Dibawah ini yang bukan merupakan tujuan diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika adalah

Dibawah ini yang bukan merupakan tujuan diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika adalah

Ilustrasi bendera Merah Putih. Credit: unsplash.com/Nick

Bola.com, Jakarta - KAA merupakan singkat dari Konferensi Asia Afrika. KAA adalah sebuah konferensi tingkat tinggi yang diadakan oleh negara-negara dari Asia dan Afrika.

Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Asia Afrika pada 18-24 April 1955, yang diadakan di Gedung Merdeka, Bandung, Jawa Barat. Itulah mengapa, konferensi ini juga dikenal sebagai Konferensi Bandung.

Penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika diprakarsai oleh lima negara, yakni Indonesia, Myanmar, Sri Lanka, India, dan Pakistan. Kegiatan konferensi dikoordinasi oleh Sunario selaku Menteri Luar Negeri Indonesia pada era itu.

Konferensi Asia Afrika diikuti 29 negara peserta dan menghasilkan 10 poin penting yang disebut dengan Dasasila Bandung.

Hasil dari KAA tersebut berhasil membakar semangat dan memperkuat moral bangsa-bangsa Asia dan Afrika yang sedang berjuang mencari kemerdekaan kala itu.

Tak hanya itu, Konferensi Asia Afrika juga mempunyai tujuan lain demi kepentingan bersama.

Berikut ini rangkuman tentang tujuan KAA, negara peserta, dan hasil keputusannya yang penting untuk diketahui, dilansir dari laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, Rabu (25/8/2021).

Tujuan KAA

1. Mempererat solidaritas negara-negara di Asia dan Afrika.

2. Meninjau masalah-masalah hubungan sosial ekonomi dan kebudayaan dari negara-negara Asia dan Afrika.

3. Menjalin kerukunan antarumat beragama di wilayah Asia dan Afrika.

4. Memberikan sumbangan untuk memajukan perdamaian dan kerja sama dunia.

5. Mencanangkan gerakan politik untuk melawan kapitalisme asing.

6. Melawan kolonialisme dan neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet, dan negara imperialis lainnya.

Negara Peserta KAA

1. Afganistan

2. Arab Saudi

3. Burma (sekarang Myanmar)

4. Ceylon (sekarang Sri Lanka)

5. China

6. Ethiopia

7. Filipina

8. Ghana

9. India

10. Indonesia

11. Irak

12. Iran

13. Jepang

14. Kamboja

15. Laos

16. Lebanon

17. Liberia

18. Libya

19. Mesir

20. Nepal

21. Pakistan

22. Sudan

23. Suriah

24. Thailand

25. Turki

26. Vietnam

27. Vietnam Selatan

28. Yaman

29. Yordania

Ada 10 poin hasil KAA atau yang disebut dengan Dasasila Bandung:

1. Menghormati hak-hak asasi manusia dan menghormati tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip dalam Piagam PBB.

2. Menghormati kedaulatan dan keutuhan wilayah semua negara.

3. Mengakui persamaan derajat semua ras serta persamaan derajat semua negara besar dan kecil.

4. Tidak campur tangan di dalam urusan dalam negeri negara lain.

5. Menghormati hak setiap negara untuk mempertahankan dirinya sendiri atau secara kolektif, sesuai Piagam PBB.

6. (a) Tidak menggunakan pengaturan-pengaturan pertahanan kolektif untuk kepentingan khusus negara besar mana pun. (b) Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain mana pun.

7. Tidak melakukan tindakan atau ancaman agresi atau menggunakan kekuatan terhadap keutuhan wilayah atau kemerdekaan politik negara mana pun.

8. Menyelesaikan semua perselisihan internasional dengan cara-cara damai, seperti melalui perundingan, konsiliasi, arbitrasi, atau penyelesaian hukum, ataupun cara-cara damai lainnya yang menjadi pilihan pihak-pihak yang bersangkutan sesuai Piagam PBB.

9. Meningkatkan kepentingan dan kerja sama bersama.

10. Menjunjung tinggi keadilan dan kewajiban-kewajiban internasional.

Sumber: Kemdikbud

Dibawah ini yang bukan merupakan tujuan diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika adalah
Konferensi Asia Afrika 1955. ©2021 wikipedia/ Merdeka.com

SUMUT | 13 Oktober 2021 16:03 Reporter : Ibrahim Hasan

Merdeka.com - Masyarakat Indonesia pasti sudah tahu dengan momen bersejarah Konferensi Asia Afrika (KAA). Konferensi ini juga dikenal sebagai Konferensi Bandung yang merupakan sebuah konferensi tingkat tinggi yang diadakan oleh negara-negara dari Asia dan Afrika.

Melansir Encyclopaedia Britannica (2015), KAA digelar di Bandung pada 18-24 April 1955. KAA Bandung dihadiri 29 pemimpin dari Asia dan Afrika. Mereka adalah perwakilan dari separuh penduduk dunia.

Konferensi Asia Afrika adalah salah satu warisan Indonesia untuk perdamaian dunia. Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Asia Afrika ini. Tujuan KAA di Bandung melahirkan Gerakan Non-Blok yang berusaha menahan Perang Dingin antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet. Selain itu tujuan KAA di Bandung sebagai wujud upaya melawan kolonialisme yang masih ada.

Lebih jauh lagi, berikut ulasan tujuan KAA di Bandung beserta dampak hasil bagi dunia, dan keuntungannya bagi Indonesia melansir dari laman bem.unej.ac.ic dan Kemdikbud.go.id.

2 dari 4 halaman

Dibawah ini yang bukan merupakan tujuan diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika adalah

©2021 indonesia.go.id/Merdeka.com

Tujuan KAA di Bandung antara lain untuk mempererat solidaritas negara-negara di Asia dan Afrika,  meninjau masalah-masalah hubungan sosial ekonomi dan kebudayaan dari negara-negara Asia dan Afrika, menjalin kerukunan antar umat beragama di wilayah Asia dan Afrika, hingga memberikan sumbangan untuk memajukan perdamaian dan kerja sama dunia.

Selain itu, tujuan KAA di Bandung untuk mencanangkan gerakan politik untuk melawan kapitalisme asing dan terakhir melawan kolonialisme dan neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet dan negara imperialis lainnya.

Negara Panitia dan Peserta Konferensi Asia Afrika

Negara penggagas KAA di Bandung kala itu berasal dari Indonesia, India, Birma (Myanmar) Pakistan, dan Sri Lanka. Dari Indonesia sendiri kegiatan KAA di Bandung dikoordinasi oleh Sunario selaku Menteri Luar Negeri Indonesia di era itu. Konferensi Asia Afrika diselenggarakan pada 18-24 April 1955 di Gedung Merdeka, Bandung, Jawa Barat.
Kelima negara ini punya keresahan masing-masing, di antaranya ialah:

  • Keengganan Barat untuk berunding terkait nasib bangsa Asia
  • Ketegangan antara China dan Amerika Serikat
  • Keinginan untuk menciptakan perdamaian dengan China dan Barat
  • Perlawanan terhadap kolonialisme, terutama pengaruh Prancis di Afrika Utara
  • Sengketa Indonesia dengan Belanda atas Irian Jaya

Untuk mencapai tujuan KAA di Bandung penyelenggara mengundang berbagai peserta yang keseluruhan berasal dari negara:

Afghanistan, Arab Saudi, Burma (sekarang Myanmar), Ceylon (sekarang Sri Lanka), China, Ethiopia, Filipina, India, Indonesia, Irak, Iran, Jepang, Kamboja, Laos, Lebanon, Liberia, Libya. Mesir, Nepal, Pakistan, Sudan, Suriah, Thailand, Turki, Vietnam, Vietnam Selatan, Yaman, Yordania

Mereka membahas masalah-masalah yang dihadapi negara-negara bekas koloni Barat yang baru berkembang. Mulai dari masalah perdamaian, perkembangan ekonomi, peran negara dunia ketiga atau negara berkembang dalam Perang Dingin, dan dekolonisasi. Banyak di antara peserta yang datang, khususnya di Afrika, mewakili dan menyampaikan aspirasi negara-negara yang masih dalam proses kemerdekaan.

3 dari 4 halaman

Dibawah ini yang bukan merupakan tujuan diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika adalah
©2015 merdeka.com/andrian salam wiyono

1. Memperoleh Dukungan Merebut Irian Barat dari Kolonial

Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung ini secara bulat mendukung upaya bangsa Indonesia untuk memperoleh kembali Irian sebagai wilayah yang sah dari RI.

Melalui Konferensi Asia Afrika lahirlah Gerakan Non Blok (GNB). GNB mempunyai arti khusus bagi bangsa Indonesia, sebagai negara netral yang tidak memihak. Hal tersebut tercermin dalam Pembukaan UUD 1945 yang menyatakan bahwa “kemerdekaan adalah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”.

2. Persetujuan Dwi Kewarganegaraan antara Indonesia dan RRC

Pada tanggal 22 April 1955 Republik Rakyat Tiongkok dan Republik Indonesia telah menandatangani Perjanjian mengenai soal Dwikewarganegaraan. Kedua negara telah mencapai persesuaian paham sebagai berikut : 

  • Kedua Pemerintah menyetujui dalam Pelaksanaan Perjanjian tersebut di atas, untuk mengambil segala tindakan-tindakan yang seperlunya dan memberikan segala kelonggaran sehingga segenap orang yang mempunyai. Dwikewarganegaraan dapat memilih kewarganegaraannya menurut kehendak sendiri. 

  • Kedua Pemerintah menyetujui bahwa di antara mereka yang serempak berkewarganegaraan Republik Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok terdapat suatu golongan, yang dapat dianggap mempunyai hanya satu kewarganegaraan dan tidak mempunyai dwikewarganegaraan. 

  • kedua pemerintah menyetujui bahwa orang-orang yang sekali telah memilih kewarganegaraannya sesuai dengan Perjanjian tersebut di atas, tidak akan diwajibkan memilih lagi setelah jangka waktu 20 tahun itu berakhir. 

  • kedua pemerintah menyetujui membentuk di Jakarta suatu Panitia Bersama. Tugas Panitia Bersama itu ialah memperbincangkan dan merencanakan cara pelaksanaan Perjanjian Dwikewarganegaraan tersebut di atas. 

  • Sebelum jangka waktu dua tahun yang ditetapkan untuk memilih kewarganegaraan berakhir, kedudukan yang sekarang ini daripada orang-orang yang mempunyai Dwi Kewarganegaraan tidak akan berubah sampai dan setelah mereka melakukan pilihan kewarganegaraannya

4 dari 4 halaman

Dibawah ini yang bukan merupakan tujuan diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika adalah
©2015 merdeka.com

Dasasila Bandung menjadi harapan semua peserta KAA Bandung, utamanya karena sebagian besar pernah merasakan penjajahan. Inilah alasan penting tujuan KAA di Bandung berupa perlawanan terhadap kolonialisme. KAA Bandung kelak menginspirasi Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito, Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru, dan Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser dalam membentuk Gerakan Non-Blok.

Konferensi Asia Afrika ditutup dengan menghasilkan beberapa keputusan dalam bentuk Dasasila Bandung.  Terdapat 10 poin dalam Dasasila Bandung antara lain :

1. Menghormati hak-hak asasi manusia dan menghormati tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip dalam Piagam PBB.

2. Menghormati kedaulatan dan keutuhan wilayah semua negara.

3. Mengakui persamaan derajat semua ras serta persamaan derajat semua negara besar dan kecil.

4. Tidak campur tangan di dalam urusan dalam negeri negara lain.

5. Menghormati hak setiap negara untuk mempertahankan dirinya sendiri atau secara kolektif, sesuai dengan Piagam PBB.

6. (a) Tidak menggunakan pengaturan-pengaturan pertahanan kolektif untuk kepentingan khusus negara besar mana pun.
(b) Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain mana pun.

7. Tidak melakukan tindakan atau ancaman agresi atau menggunakan kekuatan terhadap keutuhan wilayah atau kemerdekaan politik negara mana pun.

8. Menyelesaikan semua perselisihan internasional dengan cara-cara damai, seperti melalui perundingan, konsiliasi, arbitrasi, atau penyelesaian hukum, ataupun cara-cara damai lainnya yang menjadi pilihan pihak-pihak yang bersangkutan sesuai dengan Piagam PBB.

9. Meningkatkan kepentingan dan kerja sama bersama.

10. Menjunjung tinggi keadilan dan kewajiban-kewajiban internasional.

(mdk/Ibr)