Gerak tangan dasar tari yang berupa 4 jari berdiri dan ibu jari menempel masuk ke dalam dinamakan

Gerak tangan dasar tari yang berupa 4 jari berdiri dan ibu jari menempel masuk ke dalam dinamakan

Gambar oleh Agus Purwoko dari Pixabay

Ragam gerak tari pada tarian tradisional Indonesia

Bobo.id - Hari ini teman-teman kelas 4 - 6 SD belajar tentang Ragam Gerak Tari pada program Belajar dari Rumah TVRI.

Berikut adalah rangkuman dan soal materi ragam gerak tari untuk teman-teman yang tidak sempat menyaksikannya.

Yuk, simak!

Baca Juga: 5 Jenis Tari Tradisional Selain dari Tayangan Sahabat Pelangi

Pola Lantai dalam Gerak Tari Daerah

Pola lantai adalah garis yang dilalui oleh penari saat melakukan gerakan tari.

Pola lantai bisa dilakukan secara tunggal, berpasangan, atau berkelompok.

Ada dua garis dasar dalam pola lantai, yaitu garis lurus dan garis lengkung.

Pola garis lurus terdiri dari pola horizontal, pola vertikal, dan pola diagonal.

Pola garis lurus dan pola garis lengkung mengalami pengembangan. Contohnya pola garis lurus berkembang menjadi horizontal, pola diagonal, pola vertikal, pola zig-zag, pola segi empat, pola segi lima, dan pola segitga.

Sedangkan pola garis lengkung berkembang menjadi pola lingkaran, pola lengkung, dan pola angka delapan (8).

Ragam Gerak Dasar Tari

1. Ngrayung

Ngrayung atau ngruji adalah gerak tangan yang berupa keepat jari berdiri. Kemudian ibu jari menempel masuk ke dalam.

2. Ngithing

Ngithing atau nyekithing adalah gerak tangan saat jari tengan menempel dengan ibu jari membentuk lingkaran.

Sedangkan jari-jari yang lain membentuk setengah lingkaran.

3. Nyempurit

Gerak ini adalah saat jari telunjuk menyatu dengan ibu jari membentuk lingkaran dan jari lain membentuk setengah lingkaran.

4. Boyo Mangap

Gerakan ini adalah saat posisi ibu jari ditekuk dan membentuk seperti mulut buaya yang terbuka.

5. Ngepel

Gerak ini dilakukan dengan cara mengepal jari-jari, tapi jari kelingking dan ibu jari agak naik sedikit seperti terbuka.

6. Ukel

Memutar pergelangan tangan dan posisi jari seperti gerakan ngithing.

7. Ulap-Ulap

Posisi jari lurus dengan alis, seperti hormat.

Baca Juga: Penjelasan Otot Polos, Otot Lurik, dan Otot Jantung yang Merupakan 3 Jenis Otot Manusia

Properti Tari dan Maknanya

Properti tari adalah alat yang digunakan sebagai media pementasan tari.

Selain menjadi ciri khas tarian, properti tari juga memiliki fungsi untuk menggambarkan makna dan cerita yang ada pada tarian.

salah satu contohnya pada Tari Bondan dari Jawa Tengah yang menggunakan boneka bayi, payung, kendi, dan selendang. sebagai properti.

Boneka bayi bertujuan untuk menggambarkan sifat keibuan dari sang penari.

Lalu payung digunakan oleh penari sebagai pendukung gerakan dan juga menggambarkan bagaimana ibu melindung anaknya dari bahaya.

Jadi, inti dari Tari Bondan adalah kasih sayang ibu terhadap anaknya.

Baca Juga: Penjelasan Skoliosis, Lordosis, dan Kifosis yang Merupakan Kelainan pada Tulang Belakang

Soal

1. Jelaskan fungsi pola lantai pada seni tari daerah?

Jawab:

Pola lantai berfungsi untuk menata gerakan tari agar kompak dan selaras antara satu dan yang lainnya. 

Selain itu pola lantai juga berguna untuk menata gerakan tarian.

Tak kalah penting, pola lantai bisa menjadikan tarian yang disajikan menjadi lebih indah dan menarik ketika ditonton.

2. Tuliskan 3 tari tradisional Indonesia lalu sebutkan jenis ragam gerak pada setiap tarian tersebut!

Jawab: 

a. Tari Topeng, sebuah tarian asli Indonesia yang berasal dari Cirebon, Jawa Barat.

Namun di daerah lainnya juga terdapat tari Topeng diantaranya Topeng Dayak, Topeng Bali, Topeng Malang, Topeng Reog hingga Topeng Ireng.

Tari ini menggunakan ragam gerak tari klasik yaitu gerak tari yang banyak menggunakan gerak murni dan gerak ekspresif serta imitatif yang telah distilir atau diperhalus.

Tema gerakannya juga menirukan kegiatan manusia dan perangai hewan tetapi gerakannya sudah terpilih dan mempunyai nilai simbolik dengan patokan atau pola-pola gerak yang sudah ditentukan.

b. Tari Reog merupakan salah satu kesenian yang berasal dari Jawa Timur bagian barat laut dan Ponorogo.

Tari ini menggunakan ragam gerak tari kerakyatan, yaitu gerak tari yang banyak menggunakan imitatif dan ekspresif.

Gerakannya menirukan kegiatan dan emosi manusia sampai menirukan perangai binatang.

c. Tari Saman adalah sebuah tarian Suku Gayo Aceh yang biasa ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat.

Tari ini menggunakan ragam gerak tari kreasi baru, yaitu gerak tari yang dibentuk dari paduan beberapa ragam gerak tari tradisional sehingga menjadi bentuk baru.

Bentuk baru ini terasa lebih dinamis dan energik karena didukung oleh generasi muda dan ditata oleh koreografer yang kreatif.

Baca Juga: Makna Sila Ketiga Pancasila dan Contoh Penerapannnya dalam Kehidupan Sehari-hari

3. Mengapa setiap jenis tarian memiliki properti yang berbeda-beda?

Jawab:

Setiap jenis tarian memiliki properti yang berbeda-beda karena setiap tari memiliki arti dan makna yang berbeda pula.

Selain itu tergantung kebutuhan dan ciri khas dari tari atau kebudayaan daerah. Karena setiap daerah memiliki adat istiadat sendiri-sendiri, dan setiap daerah memiiki busana tari yang berbeda-beda.

Baca Juga: Ini yang Terjadi Jika Kita Sering Melewatkan Sarapan, Bisa Meningkatkan Risiko Diabetes dan Sulit Belajar

-----

Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dan pengetahuan seru, langsung saja berlangganan majalah Bobo dan Mombi SD. Tinggal klik di https://www.gridstore.id

Atau teman-teman bisa baca versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di ebooks.gramedia.com

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Ngithing.

Posisi tangan dengan mempertemukan ujung jari tengah ibu jari membentuk lingkaran, sedangkan jari-jari lainnya agak diangkat keatas dengan masing-masing membentuk setengah lingkaran. Posisi ini terdapat pada tari gaya Surakarta dan Yogyakarta, dipergunakan untuk tangan kiri dan kanan.

Ngleledhek.

Gerakan penari ledhek yang kurang lebih maksudnya memikat hati, tujuannya agar penonton, lebih-lebih yang akan ngibing (lihat ngibing) menjadi tertarik padanya.

Ngoyog.

Menggerakkan seluruh tubuh jika samping kiri atau kanan tanpa mengangkat kaki pada tari puteri dan putera gaya Yogyakarta.

Ngoyog bali jinjit.

Menggerakan seluruh tubuh kesamping kanan tanpa mengangkat kaki (lihat ngoyog), kemudian kembali (bali) dengan gerak berjengket diatas ujung kaki (jinjit) ke posisi semula. Gerak ini hanya terdapat pada tari putera halus dan rendah hati (lihat alus impur) gaya Yogyakarta untuk peranan-peranan seperti Arjuna, Rama, Laksmana, dll.

Ngoyog cethik.

Menggerakkan pinggul kesamping kiri atau kanan pada tari gaya Yogyakarata.

Ngregem.

Gerak menggenggam sampur pada tari puteri gaya Yogyakarta. Gerak ini dilakukan pada waktu persiapan akan melakukan gerak panggel (lihat panggel) dana hanya dilakukan dengan tangan kanan.

Ngruji.

Posisi tangan kanan dengan meluruskan keempat jari-jari  keatas, sedangkan ibu jari ditekuk ke arah telapak tangan. Posisi tangan ini terdapat pada tari gaya Yogyakarta, lazimnya dipergunakan untuk tangan sebelah kiri.

Ngundhuh sekar.

Ragam gerak kedua belah tangan dengan posisi salah satu tangan berada didekat telinga, sedangkan tangan yang lain mengarah diagonal ke bawah, menirukan gerak sedang memetik (ngundhuh) bunga (sekar) pada tari puteri dan putera halus gaya Yogyakarta. Gerak ini dipakai pada tari bedhaya, srimpi dan enjeran.

Ngunus.

Gerak menarik (ngunus) kaki yang baru saja diletakkan pada tari putera halus dan gaya Yogyakarta.

Ngunus racik.

Gerak menarik (ngunus) tangan yang dilakukan dua kali (racik) pada tari putera halus dan gagah gaya Yogyakarta. Gerak ini merupakan gerak penghubung bagi frase yang agak panjang, yang dilakukan bila akan berganti ke frase yang alian. Setelah gerak ngunus racik disusul dengan gerak sabetan (lihat sabetan) sebagai permulaan frase berikutnya.

 

Nibake.

Bahasa jawa ngoko (rendah) untuk ndhawahken (lihat ndhawahken).

Nimblis.

Dengan seluruh tubuh dan segenap kekuatan mencoba mengenai lawan.

Ningsetkan peningset.

Ragam gerak tangan kiri dan tangan menggambarkan penari sedang mengencangkan (ningset-ken) sabuk (peningset) pada tari Klana, dan sering pula pada bagian enjeran (lihat enjeran) dalam tari perang.

Njimpit.

Memegang tepi sampur dengan ibu jari dan jari tengah dalam bentuk posisi tangan ngithing (lihat ngithing) untuk tari gaya Yogyakarta.

Nyamber.

Melakukan gerak terbang (lihat samberan) pada tari gaya Yogyakarta.

Nyamplak.

Gerak memukul dengan sampur atau selendang yang banyak digunakan pada tari perang puteri atau putera halus gaya Yogyakarata.

Nyangkol udhet.

Mencangkolkan udhet atau sampur ( lihat udhet) pada siku untuk tari puteri gaya Yogyakarta.

Nyaraki.

Bila raja berkenan naik kuda dalam suatu upacara, maka para petugas yang menyiapkan kuda (gamel) membersihkan mulut kuda dengan air, maju mendekat dan mundur setelah selesai tugas dengan jalan menari.

Nyathok.

Menggerakkan sampur atau selendang dengan melemparkan ke atas tetapi tidak dilepaskan melainkan ditangkap kembali dengan ujung jari-jari tangan hingga sampur tersebut menutupi tangan, untuk tari gaya Yogyakarta.

Nyebrak.

Cara mencabut keris warangka, tetapi belum sampai keluar semua dari warangkanya.

Nyempurit.

Posisi tangan dengan mempertemukan ujung jari dengan ujung telunjuk, jari tengah dan jari manis ditekuk ke bawah, kelingking ditekuk ke atas hingga bentuk posisi ini memyerupai kepala seekor burung. Posisi tangan ini terdapat pada tari gaya Surakarta dan Yogyakarta, lazimnya dipergunakan untuk tangan sebelah kanan.

Nyirig.

Melakukan gerak sirig (lihat sirig).

Nylekenthing.

Posisi jari-jari kaki yang ditekuk ke atas yang merupakan posisi yang selalu harus dilakukan bagian kaki yang menapak pada tari gaya Yogyakarta.

Nyothe.

Cara memakai keris setelah dimasukkan atau diselipkan pada sabuk yang sebenarnya berada dibagian warangka yang disebut branggah maupun gayaman (lihat branggah dan gayaman) agak ditarik kesamping, sehingga terletak dibagian samping badan, seolah-olah seperti dijapit dengan tangan atau lengan.

Obah lambung.

Gerak lambung atau toreo bagian bawah kesamping kiri kanan pada tari gaya Yogyakarta.

Ombak banyu.

Gerak peralihan yang terdapat pada tari putera halus dan gagah gaya Yogyakarta. Ombak berarti ‘ombak’ banyu, banyu berarti ‘air’. Gerak ini bernama ombak banyu karena pada waktu menggerakkan badan ke kiri dan ke kanan selalu didahului dengan gerak ke atas seperti gerak ombak air. Gerak ini dipakai pada tari Lawung dan adegan-adegan penghadapan pada drama tari.

Ombak banyu wirama rangkep.

Gerak ombak banyu (lihat ombak banyu) yang dilakukan dengan irama rangkap (rangkep)  yaitu dua kali lebih lambat dari ombak banyu biasa. Gerak ini dipakai pada tari putera halus dan gagah gaya Yogyakarta seperti tari Lawung dan adegan-adegan penghadapan pada drama tari.

 

Ongkek.

1. Gerakkan seluruh lengan sampai bahu kiri atau kanan ke depan, kemudian ke belakang pada tari gaya Yogyakarta; 2. Buluh bambu yang diberi dua buah kaki, sebagai pemikul gamelan barangan (lihat barangan).

Ora mingkih.

Yakin pada diri sendiri dan pantang mundur, merupakan dasar keempat dari dasar estetik tari Jawa gaya Yogyakarta yang disebut Joged Mataram (lihat Joged Mataram). Ora berarti ‘tidak’ mingkuh berarti ‘bergerak’. Seorang penari harus merasa yakin atas penampilan dirinya di atas pentas dan tidak akan merasa terganggu oleh sesuatu apapun. Misalnya kakinya menginjak sesuatu hingga merasa sakit, ia tidak boleh menunjukkan rasa sakit itu dsb. Atau, meskipun seorang penari lupa akan sesuatu bagian dari gerak tari yang harus dibawakan, ia tidak boleh berhenti dan mengingat-ingat yang terlupa, tetapi ia harus terus menari dengan penuh keyakinan.

Pacak gulu.

Gerak kepala pada tari gaya Surakarta dan Yogyakarta. Pacak berarti ‘hiasan’; dan gulu berarti ‘leher’. Disebut demikian karena gerak kepala ini sebenarnya merupakan akibat dari gerak leher.

Pacak gulu jiling.

Gerak kepala (lihat pacak gulu) dengan meliuk-liuk ke atas (jiling).

Pandengan.

Pandangan mata yang jaraknya berdasar pandangan mata ke titik lantai pada tari gaya Yogyakarta. Jarak ini berbeda-beda antara tipe tari yang satu dengan tipe tari yang lain. Pandangan mata tari puteri dan putera halus adalah kira-kira lima kali tinggi badan penari. Hanya pada tari perang pandangan penari ditujukan ke kepala musuhnya.

Panggel.

Gerak kaki pada tari puteri dan putera halus gaya Yogyakarta (lihat panggel). Kaki kanan menapak penuh, sedangkan kaki kiri menapak sambil berjengket dengan tekanan yang lembut. Untuk tari puteri dan putera halus ada dua panggel, yaitu panggel kiri dan panggel kanan.

Panggel kiwa.

Gerak kaki pada tari putera dan puteri halus gaya Yogyakarta (lihat panggel). Kaki kanan menapak penuh, sedangkan kaki kiri menapak sambil berjengket dengan tekanan lembut.

 

 

Panggel ngregem.

Gerak panggel (lihat panggel) dengan dibarengi oleh gerak ngregem (menggenggam sampur) pada tari puteri gaya Yogyakarta.

Panggel tengen.

Gerak kaki pada tari puteri dan putera halus gaya Yogyakarta (lihat panggel), kaki kiri menapak penuh, sedangkan kaki kanan menapak sambil berjengket dengan tekanan lembut.

Pangkat ndhawah.

Transisi dari gendhing (lihat gendhing) ke bagian ndhawah.

Pangkat minggah.

Transisi dari gendhing (lihat gendhing) ke bagian minggah.

Pangkon.

Tempat meletakkan bilahan jenis saron yang dibuat dari kayu yang bentuknya mirip koyak dengan bagian kanan kiri terdapat hiasan mirip gelung, pada bagian tengah terdapat semacam lubang berbentuk empat persegi panjang sebagai resonator. Pangkon ini mempunyai alas kaki, dan yang bagus dibuat dari kayu nangka.

Pangrawit.

 Sama dengan pradangga (lihat pradangga).

Pasemon.

 Ekspresi muka pada tari gaya Yogyakarta yang meskipun tidak bebas, tetapi harus cocok dengan peranan yang dibawakan.

Pasu.  

Bagian tepi rai (lihat rai) yang melengkung menghubungkan bagian rai dan bau pada jenis pencon.

Patalon.

Rangkaian beberapa untuk gendhing yang dibunyikan sebelum pertunjukkan wayang dimulai. Untuk wayang di daerah Surakarta menggunakan rangakaian  gendhing Patalon dimulai dari gendhing Cucurbawuk diteruskan Pareanom kemudian diteruskan lagi ladrang Srikaton dan Ketawang Sukmailang, Ayak-ayakan, Srepegan dan diakhiri dengan Sampak, semuanya pathet Manyura. Susunan tersebut untuk wayang kulit purwa.

Patapukan.

Lihat wayang topeng.

 

 

Pendhapan.

Berjalan dengan lutut ditekuk, dan pada waktu badan digerakkan kedepan kaki berjengket. Gerak berjalan ini terdapat pada tari putera halus dan gagah gaya Yogyakarta, dipakai untuk gerak merayu pada tari percintaan.

Perang.

Gerak perang, baik dengan menggunakan senjata atau tidak pada tari gaya Surakarta dan Yogyakarta.

Perangan.

Gerak perangan atau bagian perang dari komposisi tari perang gaya Yogyakarta. Perangan merupakan bagian ketiga dari komposisi tari perang yang utuh yang terdiri dari empat bagian, yaitu maju gendhing, enjeran, perangan, dan mundur gendhing.

Perang brubuh.

Perang terakhir dalam suatu lakon wayang wong, untuk menentukan siapa yang menang.

Perang gendhing.

Gerak tari yang menggambarkan peperangan, namun gerak-gerak tersebut masih terikat oleh irama gamelan, seperti misalnya pada irama kethuk, kempul, kenong, gong.

Perang irama.

 Perang berirama pada tari gaya Yogyakarta, misalnya perang pada Srimpi, Lawung, dan juga pada beksan-beksan perang lainnya (lihat perang gendhing).

Perang jengkeng.

Gerak perang yang dilakukan dengan posisi jengkeng atau jongkok pada tari putera gagah gaya Yogyakarta.

Perang kembang.

Perang didalam wayang wong (lihat wayang wong), antara raksasa Cakil dan kawan-kawannya raksasas yang lain melawan seorang ksatria, di mana dalam perang ini perang penuh dengan variasi yang bermacam-macam dengan mementingkan keindahan gerak.

Perang mandras.

Gerak tari gaya Surakarta untuk menggambarkan perang, dengan iranagan srepekan (lihat srepegan), dengan gerak yang masih terikat oleh irama kendhang yang mempunyai pola-pola tertentu. Apabila akan mengakhiri suatu pola tersebut akan jelas terdengar kendhang memainkannya dan pertanda akan gong pada akhir pola tersebut.

 

 

 

Perang ruket.

 Gerak tari yang menggambarkan perang dan tidak terikat oleh irama dari gamelan, sehingga langsung pada gerak-gerak perang yang mengutamakan kelincahan, ketrampilan, dan semangat..