yang terjadi, bahkan juga terlibat dalam konlik tersebut. Selain itu, peserta juga belajar tentang perkembangan dan perubahan konteks sosial budaya di masyarakat yang memberikan dampak buruk bagi gaya hidup para remaja. Juga mereka belajar tentang bahaya pergaulan bebas, narkotika, HIVAIDS, dan tawuran. Di perkemahan ini mereka diwajibkan untuk saling menghormati, saling menghargai, dan saling berinteraksi. Peserta juga untuk belajar membangun rasa percaya diri dan percaya kepada orang lain demi membangun dan mengembangkan masa depan bersama mereka yang lebih baik dengan jujur dan tanggung jawab. Perkemahan remaja antariman yang dilaksanakan oleh Interidei bekerja sama dengan Kedutaan Selandia Baru di Indonesia dan PTDUNDP Maluku dan Poso. Pengalaman ini menarik, bukan? Cinta kasih, saling pengertian, dialog, kesediaan untuk mendengar, menolong pihak-pihak yang bertikai dan berkonlik untuk saling mengerti dan kemudian memadamkan api permusuhan dan kebencian. D i s k u s i 1. Ceritakan pengalaman kamu yang terindah ketika merasakan cinta kasih seseorang – ayah, ibu, kakek, nenek? 2. Adakah pengalaman cinta kasih kamu yang mengubah jalan hidupmu? Kalau ada, coba ceritakan kepada teman-teman kamu. 3. Dr. Martin Luther King, Jr., mengatakan, “Kegelapan tidak dapat mengusir kegelapan; hanya terang yang dapat melakukannya. Kebencian tidak dapat mengusir kebencian; hanya cinta kasih yang dapat melakukannya.” Apakah kamu setuju dengan kata-katanya ini? Kalau ya, mengapa? Kalau tidak, coba jelaskan alasanmu 4. Ada banyak orang yang tidak suka terhadap orang yang berbuat kebaikan. Coba berikan contoh-contohnya. Jelaskan pula bagaimana mereka yang diperlakukan dengan kejahatan itu membalasnya. Apakah dengan kekerasan atau tanpa menggunakan kekerasan? Menurut kamu, manakah yang paling cocok dengan ajaran Yesus Kristus? 5. Menurut kamu, kelompok orang manakah yang paling sulit kamu atau remaja gereja kamu kasihi? Mengapa demikian? 6. Berdasarkan jawaban di atas, susunlah sebuah langkah-langkah kegiatan untuk menunjukkan bagaimana kamu bisa mengasihi orang atau kelompok yang selama ini kamu rasakan paling sulit untuk dikasihi. 52 Kelas X SMASMK

F. Rangkuman