Contoh manakah yang tidak menyerupai cara kerja mesin dialisis

bantu jawab jangan ngasal kalau benar saya jadikan jawaban tercedas ya pakai penjelasanyg pintar ipa​

bantu jawab jangan ngasal kalau benar saya jadikan jawaban tercedas ya pakai penjelasanyg pintar ipa​

tuliskan perbedaan benda cair ​

Suatu daerah mengalami masalah karena muncul wabah flu burung yang merenggut beberapa korban jiwa. Pemerintah segera membentuk tim ilmuwan untuk membu … at program penanganan yang tepat bagi para korban penyakit ini di rumah sakit. Berikut ini daftar beberapa ilmuwan di daerah tersebut yang kompeten di bidangnya: 1. Prof. Hasep, seorang ahli di bidang ornitologi (ilmu unggas) 2. dr. Ridwan, seorang ahli patologi manusia 3. Dr. Ulul, seorang pakar di bidang virologi 4. Prof.Dr.Ir. Yoga, seorang pakar di bidang sanitasi lingkungan 5. Prof. Kholifah, Ph.D., seorang ahli taksonomi mikroba.   Apabila pemerintah hanya boleh memilih dua ilmuwan yang paling dibutuhkan untuk mencapai tujuan program, maka yang paling tepat dipilih adalah tokoh nomor …. ​

ciri khusus onta pliss, bingung nih​

selain vitamin neurotropik apakah vitamin lainnya seperti A,B,C,D, memiliki peran juga untuk mengatasi gangguan neurologis

fungsi mata tunggal pada serangga​

bantu jawab jangan ngasal kalau benar saya jadikan jawaban tercedas yapakai penjelasanyg pintar ipa​

Contoh Makhluk hidup yang tidak bersifat parasit adalah...a. Cacing perutb. Kutu rambutc. Anggrekd Benalu​

bantu jawab jangan ngasal kalau benar saya jadikan jawaban tercedas ya pakai penjelasanyg pintar ipa​

Ada satu metode alternatif selain hemodialisis yang dapat digunakan dalam proses cuci darah. Namanya adalah CAPD. Pada metode ini, selang bukan dipasang di lengan, melainkan di rongga perut.

Ginjal berfungsi untuk menyaring zat-zat sisa di dalam darah dan membuangnya melalui urine. Ketika ginjal gagal untuk melakukan fungsinya, zat-zat sisa akan menumpuk di dalam tubuh dan menimbulkan efek yang berbahaya. Agar hal tersebut tidak terjadi, penderita gagal ginjal memerlukan bantuan untuk menyaring zat-zat sisa dari darah. Proses penyaringan ini disebut sebagai dialisis.

Contoh manakah yang tidak menyerupai cara kerja mesin dialisis

Dialisis bisa dilakukan dengan dua metode, yaitu hemodialisis (cuci darah) dan dialisis peritoneal (cuci darah lewat perut). Metode yang kedua inilah yang disebut CAPD.

Cara Kerja CAPD

CAPD (continuous ambulatory peritoneal dialysis) diawali dengan pembuatan sebuah lubang kecil di dekat pusar pasien oleh dokter bedah. Lubang kecil ini berguna untuk memasukkan selang (kateter) ke dalam rongga perut (rongga peritoneum). Kateter akan dibiarkan berada di rongga perut agar pasien dapat melakukan proses dialisis sendiri. Begini alurnya:

  • Setiap kali hendak melakukan cuci darah, pasien gagal ginjal harus menghubungkan kantong berisi cairan dialisat baru ke kateter dan menunggu sampai cairan tersebut mengisi rongga perutnya.
  • Cairan dialisat kemudian dibiarkan di dalam rongga perut selama beberapa jam. Ketika darah melewati pembuluh darah di peritoneum, zat-zat sisa dari darah tersebut akan diserap oleh cairan dialisat ini.
  • Cairan dialisat yang sudah tercampur dengan zat-zat sisa akan dialirkan keluar melalui perut ke kantong lain yang kosong.

Proses ini harus dilakukan oleh pasien sekitar 4 kali per hari. Masing-masing proses pertukaran cairan biasanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit.

Keunggulan CAPD

Dibandingkan dengan hemodialisis, CAPD memiliki beberapa kelebihan, di antaranya adalah:

1. Pasien gagal ginjal tidak perlu bolak-balik ke rumah sakit

Pasien yang menjalani hemodialisis biasanya perlu berkunjung minimal tiga kali ke rumah sakit atau klinik setiap minggunya. Masing-masing kunjungan membutuhkan waktu sekitar 4 jam untuk proses hemodialisis. CAPD dapat dilakukan sendiri di rumah tanpa membutuhkan mesin hemodialisis, maka pasien tidak perlu rutin berkunjung ke rumah sakit atau klinik untuk cuci darah.

2. Peralatan yang digunakan untuk CAPD bersifat portabel (mudah dibawa)

Peralatan CAPD biasanya hanya berupa kantong cairan dialisat, klip, dan kateter untuk mengalirkan cairan dialisat ke dalam rongga perut. Karena mudah dibawa, CAPD memungkinkan penggunanya lebih leluasa bepergian. CAPD juga lebih mudah digunakan oleh pasien yang tinggal jauh dari rumah sakit atau fasilitas kesehatan.

3. Larangan atau batasan makanan pengguna CAPD lebih sedikit

Karena proses cuci darah dengan CAPD dilakukan setiap hari dan bukan hanya tiga kali per minggu, pengguna CAPD umumnya akan memiliki risiko lebih kecil mengalami akumulasi atau penumpukan kalium, natrium, dan cairan. Hal ini menyebabkan pengguna CAPD bisa lebih fleksibel dalam mengatur asupan makanan dan minuman dibandingkan pengguna hemodialisis.

4. Fungsi ginjal dapat bertahan lebih lama

Pengguna CAPD mungkin dapat mempertahankan fungsi ginjal lebih lama dibandingkan pengguna hemodialisis.

5. Lebih baik bagi jantung dan pembuluh darah

Dengan CAPD, pasien gagal ginjal dapat mengontrol jumlah cairan di dalam tubuh dengan lebih baik. Hal ini akan mengurangi beban kerja jantung dan tekanan di dalam pembuluh darah.

Risiko CAPD

Setiap prosedur medis pasti memiliki kelemahan. Artinya, di balik keunggulan CAPD sekali pun, metode ini tetap memiliki risiko pada orang yang menjalaninya. Beberapa di antaranya adalah:

1. Infeksi

Area kulit di sekitar kateter dapat terinfeksi oleh bakteri jika kebersihannya kurang terjaga. Risiko terjadinya infeksi pada CAPD cukup tinggi karena pengguna perlu membuka-tutup kateter dan melakukan pergantian cairan dialisat secara rutin. Ketika masuk, bakteri dapat menginfeksi peritoneum dan menyebabkan peritonitis. Gejalanya berupa demam tinggi, sakit perut, mual, muntah, dan cairan dialisat berwarna keruh.

2. Hernia

Pengguna CAPD akan menahan cairan dialisat di dalam rongga perut untuk waktu yang lama. Kondisi ini memberikan tekanan pada dinding perut. Tekanan yang terus-menerus akan menyebabkan kelemahan pada dinding perut. Akibatnya, organ di dalam perut, seperti usus, dapat menonjol keluar dan membentuk hernia.

3. Peningkatan berat badan

Cairan dialisat mengandung gula yang disebut dekstrosa. Terserapnya cairan ini dalam jumlah yang berlebihan dapat menyebabkan tubuh kelebihan kalori dan mengalami peningkatan berat badan. Hal ini juga dapat memperburuk penyakit diabetes.

4. Dialisis tidak optimal

Seiring berjalannya waktu, efektivitas CAPD dalam membersihkan darah bisa berkurang, sehingga pasien gagal ginjal mungkin perlu beralih ke hemodialisis.

Dengan mempertimbangkan segala manfaat dan risiko CAPD, pasien gagal ginjal diharapkan dapat memilih metode penyaringan cairan dan darah yang paling sesuai untuk dirinya. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter agar diberikan penjelasan dan penanganan yang sesuai.

Ditulis oleh:

dr. Irene Cindy Sunur

Prosedur cuci darah untuk gagal ginjal dilakukan saat ginjal tidak lagi berfungsi dengan baik untuk menyaring racun dan zat sisa metabolisme dari dalam tubuh. Prosedur ini dikenal juga dengan sebutan dialisis dan dilakukan dengan bantuan mesin khusus.

Ginjal adalah sepasang organ yang bekerja dengan cara membersihkan darah, mengeluarkan kotoran, serta membuang kelebihan cairan dari tubuh. Kotoran dan cairan tersebut kemudian dialirkan ke kandung kemih untuk dibuang sebagai urine.

Contoh manakah yang tidak menyerupai cara kerja mesin dialisis

Namun, untuk beberapa kondisi, ginjal bisa saja mengalami gangguan sehingga tidak mampu lagi menjalani fungsinya dengan baik atau disebut juga gagal ginjal. Hal ini tentunya berdampak pada kondisi tubuh secara keseluruhan.

Nah, salah satu cara untuk menangani gagal ginjal adalah dengan cuci darah. Cuci darah untuk gagal ginjal bertujuan untuk menggantikan fungsi ginjal yang mengalami kerusakan.

Kondisi yang Membutuhkan Cuci Darah

Ketika ginjal tidak mampu menjalankan fungsinya, akan terjadi penumpukan limbah, racun, dan cairan di dalam tubuh. Kondisi ini umumnya dialami oleh penderita penyakit ginjal kronis atau gagal ginjal.

Jika fungsi ginjal hilang sebanyak 85–90 persen, maka penderita diharuskan untuk melakukan cuci darah agar terhindar dari beragam komplikasi yang membahayakan nyawa.

Namun, sebelum cuci darah untuk gagal ginjal dilakukan, dibutuhkan pemeriksaan dari dokter dan serangkaian tes medis untuk menentukan perlu atau tidaknya seseorang melakukan prosedur tersebut.

Ada beberapa hal yang menjadi tolak ukur, yaitu kadar kreatinin dan ureum dalam darah, kecepatan ginjal menyaring darah, kemampuan tubuh mengatasi kelebihan air, serta keluhan tertentu yang mengacu pada gangguan jantung, pernapasan, dan saluran cerna.

Metode Cuci Darah untuk Gagal Ginjal

Dalam melakukan proses cuci darah, ada dua metode yang bisa dapat dipilih, yaitu hemodialisis atau dialisis peritoneal.

Hemodialisis

Hemodialisis adalah prosedur cuci darah untuk gagal ginjal yang paling banyak dikenal. Hemodialisis dilakukan menggunakan mesin khusus untuk menyaring darah dan menggantikan ginjal yang rusak.

Pada proses cuci darah ini, petugas medis akan memasukkan jarum ke pembuluh darah untuk menghubungkan aliran darah dari tubuh ke mesin pencuci darah. Setelah itu, darah kotor akan disaring oleh mesin pencuci darah. Setelah tersaring, darah yang bersih akan dialirkan kembali ke dalam tubuh.

Prosedur hemodialisis biasanya menghabiskan waktu sekitar 4 jam per sesi dan dilakukan setidaknya 3 sesi dalam seminggu. Prosedur ini hanya bisa dilakukan di klinik cuci darah atau rumah sakit.

Efek samping yang biasanya muncul setelah menjalani hemodialisis adalah kulit gatal dan kram pada otot.

Dialisis peritoneal atau CAPD (continuous ambulatory peritoneal dialysis)

Metode cuci darah ini menggunakan peritoneum atau selaput dalam rongga perut sebagai penyaring. Peritoneum memiliki ribuan pembuluh darah kecil yang bisa berfungsi selayaknya ginjal.

Prosedur dilakukan dengan membuat sayatan kecil di dekat pusar sebagai jalan masuk selang khusus atau kateter. Kateter tersebut akan ditempatkan di dalam rongga perut secara permanen. Fungsinya untuk memasukkan cairan dialisat.

Saat darah melewati pembuluh darah yang melapisi rongga peritoneum, produk limbah dan kelebihan cairan akan ditarik keluar dari darah dan masuk ke cairan dialisat.

Setelah selesai, cairan dialisat yang sudah mengandung zat sisa dialirkan ke kantong khusus yang kemudian dibuang. Cairan dialisat ini kemudian diganti dengan yang baru.

Keuntungan proses cuci darah dengan metode ini adalah bisa dilakukan di rumah, kapan saja, dan biasanya dilakukan saat penderita gagal ginjal sedang tidur. Namun, metode ini harus dilakukan 4 kali sehari dan memakan waktu sekitar 30 menit.

Efek samping yang dapat timbul berupa peritonitis, perut terasa penuh ketika cuci darah berlangsung, kenaikan berat badan karena cairan dialisat mengandung kadar gula cukup tinggi, atau munculnya hernia akibat berat cairan di dalam rongga perut.

Dampak Cuci Darah terhadap Kehidupan Penderita Gagal Ginjal

Meski cuci darah tidak menyebabkan penderita gagal ginjal merasa kesakitan atau tidak nyaman, beberapa dari mereka bisa saja mengalami sakit kepala, mual, muntah, kram, tekanan darah menurun, mudah lelah, dan kulit menjadi kering atau gatal.

Meski hal-hal di atas bisa dirasakan, tetapi prosedur cuci darah tidak mengganggu aktivitas penderita gangguan ginjal. Banyak penderita yang melakukan cuci darah tetap memiliki kualitas hidup yang baik. Mereka masih bisa bekerja atau melanjutkan sekolah.

Cuci darah juga bukan halangan untuk melakukan berbagai aktivitas, seperti berenang, berolahraga, mengemudi, atau bahkan berlibur, apalagi jika tidak terdapat keluhan setelah menjalani proses cuci darah.

Proses dialisis adalah bentuk pertolongan terhadap kerusakan organ ginjal. Pada penderita gagal ginjal, cuci darah juga dapat mengendalikan tekanan darah serta mengatur kadar mineral dan elektrolit dalam tubuh.Penderita gagal ginjal yang menjalani proses dialisis juga disarankan untuk mengatur pola makan.

Karena pentingnya fungsi ginjal bagi kehidupan, Anda perlu memeliharanya dengan menjalani pola hidup sehat dan rutin melakukan pemeriksaan fungsi ginjal untuk memantau kondisi ginjal.

Jika Anda mengalami keluhan terkait gangguan ginjal, segera konsultasikan ke dokter agar dapat dilakukan pemeriksaan. Dari hasil pemeriksaan tersebut, dokter dapat menentukan apakah prosedur cuci darah untuk gagal ginjal merupakan penanganan yang tepat, sesuai kondisi Anda.