Hipotesis yang menyatakan bahwa planet-planet dan matahari muncul pada saat yang sama

Jakarta -

Teori heliosentris adalah teori yang menyatakan bahwa matahari merupakan pusat dari sistem tata surya dan bumi bergerak mengelilinginya dalam orbit berbentuk lingkaran. Teori inilah yang dianggap sebagai salah satu penemuan terpenting sepanjang masa.

Bahkan dianggap sebagai titik mula fundamental bagi astronomi modern dan sains modern, seperti yang dikutip dari buku bertajuk Manusia dan Sejarah: Sebuah Tinjauan Filosofi karya Yulia Siska.

Untuk masalah orbit, data yang diperoleh Copernicus memperlihatkan adanya indikasi penyimpangan kecepatan sudut orbit planet-planet. Namun, ia mempertahankan bentuk orbit lingkaran dengan menyatakan bahwa orbitnya tidak konsentrik.

Teori heliosentris disampaikan Copernicus dalam publikasinya yang berjudul De Revolutonibus Orbium Coelestium. Namun, teori ini sempat ditolak oleh pandangan gereja dan dianggap berbahaya.

Menurut buku Pendidikan Mental Menuju Karakter Bangsa karya Imam Sibaweh, tulisan Copernicus juga dilarang untuk dipublikasikan hingga tahun 1543 atau bertepatan dengan tahun kematiannya.

Teori ini ditolak pihak gereja karena dianggap bertentangan dengan pandangan sebelumnya yang diungkapkan oleh filsuf terkenal, Aristoteles, pendukung teori geosentris.

Ilmuwan Galileo Galilei yang tertarik dengan teori heliosentris pun ikut membuktikan teori tersebut. Melalui bukunya yang berjudul Dialog Astronomi, Galileo membuat pembaca percaya bahwa matahari adalah pusat tata surya.

Dikutip dari Sang-wook Park dalam bukunya bertajuk Why? Scientific Events, Galileo telah membuktikannya dengan penelitian teleskop. Alasan dari pernyataannya adalah karena ia melihat adanya perubahan pada bintik hitam (black spot) pada matahari, satelit (bulan) yang mengorbit Jupiter, dan perubahan fasa Venus yang seperti rembulan.

Perubahan fasa venus ini ditunjukkan dengan Venus yang terlihat semakin kecil ketika mendekati bentuk bulat. Sebab Venus berada dalam jarak terjauh dengan bumi ketika Venus, matahari, dan Bumi berada dalam satu garis lurus.

Sebaliknya, Venus terlihat paling besar saat berbentuk sabit. Perubahan fasa Venus yang telah diteliti membuktikan bahwa Venus berada di depan bumi dan bersama juga mengelilingi matahari. Hingga pada akhirnya, teori bahwa matahari adalah pusat tata surya inilah yang digunakan hingga sekarang.

Teori Geosentris

Sebelum muncul teori heliosentris, teori awal yang muncul terkait dengan sistem tata surya kita adalah teori geosentris.

Teori ini dikemukakan oleh seorang ahli dari Yunani bernama Claudius Ptolomeus. Teori geosentris menyatakan bahwa semua objek dalam tata surya kita bergerak relatif terhadap bumi.

Dengan kata lain, menurut teori geosentris, bumi merupakan pusat tata surya. Teori ini bahkan dipercaya selama hampir 1400 tahun lamanya. Sebab, jika kita memperhatikan benda-benda langit di sekitar kita, benda-benda tersebut tampak tengah bergerak mengelilingi bumi.

Sebab itulah teori ini juga didukung oleh para ilmuwan lain seperti, Socrates, Plato, Aristoteles, Tales, Anaximander, dan Phytagoras.

Hingga kemudian ditemukan kelemahan dalam teori geosentris, yaitu teori ini tidak dapat menjelaskan matahari dan bulan yang bergerak dalam jejak lingkaran mengelilingi bumi, tetapi planet bergerak tidak teratur dalam serangkaian simpul ke arah timur.

Nah, detikers sekarang sudah paham perbedaan antara teori heliosentris dan geosentris, bukan?

Simak Video "Astronom Temukan Bintang Terjauh, Terbentuk Hampir 13 Miliar Tahun"



(pal/pal)

Tahukah kamu di mana letak planet bumi yang kita tinggali ini? Ya, planet bumi ini berada dalam sebuah sistem yang disebut sebagai sistem tata surya. Nah, sistem tata surya itu sendiri merupakan salah satu sistem bintang yang berada dalam cakupan galaksi bimasakti.

Lantas, apa yang dimaksud dengan sistem tata surya ini. Sistem tata surya adalah satu kesatuan yang terdiri dari matahari sebagai pusatnya, dan dikelilingi oleh anggota -anggotanya yang terdiri dari planet -planet, bulan, meteor, komet, dan anggota lain yang terus bergerak.

Dalam sistem tata surya ini, hanya matahari sajalah yang mampu memancarkan cahayanya sendiri. Sementara anggota dari sistem tata surya yang lain hanya bisa memantulkan cahaya. Setelah mengenal apa itu tata surya, lalu sudah tahukah kamu mengenai proses pembentukan tata surya?

Pembahasan mengenai bagaimana sistem Tata Surya ini dibentuk sudah banyak dijelaskan dalam teori - teori pembentukan tata surya. Dalam teori terjadinya tata surya, dijelaskan mengenai bagaimana matahari, planet, serta satelit mampu bekerja secara teratur dalam sistem ini.

Teori -teori ini memang tidak mutlak kebenarannya. Namun, teori ini dikemukakan oleh para ahli melalui usaha keras dengan berbagai penelitian, pengamatan dan percobaan, hingga akhirnya ditemukanlah teori pembentukan tata surya dengan dasar yang logis.

Ada beberapa teori pembentukan tata surya yang banyak dikenal dan diakui. Beberapa di antaranya adalah teori nebula, teori plantesimal, teori pasang surut, teori lyttleton atau bintang kembar, teori awan debu, dan hipotesis kulper.

1. Teori Nebula

Dalam teori Nebula, diungkapkan bahwa pada awalnya sistem tata surya ini terbentuk dari suatu nebula atau kabut tipis yang sangat luas. Nebula atau massa gas raksasa yang bercahaya ini berputar perlahan -lahan yang kemudian secara berangsur -angsur mendingin, mengecil dan mendekati bentuk bola.

Rotasi yang terjadi semakin lama semakin kencang sehingga mengakibatkan bagian tengah dari massa tersebut jadi menggelembung. Akibatnya, lingkaran materi tersebut terlempar keluar.

Lingkaran inilah yang kemudian mendingin, mengecil, hingga akhirnya menjadi planet -planet. Planet -planet yang terbentuk tetap mengorbit mengeliling inti massa. Sementara lingkaran lain terlempar lagi dari pusat massa sehingga menjadi seluruh planet yang kita kenal sekarang ini, termasuk bumi.

Pusat massa tersebut adalah matahari. Berikutnya, planet -planet yang ada juga melemparkan massa-nya keluar angkasa sehingga berubah menjadi satelit seperti bulan yang dimiliki oleh bumi.

Teori Nebula diketahui muncul pertama kali pada abad XVIII yang diawali oleh pendapat dari seorang filsuf Jerman bernama Immanuel Kant. Pendapat Kant mengenai tata surya yang terbentuk dari nebula ini kemudian diperkuat oleh Marquis de Laplace (Piere Simon), yang merupakan seorang astronom Prancis.

Teori yang diungkapkan oleh Laplace lebih merupakan penjelasan pendapat Kant. Meski Laplace pun tidak mengetahui sumbangan dari pemikiran kant dalam teorinya tersebut. Karena berasal dari pemikiran dua ahli ini, maka teori Nebula juga sering disebut sebagai Teori Kant -Laplace.

2. Teori Planetesimal

Yang dimaksud dengan planetesimal merupakan suatu benda padat kecil yang bergerak mengelilingi suatu inti yang bersifat gas. Teori planetesimal mengemukakan bahwa suatu ketika sebuah bintang melintasi ruang angkasa dengan cepat dan berada sangat dekat dengan matahari.

Bintang yang melintas tersebut rupanya memiliki daya tarik yang besar sekali sehingga mengakibatkan pasang di bagian gas panas matahari. Karenanya, terdapatlah massa gas dari matahari yang terlempar keluar dan mulai mengorbit pada matahari.

Namun, karena daya tarik yang masih banyak dimiliki matahari, maka massa gas tersebut tertahan dan bergerak mengeliling matahari. Massa gas ini lama kelamaan menjadi dingin dan bentuknya menjadi cairan yang lalu memadat. Massa tersebutlah yang saat ini kita kenal sebagai planet, termasuk untuk bumi kita.

Teori Planetesimal ini muncul pertama kali sekitar tahun 1900. Teori ini pertama kali dikemukakan oleh seorang astronom bernama Forest Ray Moulton serta seorang ahli geologi bernama T.C. Chamberlain dari Universitas Chicago.

Teori planetesimal ini didasarkan pada pengamatan bahwa beberapa bintang di langit nampak tidak pernah berhenti bergerak. Suatu ketika, bintang yang terus bergerak tersebut melintas sangat dekat dengan Matahari.

Lalu karena adanya gaya gravitasi, maka terjadilah gaya tarik menarik antara matahari dan bintang yang melintas tersebut. Terjadilah pasang yang mengakibatkan terbentuknya planet -planet. Planet yang terbentuk ini yang mungkin mengikuti bintang yang lewat tadi.

Simak juga: Pengertian Hidrologi, Siklus Hidrologi dan Jenis Jenis Siklus Hidrologi

3. Teori Pasang Surut

Teori pasang surut atau teori pasang ini juga terkadang disebut sebagai teori ide benturan. Dalam teori pasang surut atau teori ide benturan ini, disebutkan bahwa planet -planet awalnya terbentuk secara langsung oleh gas asli matahari yang tertarik oleh bintang yang melintas sangat dekat dan nyaris bersinggungan dengan matahari.

Teori ini memang hampir sama dengan teori planetesimal. Hanya bedanya, pada teori pasang surut ini planet tidak terbentuk oleh planetesimal. Teori ini menyebutkan bahwa saat bintang berada sangat dekat dengan matahari, ada tarikan gravitasinya yang menyedot filament gas yang berbentuk cerutu panjang.

Filament ini membesar di bagian tengah dan mengecil di kedua ujungnya. Dari filament inilah, kemudian terbentuk sebuah planet. Pendapat ini dicetuskan pertama kali oleh Sir James Jeans dan Sir Harold Jeffreys dari Inggris pada tahun 1918.

Jeans dan Jeffreys beranggapan bahwa kelahiran Tata Surya adalah suatu peristiwa langka. Sebab, peristiwa ini terjadi saat matahari nyaris bersinggungan dengan sebuah bintang. Peristiwa yang menyebabkan lidah matahari jadi berbentuk seperti cerutu ini juga menjadi penjelasan logis tentang ukuran planet yang berbeda satu sama lain.

4. Teori Lyttleton atau Teori Bintang Kembar

Teori lyttleton atau yang juga sering disebut sebagai teori bintang kembar ini mengemukakan bahwa mulanya matahari merupakan bintang kembar yang mengelilingi sebuah medan gravitasi. Tapi, ada sebuah bintang yang menabrak salah satu bintang kembar tersebut dan mungkin menghancurkannya.

Bintang yang hancur tersebut lantas berubah menjadi massa gas yang berputar-putar. Karena terus berputar, maka massa gas itu berubah dingin dan membentuk planet - planet. Sementara satu bintang lain yang bertahan menjadi pusat tata surya yang kita kenal sebagai matahari.

Matahari mampu menahan planet yang terbentuk tersebut karena memiliki kekuatan gravitasi. Karenanya, planet -planet dapat beredar menurut lintasannya mengelilingi matahari. Karena anggapan pembentukan tata surya ini karena adanya suatu benturan, maka itu sebabnya teori ini juga dikenal sebagai teori ide benturan.

Teori Lyttleton ini dicetuskan oleh R.A. Lyttleton yang merupakan seorang astronom. Ia melakukan modifikasi terhadap teori benturan yang sebelumnya pernah ada. Namun, teori yang diungkapkan Lyttleton ini dianggap memiliki penjelasan yang lebih baik mengenai asal mula Tata Surya berdasarkan teori benturan.

5. Teori Awan Debu

Teori Awan Debu mengungkapkan bahwa calon Tata Surya awalnya adalah awan yang sangat luas. Awan ini terdiri dari debu dan gas kosmos yang diperkirakan berbentuk seperti sebuah piring.

Namun, terdapat ketidakteraturan dalam awan tersebut yang menyebabkan terjadinya perputaran sehingga gas dan debu yang berputar berkumpul jadi satu. Sementara debu dan gas ini terus berputar, awan tersebut pun menghilang.

Lalu, partikel -partikel debu yang keras saling berbenturan, melekat dan berubah menjadi planet. Lalu berbagai gas yang ada di tengah -tengah awan berkembang dan menjadi matahari.

Teori Awan Debu ini dicetuskan oleh Fred L. Whippel yang merupakan seorang astronom asal Amerika Serikat. Jika ditelusuri dari prosesnya, teori ini seolah merupakan pengembangan teori Nebula.

Selain apa yang diungkapkan oleh Fred L. Whippel, ada juga astronom Inggris bernama Fred Hoyle dan astronom Swedia bernama Hannes Alven yang mengungkapkan teori yang serupa dengan teori Awan Debu.

Mereka berpendapat bahwa pada mulanya Matahari berputar dengan cepat dengan piringan gas di sekelilingnya. Jika merujuk pada penelitian era modern, Matahari dikatakan berputar kira-kira satu kali dalam 27 hari.

Sementara perhitungan mutakhir juga menunjukkan bahwa Matahari primitif berputar lebih cepat sehingga memungkinkan terlemparnya bahan -bahan yang kemudian membentuk planet. Hal inilah yang mendukung teori awan debu ini.

6. Hipotesis Kuiper

Dalam Hipotesis Kuiper, dikemukakan bahwa alam semesta ini pada awalnya terdiri dari formasi bintang -bintang. Lalu, terdapat dua pusat yang memadat dan berkembang dalam suatu awan antarbintang dari gas hydrogen.

Satu pusat lebih besar daripada pusat yang lainnya. Satu pusat yang lebih besar ini kemudian memadat dan menjadi bintang tunggal yang kita kenal sebagai matahari.

Hipotesis ini dikemukakan oleh Gerard P Kuiper (1905 - 1973). Karena masih merupakan hipotesis dan belum dianggap sebagai teori yang memiliki dasar kuat, pendapat Kuiper ini lumayan jarang digunakan.

Referensi :

  1. Anjayani, Eni. 2009. Geografi : Untuk Kelas X SMA/MA. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
  2. Setiani, Fenti Rahayu dkk. 2012. Geografi : Untuk SMA/ MA Kelas X. Klaten : Intan Pariwara.

*Penulis: Hasna Wijayati

Materi lain:

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA