Dalam pementasan teater orang yang bertugas menata lampu disebut dengan…

Salah satu unsur penting dalam pementasan teater adalah tata cahaya atau lighting. Lighting adalah penataan peralatan pencahayaan, dalam hal ini adalah untuk untuk menerangi panggung untuk mendukung sebuah pementasan. Sebab, tanpa adanya cahaya, maka pementasan tidak akan terlihat. Secara umum itulah fungsi dari tata cahaya. Dalam teater, lighting terbagi menjadi dua yaitu:

1. Lighting sebagai penerangan. Yaitu fungsi lighting yang hanya sebatas menerangi panggung beserta unsur-unsurnya serta pementasan dapat terlihat.
2. Lighting sebagai pencahayaan. Yaitu fungsu lighting sebagai unsur artisitik pementasan. Yang satu ini, bermanfaat untuk membentuk dan mendukung suasana sesuai dengan tuntutan naskah.

II. Unsur-unsur dalam lighting.

Dalam tata cahaya ada beberapa unsur penting yang harus diperhatikan, antara lain :

1. Tersedianya peralatan dan perlengkapan. Yaitu tersedianya cukup lampu, kabel, holder dan beberapa peralatan yang berhubungan dengan lighting dan listrik. Tidak ada standard yang pasti seberapa banyak perlengkapan tersebut, semuanya bergantung dari kebutuhan naskah yang akan dipentaskan. 2. Tata letak dan titik fokus. Tata letak adalah penempatan lampu sedangkan titik fokus adalah daerah jatuhnya cahaya. Pada umumnya, penempatan lampu dalam pementasan adalah di atas dan dari arah depan panggung, sehingga titik fokus tepat berada di daerah panggung. Dalam teorinya, sudut penempatan dan titk fokus yang paling efektif adalah 450 di atas panggung. Namun semuanya itu sekali lagi bergantung dari kebutuhan naskah. Teori lain mengatakan idealnya, lighiting dalam sebuah pementasan (apapun jenis pementasan itu) tatacahaya harus menerangi setiap bagian dari panggung, yaitu dari arah depan, dan belakang, atas dan bawah, kiri dan kanan, serta bagian tengah. 3. Keseimbangan warna. Maksudnya adalah keserasian penggunaan warna cahaya yang dibutuhkan. Hal ini berarti, lightingman harus memiliki pengetahuan tentang warna. 4. Penguasaan alat dan perlengkapan. Artinya lightingman harus memiliki pemahaman mengenai sifat karakter cahaya dari perlengkapan tata cahaya. Tata cahaya sangat berhubungan dengan listrik, maka anda harus berhati-hati jika sedang bertugas menjadi light setter atau penata cahaya.

5. Pemahaman naskah. Artinya lightingman harus paham mengenai naskah yang akan dipentaskan. Selain itu, juga harus memahami maksud dan jalan pikiran sutradara sebagai ‘penguasa tertinggi’ dalam pementasan.

Dalam sebuah pementasan, semua orang memiliki peran yang sama pentingnya antara satu dengan lainnya. Jika salah satu bagian terganggu, maka akan mengganggu jalannya proses produksi secara keseluruhan. Begitu pula dengan “tukang tata cahaya’. Dia juga menjadi bagian penting selain sutradara dan aktor, disamping make up, stage manager, dan unsur lainnya. Dengan kata lain, lightingman juga harus memiliki disiplin yang sama dengan semua pendukung pementasan.

Dari paparan di atas, semuanya dapat dicapai dengan belajar mengenai tata cahaya dan unsur pendukung lainnya.

III. Istilah dalam tata cahaya.

1. lampu: sumber cahaya, ada bermacam, macam tipe, seperti par 38, halogen, spot, follow light, focus light, dll.

2. holder: dudukan lampu.

3. kabel: penghantar listrik.

4. dimmer: piranti untuk mengatur intensitas cahaya.

5. main light: cahaya yang berfungsi untuk menerangi panggung secara keseluruhan.

6. foot light: lampu untuk menerangi bagian bawah panggung.

7. wing light: lampu untuk menerangi bagian sisi panggung.

8. front light: lampu untuk menerangi panggung dari arah depan.

9. back light: lampu untuk menerangi bagian belakang panggung, biasanya ditempatkan di panggung bagian belakang.

10. silouet light: lampu untuk membentuk siluet pada backdrop.

11. upper light: lampu untuk menerang bagian tengah panggung, biasanya ditempatkan tepat di atas panggung.

12. tools: peralatan pendukung tata cahaya, misalnya circuit breaker (sekring), tang, gunting, isolator, solder, palu, tespen, cutter, avometer, saklar, stopcontact, jumper, dll.

13. seri light, lampu yang diinstalasi secara seri atau sendiri-sendiri. (1 channel 1 lampu)

14. paralel light, lampu yang diinstalasi secara paralel (1 channel beberapa lampu).

Seperti yang telah di ungkapkan di atas, secara sederhana hal-hal tersebut adalah yang pada umumnya harus diketahui oleh lightingman, selanjutnya baik tidaknya tatacahaya bergantung pada pemahaman, pengalaman dan kreatifitas dari lightingman. Intinya, jika ingin menjadi ‘lightingman sejati’, Anda harus banyak belajar dan mencoba (trial and error).

ASAS-ASAS PENATAAN CAHAYA

Kursus ini meninjau cahaya dari segi teori dan manfaat mencahayakan suatu pementasan. Tumpuan diberikan terhadap hal-hal berikut:

• Fungsi dan kualitas cahaya

• Aspek rekabentuk dalam cahaya

• Asas elektrik; mengenali bentuk-bentuk seri dan paralel serta menggunakan undang-undang Ohm untuk menyelesaikan masalah tentang arus, rintangan, voltan dan tenaga.

• Aspek optik – iaitu aspek pantulan dan pembiasan cahaya di dalam berbagai permukaan jenis reflektor dan ciri-cirinya tentang pembiasan cahaya.

• Jenis dan fungsi lampu yang digunakan di dalam teater

• Kegunaan warna di dalam pementasan teori warna dan pengawalan warna

• Sistem pemalap [dimmer system] – manual dan memory

• Mencipta ‘light plot’ dan membentuk ‘lighting cues’

10 TRIK APLIKASI WARNA

1. Aplikasi warna cerah pada salah satu elemen luar, misalnya untuk warna merah bata pada pagar, menjadi aksen untuk keseluruhan rumah.

2. Warna netral untuk fasad bangunan lebih baik, tapi jika ingin menggunakan wana cerah, aplikasikan hanya pada satu bidang.

3. Perpaduan warna cokelat dengan hijau dapat membuat atmosfer ruang menjadi lebih tenang.

4. Abu-abu muda serta hijau kecokelatan mampu menghadirkan kecerahan dalam ruangan.

5. Pada warna ruangan yang terlihat monoton, tambahkan cahaya buatan agar ruangan lebih “hidup”.

6. Warna-warna lembut dan cahaya buatan yang temaram dapat memberikan kehangatan dan keakraban suasana pada ruang keluarga dan kamar tidur.

7. Permainan dinding dengan warna natural akan membuat ruangan lebih luas.

8. Warna dinding natural yang berbeda-beda pada setiap ruang akan menciptakan suasana yang berbeda pula untuk masing-masing ruang tersebut.

9. Pagar merah bata, dinding abu-abu tua, dan dinding abu kecokelatan membuat tampilan rumah lebih dinamis.

10. Untuk menghilangkan kesan gelap di kamar mandi, gunakan keramik warna krem pada dinding dan putih pada lantai.

Unsur dekor juga memanfaatkan cahaya untuk membantu suasana tertentu. Misalnya, cahaya terang menyiratkan siang hari, atau cahaya berwarna biru menyiratkan suasana malam hari. Cahaya berwarna juga digunakan untuk memberi aksentuasi pada adegan atau tokoh tertentu.

 Memahami interpretasi tokoh dalam naskah teater kreasi berdasarkan jenis dan fungsi.  Menganalisis interpretasi tokoh dalam naskah teater kreasi berdasarkan makna, simbol, dan nilai estetis.  Menerapkan watak tokoh dalam naskah drama teater kreasi.

Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif, dan proaktif, dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan.

Apakah kamu pernah menonton pertunjukan teater, baik tradisional maupun modern? Apabila sudah pernah, apakah yang ada di dalam benakmu setelah menonton pertunjukan teater? Setiap penonton seni pertunjukan pasti memiliki kesan atas pertunjukan yang dilihat. Begitu juga dengan pertunjukan teater. Kesan, pendapat, pandangan, atau tafsiran terhadap pertunjukan teater disebut dengan interpretasi teater.

Khusus di dalam subbab ini, kamu akan mempelajari mengenai interpretasi terhadap tokoh dalam naskah teater. Interpretasi terhadap tokoh dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi watak tokoh-tokoh dalam naskah teater. Di sini kamu bisa mengidentifikasi watak tokoh-tokoh dengan membaca naskah teater.

Pada dasarnya, drama adalah sebuah cabang seni yang bertumpu pada penghayatan tokoh-tokoh yang diciptakan. Kemampuan menghayati tokoh beserta wataknya mutlak dilakukan, baik oleh surtadara, pelaku, maupun pekerja artistik. Itulah sebabnya mereka dituntut kemampuannya untuk mengenal diri sendiri untuk kemudian menggali dan menghayati watak tokoh lain beserta permasalahannya.

Apa yang dipelajari dalam diri pelaku dan tokoh lain? Di dalam penokohan, kita mencoba mengenali ciri-ciri tokoh, kekhasan, dan watak tokoh-tokoh. Tokoh Bawang Putih dalam cerita "Bawang Merah-Bawang Putih" adalah seorang tokoh wanita yang sabar, baik hati, tidak mau menyakiti orang lain, dan seorang yang suka bekerja keras. Sifat-sifat tersebut bisa kita bayangkan bentuk tubuhnya secara fisik, misalnya mudah tersenyum (sudut bibir terangkat ke atas), bergerak tenang, pandangan mata jujur dan meyakinkan, berusia muda, dan lain-lain.

Sifat-sifat tokoh terkadang mengalami perubahan. Hal ini disebabkan dalam cerita, antar-tokoh saling bersinggungan yang bisa menimbulkan permasalahan atau konflik. Sebagai contoh, watak Dayang Sumbi dalam cerita "Sangkuriang", semula digambarkan sabar dan menyayangi anaknya. Ketika pada suatu hari dirinya dipinang Sangkuriang, anaknya yang hilang dan lama tidak bertemu, ia berubah menjadi jahat setelah mengetahui bahwa pria yang mau menikahinya itu adalah anaknya.

Watak seorang tokoh akan dapat dibaca dalam dialog-dialog yang dilontarkannya. Bisa juga dijelaskan oleh pengarang dalam keterangan dan catatan. Tokoh-tokoh dalam drama dapat dibagi menjadi beberapa hal. Jika berdasarkan atas pemeranannya, maka pembagian tersebut, antara lain.

1. Tokoh Protagonis, disebut pula "tokoh baik hati". Tokoh ini adalah tokoh yang mendukung cerita. Dalam cerita "Asal Mula Candi Prambanan", tokoh protagonis adalah Rara Jonggrang. 2. Tokoh Antagonis, biasa juga disebut sebagai tokoh jahat. Tokoh ini adalah tokoh yang menentang cerita. Di dalam cerita "Timun Emas", tokoh ini diwakili oleh raksasa yang mengejar-ngejar dirinya. Di dalam wayang Ramayana, tokoh antagonis diwakili oleh tokoh Rahwana yang merusak hubungan Rama dan Shinta. 3. Tokoh Tritagonis, ia adalah tokoh pembantu, baik untuk tokoh protagonis maupun antagonis.

Pembagian tokoh berdasarkn segi peranan dibagi menjadi dua macam, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang ditampilkan secara terus-menerus sehingga terasa mendominasi sebagian besar cerita (central character). Tokoh utama paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Oleh karena banyak diceritakan dan selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain, tokoh utama mempengaruhi perkembangan alur cerita. Di dalam naskah "Sepasang Mata Indah" karya Kirdjomulyo diwakili oleh tokoh Gadis dan Pemuda.

Tokoh tambahan (peripheral character) adalah tokoh yang dimunculkan hanya sekali atau beberapa kali dalam cerita dengan durasi pendek. Kemunculannya tidak begitu mempengaruhi perkembangan alur cerita. Di dalam naskah "Malam Jahanam" karya Motingo Busye diwakili oleh tokoh Utuy dan Tukang Pijat.

Setelah kalian mempelajari tokoh dan masalah, kita masuk pada alur cerita atau plot. Tokoh dan permasalahan yang ditimbulkan dalam naskah drama akan menciptakan plot. Alur cerita adalah jalinan peristiwa yang saling berhubungan berdasarkan sebab-akibat. Alur cerita bisa disusun oleh pengarang. Pengarang menyusun alur cerita bertujuan untuk mengungkapkan buah pikiran dan gagasannya yang khas dan unik. Di bawah ini adalah tiga jenis alur, di antaranya.

1. Simple plot, yaitu naskah yang mempunyai satu alur cerita dan satu konflik dari awal sampai akhir. 2. Multi-plot, yaitu naskah yang memiliki satu alur cerita utama dengan beberapa bagian alur cerita yang saling bersambungan. 3. Episodic, naskah yang di dalamnya mempunyai alur cerita bagian perbagian yang berdiri sendiri. Setiap bagian mempunyai alur cerita sendiri. Setiap bagian tidak saling berhubungan.

Alur tersebut melalui empat tahap. Dalam beberapa naskah drama modern, cerita akan berhenti pada tahap klimaks. Sementara itu, dalam drama-drama tradisional dan beberapa naskah lain menggunakan tahap penyelesaian dan tahap keputusan (catastrophe). Tahap keputusan adalah ulasan penguat terhadap seluruh kisah lakon tersebut. Aristoteles menggambarkan tahap-tahap alur dengan sebagai berikut.

Plot adalah rangkaian peristiwa yang saling mengikat membangun kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Plot memiliki anatomi sebagai berikut.

1. Gimmick, untuk menimbulkan ketertarikan penonton pada awal. Adegan ini bertujuan untuk membangkitkan ketertarikan penonton di awal. Biasanya, adegan ini merupakan benang merah cerita yang mengandung teka-teki dan ditampilkan semenarik mujngkin. 2. Flashback, kilas balik peristiwa lampau yang dikisahkan pada masa kini. 3. Foreshadowing, bayang-bayang yang mendahului sebuah peristiwa yang sesungguhnya itu terjadi. Bisa berupa ucapan atau ramalan seorang tokoh tentang nasib yang akan diderita orang lain. 4. Suspense, dugaan atau prasangka. Rangkaian ketegangan yang mengundang pertanyaan dan keingintahuan penonton. 5. Surprise, peristiwa yang terjadi di luar dugaan penonton sebelumnya dan memancing perasaan dan pikiran penonton agar menimbulkan dugaandugaan yang tidak pasti. 6. Dramatic-irony, aksi seorang tokoh yang berkata atau bertindak sesuatu, di ana tanpa disadari akan menimpa dirinya. 7. Gestus, aksi atau ucapan tokoh utama yang beritikad tentang sesuatu persoalan yang menimbulkan pertentangan atau konflik antartokoh.

Tokoh Mat Kontan dalam naskah Malam Jahanam karya Motinggo Busye adalah seorang tokoh dengan watak suka berjudi, pelit, tidak mau mengurus anak,

sombong karena istrinya cantik, sehari-hari hanya mengurusi burung beo. Tokoh dengan watak seperti Mat Kontan berpotensi menimbulkan ketidakcocokan terhadap tokoh lain yang tidak menyukai watak seperti Mat Kontan. Di dalam naskah tersebut, tokoh yang merasa tidak cocok kemudian menimbulkan masalah adalah istrinya sendiri dan tetanganya yang bernama Soleman.

Mat Kontan : (Sedih). Jangan ditakuti saya, Man. Itu satu-satunya kebanggaan saya disamping burung dan bini saya, Paijah. Saya telah terlanjur berdoa pada Tuhan agar cuma dikaruniai satu anak.

Seni peran atau teater sebagaimana atlet olah raga, harus melakukan latihan dasar. Latihan dasar teater meliputi olah vokal, olah tubuh, dan olah sukma. Olah vokal meliputi latihan mengatur pernafasan, artikulasi, kekuatan vokal, intonasi, dan ritme. Olah tubuh meliputi kelenturan, keseimbangan, kekuatan, dan pelemasan. Olah sukma meliputi konsentrasi dan menjaga emosi.

Vokal atau suara merupakan bagian yang sangat penting bagi seorang pembelajar teater. Suara yang dihasilkan pada saat pentas haruslah mempunyai kekuatan, jelas pengucapannya, dan bisa menggunakannya sesuai dengan kebutuhan. Beberapa latihan di bawah ini bisa membantu kalian dalam mengolah suara. 1. Senam mulut, caranya dengan bersiul atau menggerak-gerakkan bibir ke kiri ke kanan, ke atas ke bawah, buka dan tutup secara berulang-ulang. Latihan ini berguna untuk melatih kelenturan mulut. Latihan senam mulut bisa juga dengan cara berbicara dengan mengatupkan gigi. 2. Latihan pernafasan, dimaksudkan agar nafas tidak tersendat-sendat ketika mengucapkan kalimat-kalimat panjang. 3. Melatih kejelasan pengucapan (artikulasi), baik bunyi vokal maupun konsonan.

Caranya, ucapkanlah per huruf dan kata-kata dalam sebuah puisi. 4. Latihan dinamika suara (intonasi) dan pengembangan suara (progresi). Latihan ini bisa dilakukan dengan cara membaca puisi, berpidato, atau memainkan peran dalam situasi konflik.

5. Menjiwai cerita dan mengungkapkannya dengan menarik. Latihannya dengan cara membaca puisi, membawakan berbagai macam peran (mendalang).

Latihan dinamika suara: 1. Tekanan dinamik, yaitu tekanan keras dalam pengucapan, menekan kata yang dianggap paling penting lebih jelas dibandingkan kata-kata yang lain. 2. Tekanan nama, adalah tekanan tinggi-rendah nada dalam pengucapan satu kata dalam satu kalimat. 3. Tekanan tempo, adalah tekanan lambat-cepatnya pengucapan sebuah kata dalam kalimat.

Latihan pengembangan suara: 1. Menaikkan volume suara, dari perlahan menjadi semakin keras. 2. Menaikkan tinggi nada suara, dari nada rendah ke nada tinggi. 3. Menurunkan atau mengurangi volume, tinggi nada dan kecepatan tempo suara.

Dalam latihan vokal, dilatihkan juga pelafalan (artikulasi), yang berfungsi dalam mengucapkan suara. Selain tubuh, alat-alat ucap juga memerlukan kelenturan. Alat-alat ucap itu di antaranya bibir, lidah, rahang, dan langit-langit.

Sebelum latihan dasar drama, sebaiknya dilakukan latihan pemanasan. Tujuannya, agar terhindar dari cedera. Siswa berlari kecil di tanah lapang sebagai penyesuaian tubuh. Pemanasan bisa pula dilakukan dengan diiringi musik atau permainan-permainan. Memasuki pemanasan dengan gerakan-gerakan perlahan dan bertahap dari kepala sampai ujung kaki. Gerakan-gerakan tersebut, antara lain kelenturan, peregangan, pelemasan, dan keseimbangan sebagaimana dalam gerakan olahraga.

Dalam olah tubuh, perlu dilatih adanya komposisi. Komposisi dimaksudkan untuk memunculkan rangsang dari dalam, imajinasi, dan gerak alami. Berikut ini adalah latihan komposisi yang dikembangkan Grotowsky. Setelah latihan selesai, adakan diskusi kecil dengan melontarkan beberapa pertanyaan. Misalnya, bagaimana kesan dan kesulitannya? Siapa yang memimpin kelompok? Siapa yang mengusulkan ide? Siapa yang banyak diam? Jawabanjawabannya akan menunjukkan masing-masing dari kalian yang berperan dalam penciptaan tersebut.

Latihan pernafasan berfungsi untuk mengatur kebutuhan nafas ketika berada di atas pentas, utamanya ketika sedang melakukan percakapan panjang dan konflik yang mengeluarkan emosi tinggi. Jenis-jenis pernafasan ada tiga, antara lain.

1. Pernafasan Dada, yaitu pernafasan yang memiliki ciri ketika menarik nafas, nafas ditampung dalam dada. Pernafasan ini terjadi sehari-hari terutama saat berdiri, berlari, dan terengah-engah. Tanda-tandanya, saat menarik nafas, pundak naik, dan saat mengeluarkan nafas, pundak turun. 2. Pernafasan Perut, yaitu pernafasan yag memiliki ciri ketika menarik nafas, nafas masuk ke dalam perut. Saat menarik nafas, perut mengembung, dan ketika mengeluarkan nafas, perut mengempis. Dalam kehidupan sehari-hari, kita menggunakannya ketika tidur terlentang. Di dalam sekolah-sekolah teater, diajarkan pernafasan jenis ini. 3. Penafasan Diafragma, yaitu penggabungan antara pernafasan dada dan perut.

Diafragma adalah sekat di antara rongga dada dengan rongga perut. Nafas diambil biasanya lebih banyak. Digunakan oleh penyanyi-penyanyi profesional yang membutuhkan suara panjang dan tinggi atau sangat rendah.

Latihan pernafasan untuk kalian adalah pernafasan perut. Latihan ini bisa kalian lakukan dengan cara, antara lain.

1. Berdiri tegak, tulang belakang lurus. Bisa juga dengan duduk bersila atau tidur terlentang. 2. Sikap badan santai, terasa lemas dan nafas seenak mungkin. 3. Tarik nafas perlahan, kurang-lebih selama lima detik, lalu tahan. 4. Himpun nafas dalam perut, dengan lama sama ketika menarik nafas. 5. Hembusklan perlahan. Lamanya sama ketika menarik nafas. 6. Lakukan berulang-ulang 7. Lakukan latihan tersebut dengan mengeluarkan vokal A, I, U, E, O

Jika dalam latihan teater meliputi hal-hal yang bisa dilihat (olah tubuh) dan hal-hal yang bisa didengar (olah vokal), maka penting pula sebagai bahan latihan adalah hal-hal yang bisa dirasakan (olah rasa atau olah sukma). "Sukma" bukanlah sesuatu hal yang mistik atau sesuatu yang seram. Di dalam latihan olah sukma, yang perlu dilatih adalah penambahan wawasan (kognisi) melalui pengamatan terhadap lingkungan, membaca dan menonton pagelaran seni yang lain, dan membahas drama bersama orang yang lebih paham, dan menajamkan perasaan (empati dan simpati).

Hal penting berkaitan dengan sukma adalah konsentrasi. Konsentrasi adalah suatu kesanggupan yang memungkinkan seseorang mengerahkan semua kekuatan rohai dan pikiran ke arah suatu sasaran yang jelas. Dasar ajaran konsentrasi adalah penguasaan diri sendiri. Menurut W.S. Rendra, latihan konsentrasi dapat dilakukan dengan antara lain.

1. Melatih panca indera kita dengan melatih penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, pengecap terhadap sesuatu yang fiktif. 2. Melatih perasaan kita dengan emosi-emosi tertentu, misalnya rasa takut, sedih, gembira, benci, marah, gelisah, gugup, tertekan, dan sebagainya. Kita mencoba menciptakan perasaan-perasaan tersebut untuk melatih emosi kita sehingga pada saat kita butuhkan untuk sebuah penampilan, tidak sulit menghadirkan emosi-emosi tersebut.

Penerapan watak tokoh yang sesuai dengan naskah memerlukan suatu teknik dan prosedur tertentu. Berikut ini adalah uraian mengenai hal ini.

Watak tokoh dalam naskah drama bisa digambarkan berdasarkan keadaan fisik tokoh, keadaan psikologi, dan keadaan sosial. Dalam penulisan naskah drama, penokohan erat hubungannya dengan perwatakan. Susunan tokoh (drama personae) merupakan daftar tokoh-tokoh yang berperan dalam naskah drama. Susunan tokohtokoh antara lain menjelaskan tentang nama, umur, jenis kelamin, tipe fisik, jabatan, dan keadaan kejiwaan. Watak tokoh akan terlihat melalui dialog dan laku panggung atau catatan penjelas.

Penerapan tokoh berdasarkan gambaran fisik seorang tokoh ditandai oleh umur, jenis kelamin, ciri-ciri tubuh, cacat, jasmani, ciri khas yang menonjol, suku bangsa, raut muka, kesukaan, serta keadaan tubuh: tinggi-pendek, kurus-gemuk, suka senyum-cemberut, dan sebagainya.

Ciri fisik dapat dihubungkan dengan perwatakan. Mislanya, tokoh bertubuh tinggi, besar, macho akan berbeda karaternya jika dibandingkan dengan tokoh bertubuh pendek, bulat, dan gendut. Di bawah ini adalah nukilan naskah drama berjudul "Pakaian dan Kepalsuan", karya Averchenko, terjemahan Achdiat K. Mihardja yang menunjukkan watak tokoh berdasarkan gambaran fisik.

Mereka masih muda, sekitar 25 tahun. Badan Hamid besar, tegap seperti atlet. Rusman agak kurus, tapi kelihatan sehat dan segar. Pakaian mereka kurang terurus, terdiri dari kemeja dan pantalon yang sudah kumal.

: Yah, kalau kita terlalu mengikat diri kepada segala apa yang pernah kita cita-citakan dulu dan yang kini ternyata meleset semata-mata, maka memanglah kita harus kecewa belaka. Apalagi kalau kita melihat keadaan di kalangan politik kita dewasa ini dan bagaimana kotornya cara-cara pemimpin kita berbuat pengaruh dan kekuasaan, maka bagi kita sebagai bekas pejuang yang kini masih menganggur.

:

Prosedur penerapan watak tokoh dalam naskah drama dilakukan dengan langkah-langkah berikut.

1. Membaca naskah secara keseluruhan. 2. Menentukan tokoh utama dan tokoh pembantu, tokoh protagonis dan tokoh antagonis. 3. Membuat analisis karakter tokoh berdasarkan aspek fisik, psikis, dan sosial, baik tokoh utama, pembantu, tokoh protagonis maupun antagonis.

Perhatikan naskah drama berjudul "Pinangan" karya Anon Chekov, saduran Suyatna Anirun berikut. Buatlah analisis tentang latar naskah dan karakter tokohnya!

: Kalau begitu menurut anggapanmu aku ini lintah darat? Chh, aku belum pernah merampas tanah orang lain, Nona. Dan aku tidak bisa membiarkan siapa pun juga menghina aku dengan cara yang demikian! (Minum) Lapangan "Sari Gading" adalah milik kami. Apakah yang kamu ketahui tentang seni peran? Seni peran adalah seni menjadi orang lain sesuai dengan tuntutan naskah drama. Keterampilan seorang aktor dalam berperan ditentukan oleh kemampuannya meninggalkan egonya untuk mengekspresikan tokoh lain yang dibawakannya. Menjadi orang lain itu tidak mudah karena diperlukan penghayatan tentang watak tokoh yang diperankan dan mampu menghidupkan jiwa tokoh itu sebagai jiwanya.

Pada dasarnya, teater adalah cabang seni yang bertumpu pada penghayatan tokoh-tokoh yang diciptakan. Kemampuan menghayati tokoh beserta wataknya mutlak dilakukan, baik oleh surtadara, pelaku, maupun pekerja artistik. Mereka dituntut kemampuannya untuk mengenal dirinya sendiri untuk kemudian menggali dan menghayati watak tokoh lain beserta permasalahan.

Apa yang dipelajari dalam diri pelaku dan tokoh lain? Di dalam penokohan, kita mencoba mengenali ciri-ciri tokoh, kekhasan, dan watak tokoh-tokoh. Tokoh Bawang Putih dalam cerita "Bawang Merah-Bawang Putih" adalah seorang tokoh wanita yang sabar, baik hati, tidak mau menyakiti orang lain, dan seorang yang suka bekerja keras. Sifat-sifat tersebut bisa kita bayangkan bentuk tubuhnya secara fisik, misalnya mudah tersenyum (sudut bibir terangkat ke atas), bergerak tenang, pandangan mata jujur dan meyakinkan, berusia muda, dan lain-lain.

Perlu diketahui, sifat-sifat tokoh dalam naskah teater terkadang mengalami perubahan. Hal ini diakibatkan dalam cerita, antar-tokoh saling bersinggungan yang kemudian bisa menimbulkan permasalahan atau konflik. Contohnya, watak Dayang Sumbi dalam cerita "Sangkuriang", semula digambarkan sabar dan menyayangi anaknya. Ketika pada suatu hari dirinya dipinang Sangkuriang, anaknya yang hilang dan lama tidak bertemu, ia berubah menjadi jahat setelah mengetahui bahwa pria yang mau menikahinya itu adalah anaknya.

Watak tokoh berkaitan pula dengan konflik atau masalah. Masalah yang timbul dalam drama adalah titik awal terjadinya konflik atau pertentangan antartokoh. Masalah bisa timbul karena keadaan ekonomi, cemburu, cinta yang tidak terbalas, dendam, perbedaan ideologi, dan lain-lain.

Di dalam masyarakat, setiap diri manusia akan bersinggungan dengan manusia lain. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak terlepas dari manusia lain beserta hal-hal yang melingkupinya. Timbulnya permasalahan dikarenakan sesuatu hal yang diharapkan seseorang ternyata tidak sesuai dalam kenyataannya. Hal itu menciptakan masalah bagi dirinya. Ia kemudian merasa kecewa, putus asa, marah, merasa direndahkan, merasa kasihan pada diri sendiri, merasa bahwa orang lain yang menyebabkan dirinya menderita, dan sebagainya. Maka ia berontak, si tokoh kemudian membuat pertentangan dengan tokoh lain.

Bentuk permasalahan berujung pada konflik. Konflik bisa berupa pertengkaran, masalah kejiwaan, permusuhan, adu fisik, saling ejek, tipu muslihat, dan lan-lain. Hal itu biasanya dilakukan oleh tokoh antagonis.

Setiap cerita dalam karya sastra, dan juga naskah drama, inti yang dimunculkan di dalamnya adalah permasalahan. Masalah itu adalah masalah kehidupan manusia. Keunikannya adalah setiap diri manusia memiliki watak yang berbeda-beda. Oleh karena perbedaan watak, pasti tidak luput dari ketidakcocokan di antara manusianya. Perbedaan-perbedaan watak ini pun menimbulkan permasalahan dalam pergaulannya dengan manusia lain.

Tokoh Mat Kontan dalam naskah "Malam Jahanam" karya Motinggo Busye adalah seorang tokoh dengan watak suka berjudi, pelit, tidak mau mengurus anak, sombong karena istrinya cantik, sehari-hari hanya mengurusi burung beo. Tokoh dengan watak seperti Mat Kontan tentu menimbulkan ketidakcocokan terhadap tokoh lain yang tidak menyukai watak seperti dirinya. Di dalam naskah tersebut, tokoh yang merasa tidak cocok, kemudian menimbulkan masalah adalah istrinya sendiri dan tetanganya yang bernama Soleman.

Menurut Oscar Brocket, untuk bisa memerankan sebuah tokoh diperlukan latihan, yang meliputi.

1. Latihan Tubuh, yaitu latihan ekspresi secara fisik. Seorang aktor harus berusaha agar fisiknya dapat bergerak dengan luwes, disiplin, dan ekspresif. 2. Latihan Suara, yaitu latihan mengucapkan suara secara jelas dan nyaring, serta penjiwaan terhadap suara terhadap tokoh yang akan diperankan. 3. Latihan Observasi dan Imajinasi, yaitu upaya sungguh-sungguh mempelajari watak, tingkah laku, dan motivasi orang-orang yang dijumpainya. Observasi dilakukan terhadap orang-orang yang sesuai dengan tokoh yang akan diperankan. 4. Latihan Konsentrasi, yaitu melatih kemampuan untuk memusatkan dirinya pada watak dan pribadi tokoh yang akan diperankannya. 5. Latihan Teknik, yaitu latihan masuk, memberi isi, memberi tekanan, mengembangkan permainan, penonjolan, ritme, timing yang tepat, dan hal lain yang dibicarakan dalam penyutradaraan. 6. Sistem Akting, yaitu kewajiban aktor dalam berlatih akting, baik dalam hal internal maupun ekternal, baik dalam pendekatan metode maupun teknik. 7. Memperlancar Skill dan Latihan Imajinasi sangat penting karena latihan yang sifatnya menghapal menjadi lancar. Fungsi motivasi, sikap, dan karakter sangat penting dalam imajinasinya.

Apakah kamu pernah membayangkan seorang aktor di atas panggung lupa naskah atau lupa gerakan yang seharusnya dilakukan? Seorang aktor yang baik ketika mengalami kejadian tersebut akan melakukan improvisasi. Improvisasi adalah penciptaan spontan pada saat itu juga. Di dalam pertunjukan teater, improvisasi penting. Hal ini diperlukan untuk mengatasi kesalahan, misalnya lupa dialog, salah posisi (blocking), akting diluar latihan, berperan dengan tanpa latihan.

Improvisasi sangat baik untuk melatih daya cipta aktor. Supaya daya cipta aktor bisa terbuka, si aktor juga harus yakin terhadap dirinya sendiri; menghilangkan rasa malu yang tidak perlu; dan menghilangkan prasangka bahwa orang lain akan mencela dirinya. Apabila hal ini bisa dicapai maka si aktor akan memiliki ketangkasan dalam menanggapi apa saja dan daya imajinasinya berkembang.

Latihan improvisasi gerak dilakukan dengan tanpa naskah, tanpa sutradara, dan tanpa latihan sebelumnya. Salah satu latihan improvisasi gerak bisa dilakukan dengan cara di bawah ini.

Silakan kalian dalam posisi menyebar tidak beraturan. Salah seorang yang melatih (atau pembina) memberikan aba-aba bahwa dirinya sedang diikuti seekor lebah. Masing-masing dari kalian mengekspresikan bagaimana berhadapan dengan hewan penyengat tersebut.

Setelah dirasa cukup, pelatih memerintahkan bahwa kalian dikejar sepuluh ekor lebah. Masing-masing dari kalian mengekspresikan bagaimana berhadapan dengan sepuluh lebah.

Setelah dirasa cukup, pelatih memerintahkan bahwa kalian dikeroyok seratus ekor lebah. Masing-masing dari kalian mengekspresikan bagaimana berhadapan dengan seratus ekor lebah.

Setelah dirasa cukup, pelatih memerintahkan bahwa kalian diserbu seribu ekor lebah. Masing-masing dari kalian mengekspresikan bagaimana berhadapan dengan ribuan hewan penyengat tersebut.

Latihan ini berfungsi untuk menajamkan imajinasi dan gerak reflek. Gerakan dan ekspresi alami manusia sebaiknya dilatih untuk dimunculkan dalam latihan dan permainan seperti ini.

Coba bayangkanlah kamu sedang berada di dalam sebuah rumah. Kamu saat itu sedang sendirian di kamar. Tiba-tiba kamu mendengar suara gemeretek dari ruangan sebelah kamarmu. Ternyata rumahmu terbakar. Kamu keluar kamar tetapi ternyata pintu terkunci semua. Api semakin membesar. Berperanlah dengan kondisi demikian, apa yang akan kamu lakukan jika kamu mengalami kejadian seperti itu. Latihlah tubuhmu, buatlah gerakan-gerakan wajar dan masuk akal. Kalimat apa yang akan kamu keluarkan.

Latihan ini dilakukan dengan cara berpasangan. Bagilah peran dua tokoh untuk kalian perankan. Satu tokoh adalah seorang penjual jamu gendong dan tokoh yang lain adalah seorang guru muda. Penjual jamu menggendong botol-botol dalam tenggok yang digendong dengan selendang. Tokoh guru menjinjing tas. Di dalam latihan improvisasi tidak ada naskah, tidak ada latihan sebelumnya, dan tidak ada sutradara yang mengarahkan laku. Silakan kalian melakukan improvisasi gerakan dan juga dialog. Latihan improvisasi seperti ini penting untuk melenturkan gerak tubuh, melatih imajinasi, dan mempertajam daya respon.

Pementasan teater merupakan kerja kolektif, kerja yang melibatkan banyak orang dari berbagai bidang. Dimulai dari naskah, proses berlanjut memahami naskah oleh sutradara. Sutradara kemudian memilih tokoh peran yang tepat di antara beberapa aktor yang ada. Selanjutnya, kerja yang lain adalah kerja produksi dan artistik. Di dalam pementasan teater, sebuah keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh sutradara tetapi banyak elemen yang saling mendukung.

Salah satu hal penting dalam proses pementasan teater adalah casting. Casting adalah pemilihan aktor yang sesuai dengan watak atau keadaan yang ada di dalam naskah. Casting dilakukan oleh sutradara terhadap aktor-aktor yang ada. Pemilihan tokoh peran sangat penting dalam menunjang keberhasilan pementasan.

Dalam pemilihan tokoh peran dengan tepat, sutradara sebaiknya membuat daftar watak pelaku dalam naskah yang akan diperankan, baik secara fisik, psikologis, maupun sosiologis. Kerja di awal ini penting, yaitu merumuskan watak tokoh dengan jelas, karena akan dengan mudah memilih aktor yang sesuai dengan tokoh peran yang akan dibawakan.

Menurut Herman J. Waluyo di dalam casting, ada lima teknik yang bisa digunakan dalam pemilihan aktor, antara lain. 1. Casting by ability, yaitu pemilihan pemeran berdasarkan kecakapan yang hampir sama dengan peran yanga akan dibawakan. Kecerdasan seseorang memegang peranan penting karena seseorang yang cerdas dapat dengan mudah membawakan peran yang sulit dengan dialog panjang. 2. Casting to type, yaitu pemilihan pemeran berdasarkan kesesuaian fisik aktor.

Misalnya, tokoh orang tua diperankan oleh aktor tua, tokoh pedagang diperankan aktor yang berjiwa pedagang, dan sebagainya. 3. Anti type casting, yaitu pemilihan peran yang bertentangan dengan watak dan ciri fisik yang diperankan. Teknik ini sering disebut educational casting, yaitu mendidik seseorang untuk memerankan watak dan tokoh yang berlawanan dengan watak yang dimilikinya. 4. Casting to emotional tempertrment, yaitu pemilihan pemeran berdasarkan kecocokan emosi dengan peran yang akan dibawakannya. Pengalaman masa lalu dalam hal emosi akan memudahkan aktor menghayati dan menampilkan dirinya sesuai tuntutan cerita. Temperamen yang cocok juga akan membantu proses penghayatan diri yang dibawakan. 5. Therapeutic casting, yaitu pemilihan pemeran dengan maksud memberikan penyembuhan terhadap ketidakseimbangan psikologis dalam diri seseorang.

Bacalah nulikan naskah drama yang berjudul "Orang Kasar" karya Anton Chekov yang disadur oleh W.S. Rendra berikut.

Semua karya seni, termasuk teater diekspresikan dengan menggunakan simbol. Simbol dalam seni teater dapat dipahami sebagai benda, bentuk, unsur seni yang mengandung nilai. Nilai dalam karya seni berupa nilai bentuk dan nilai isi. Nilai bentuk artinya dapat ditangkap dengan indera, baik penglihatan, pendengaran, penciuman, rabaan atas pertunjukan teater di atas panggung.

Simbol dapat dimaknai sebagai sarana yang dipilih, bersifat khusus untuk menyampaikan gagasan kreator seni dan kemudian diwujudkan dalam bentuk seni melalui beberapa unsur yang terkandung di dalamnya.

Simbol adalah tanda yang menyatakan suatu hal atau mengandung maksud tertentu. Dalam sebuah masyarakat, tanda merupakan hasil kesepakatan dan bersifat manasuka. Misalnya, tanda setrip merah di dalam lingkaran merah dalam ramburambu lalu-lintas memiliki arti dilarang masuk; hewan tikus dijadikan simbol bagi para koruptor; kursi merupakan lambang kekuasaan, dan sebagainya.

Teater adalah cabang seni yang di dalamnya terdiri dari banyak cabang seni yang lain, seperti seni peran, seni rupa, seni musik, seni tari, seni rias, seni busana, dan lain-lain. Sementara, seni adalah bidang yang syarat akan simbol. Oleh sebab itu, di dalam teater terdapat banyak hal yang bisa disimbolkan.

Simbol dalam teater bisa diidentifikasikan melalui elemen cabang-cabang seni tersebut. Misalnya, musik pelan dengan nada minor melambangkan haru atau kesedihan; lampu berwarna merah temaram melambangkan suasana muram; busana dan property berwarna emas penuh dengan hiasan melambangkan keagungan atau kemewahan; latar panggung gedung-gedung tinggi bercampur rumah-rumah kumuh melambangkan ketimpangan social; dan sebagainya.

(contoh foto tentang setting, busana, dan rias yang mewakili simbol dan nilai estetis)

Pengertian nilai estetik berkaitan dengan pergelaran teater, dipahami sebagai mutu yang terkandung di dalam seni, wujud seni dengan beberapa unsur penting seni melalui simbol. Nilai sebuah karya seni dapat diketahui melalui pegamatan, apresiasi, dan ulasan terhadapnya. Nilai sebuah karya seni itu subjektif, bergantung sudut pandang apresiatornya. Seni teater memiliki nilai keindahan, nilai bentuk dan isi, dan makna dibalik simbol yang dihadirkannya.

Di bawah adalah naskah drama berjudul "Pada Suatu Hari", karya Arifin C. Noer. Bacalah dan simak karakter masing-masing tokohnya! Identifikasikan makna simbol masing-masing tokoh berdasarkan wataknya!