Jalannya cerita dalam drama disebut A alur b latar c chatting d watak

Alur atau plot atau kerangka cerita merupakan jalinan cerita atau kerangka dari awal  hingga  akhir  yang  merupakan jalinan  konflik  antara  dua  tokoh  yang berlawanan (Waluyo, 2001:8). Menurut Wiyanto (2002:24), secara rinci, perkembangan plot drama ada enam tahap, yaitu eksposisi, konflik, komplikasi, krisis, resolusi, dan keputusan. Tahap eksposisi disebut pula tahap perkenalan. Wujud perkenalan ini berupa penjelasan untuk mengantarkan penonton pada situasi awal lakon drama. Pada tahap konflik, mulai muncul insiden (kejadian). Insiden pertama inilah yang memulai plot sebenarnya, karena insiden merupakan konflik yang menjadi dasar sebuah drama (Wiyanto 2002: 25).

Selanjutnya, cerita berkembang ke dalam tahap komplikasi sehingga menimbulkan konflik-konflik yang semakin banyak dan rumit. Banyak persoalan yang saling terkait yang menimbulkan tanda tanya. Konflik pun akhirnya memuncak dan masuk pada tahap krisis. Klimaks berarti titik pertikaian paling ujung yang dicapai pemain protagonis (pemeran kebaikan) dan pemain antagonis (pemeran kejahatan). Tahap resolusi merupakan penyelesaian konflik. Jalan keluar penyelesaian konflik-konflik yang terjadi sudah mulai tampak jelas. Tahap terakhir adalah keputusan. Pada tahap ini semua konflik berakhir dan  sebentar lagi  cerita selesai. Dengan selesainya cerita, maka pementasan drama selesai (Wiyanto, 2002: 26).

Struktur alur drama ini sejalan dengan struktur alur dalam buku siswa

Jalannya cerita dalam drama disebut A alur b latar c chatting d watak

Gambar   Struktur Alur Drama (Kemdikbud, 2018)

Menurut Wiyanto (2002:12), alur drama disajikan dalam urutan babak dan adegan. Babak adalah bagian terbesar dari drama. Pergantian babak bisa ditandai dengan layar yang turun atau lighting sejenak dimatikan. Pergantian babak biasanya menandai pergantian latar (di panggung pergantian properti), baik latar waktu, atau latar tempat/ruang, atau keduanya. Adegan adalah bagian dari babak. Satu babak dapat terdiri atas beberapa adegan. Sebuah adegan hanya menggambarkan satu suasana. Pergantian adegan tidak selalu disertai pergantian latar.

2) Tokoh

Tokoh adalah pelaku yang menggerakkan alur drama. Cara menggambarkan tokoh disebut penokohan. Penokohan ini erat hubungannya dengan perwatakan. Menurut Wiyanto (2002: 27), karakter atau perwatakan adalah keseluruhan ciri-ciri jiwa seorang tokoh dalam lakon drama. Watak para tokoh ini dapat digambarkan dalam tiga dimensi (watak dimensional), yaitu dimensi fisiologis, psikologis, dan sosiologis (Waluyo, 2003:17-18). Dimensi fisiologis terkait dengan kondisi fisik tokoh seperti umur, jenis kelamin, warna kulit, tinggi rendah badan, kurus gemuk badan, suara, dan sebagainya. Dimensi psikologis terkait dengan kondisi psikis seperti watak, mentalitas, standar moral, temperamen, keadaan emosi, dan sebagainya. Dimensi sosiologis terkait dengan kondisi sosial yang melingkupinya, seperti pekerjaan atau mata pencaharian, agama, ras, kelas sosial, dan sebagainya.

Berdasarkan peranannya terhadap jalan cerita, tokoh-tokoh dalam drama dapat dikategorikan dalam tokoh protagonis, tokoh antagonis, dan tokoh tritagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang mendukung cerita. Dalam drama biasanya ada satu atau dua tokoh protagonis utama yang didukung oleh tokoh-tokoh pendukung lainnya. Tokoh antagonis adalah tokoh penentang cerita. Dalam drama biasanya ada seorang tokoh utama yang menetang cerita dan beberapa figur pembantu yang ikut menentang cerita. Tokoh tritagonis adalah tokoh pembantu, baik untuk tokoh protagonis maupun untuk tokoh antagonis (Waluyo, 2003:16).

3)  Latar

Waluyo (2001: 23) menyatakan bahwa setting atau tempat kejadian cerita disebut latar cerita. Secara lebih lengkap, Wiyatmi (2006: 51) menyatakan latar dalam naskah drama meliputi latar tempat, waktu, dan suasana yang ditunjukkan dalam teks samping. Dalam pentas drama, latar divisualisasikan di atas pentas dengan tampilan, dekorasi, dan tata panggung yang menunjukkan situasi tertentu.

Untuk memahami latar, maka seorang pembaca naskah drama, para aktor, dan pekerja teater yang akan mementaskannya harus memperhatikan keterangan tempat, waktu, dan suasana yang terdapat pada teks samping atau teks nondialog (Wiyatmi 2006: 52).

4)  Tema

Tema adalah pikiran pokok yang mendasari lakon drama, yang dikembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi cerita yang menarik (Wiyanto, 2002: 23). Waluyo (2003: 24) menyatakan tema merupakan gagasan pokok yang terkandung dalam drama. Dalam drama, tema akan dikembangkan melalui alur dramatik melalui tokoh-tokoh protagonis dan antagonis dengan perwatakan yang memungkinkan terjadinya konflik dan diformulasikan dalam bentuk dialog (Waluyo 2001: 24). Dengan kata lain, tema ini menjadi dasar untuk pengembangan cerita. 

5.  Amanat

Seorang pengarang drama, sadar atau tidak sadar, pasti menyampaikan amanat atau pesan dalam karyanya. Pembaca dan penonton mencari amanat dari drama yang dibacanya atau pementasan yang ditontonnya. Pembaca yang teliti akan menangkap amanat yang tersirat di balik yang tersurat. Amanat bersifat subjektif. Artinya, pembaca dapat berbeda-beda menafsirkan makna atau amanat karya itu bagi dirinya (Waluyo, 2003:28).

Menurut Waluyo (2001: 28), amanat sebuah drama akan lebih mudah dihayati penikmat, jika drama itu dipentaskan. Melalui pelajaran moral, pesan- pesan kebaikan, empati pada isu-isu kemanusiaan, dan sebagainya, drama akan memberikan manfaat dalam kehidupan. Selain kemanfaatan, tentu saja membaca teks drama atau menonton pementasan drama akan membuat pembaca atau penonton menjadi terhibur.

6.  Dialog

Dialog merupakan ciri khas drama. Dialog dilakukan oleh para tokoh dan harus mendukung karakter tokoh yang diperankan. Dialog ini menggerakkan alur drama. Karena drama adalah gambaran kehidupan, maka dialog juga harus menggambarkan kehidupan para tokohnya. Menurut Waluyo (2003:20), ragam bahasa dialog adalah bahasa lisan yang komunikatif dan bukan bahasa tulis. Hal ini disebabkan drama adalah potret kenyataan yang diangkat ke dalam pentas. Sebagai contoh, dialog ibu dan anak dalam keseharian menggunakan bahasa lisan yang tidak formal. Jika dalam pementasan bahasa ibu dan anak menggunakan bahasa tulis dan formal, maka relasi atau hubungan ibu dan anak menjadi tidak alami dan tidak hidup.

Selain komunikatif, Waluyo (2003:21) juga menyatakan bahwa dialog dalam drama harus bersifat estetis atau memiliki keindahan bahasa. Bahkan, kadang- kadang dialog harus bersifat filosofis dan mampu mempengaruhi keindahan. Hal ini disebabkan kenyataan yang ditampilkan dalam pentas harus lebih indah dari kenyataan yang sesungguhnya terjadi dalam dunia nyata.

Menurut Waluyo (2003: 22), dialog juga harus hidup, artinya mewakili tokoh yang dibawakan oleh para pemain. Watak secara fisiologis, psikologis, dan sosiologis dapat diwakili oleh dialog itu. Sebagai contoh, seorang tokoh dengan fisik yang lemah, sakit, kritis, dan sakaratul maut tidak mungkin bersuara keras dengan mimik wajah yang cerah ceria.

7.   Lakuan

Lakuan merupakan gerak-gerik pemain di atas pentas. Lakuan harus berkaitan dengan alur dan watak tokoh. Lakuan adalah proses perwujudan adanya sebuah konflik di dalam sebuah drama. Konflik adalah hal yang bersifat dramatik. Dalam sebuah drama, lakuan tidak selamanya badaniah dengan gerak-gerik tubuh. Akan tetapi, lakuan dapat juga bersifat batiniah atau laku batin, yaitu pergerakan yang terjadi dalam batin pelaku, yang dapat dihasilkan oleh dialog. Dialog akan menggambarkan perubahan  atau  kekusutan  emosi  yang  terungkap  dalam sebagaian dari percakapan pelakunya. Di sini situasi batin dapat pula terlihat dari gerak-gerik fisik seseorang, yang disebut sebagai dramatic action yang terbaik (Grabanier dalam Wiyatmi, 2006: 52-53). Karena itu, Waluyo (2003:20) menyatakan bahwa diksi dalam dialog harus disesuaikan dengan dramatic action ini.

8.   Teks Samping

Teks samping atau petunjuk teknis mempunyai nama lain yaitu kramagung. Dalam bahasa Inggris sering disebut stage direction. Sesuai namanya, teks samping ini memberikan petunjuk teknis tentang tokoh, waktu, suasana pentas, suara, musik, keluar masuknya pemain, keras lemahnya dialog, warna suara, perasaan yang mendasari dialog, dan sebagainya. Teks samping yang lengkap akan membantu sutradara dan para pemain dalam menafsirkan naskah. Teks samping ini biasanya ditulis dengan tulisan yang berbeda dari dialog, misalnya huruf besar, huruf miring, atau di dalam kurung buka dan kurung tutup (Waluyo,2003:29). 

Untuk memahami unsur-unsur ini, bacalah naskah drama “Operasi” karya Putu Wijaya berikut ini.

ADEGAN II

OPERASI

Naskah Drama Putu Wijaya

ENTAH KARENA APA AKHIRNYA YANG TERTIDUR ITUPUN TERBANGUN. IA MELIHAT SEKELILING. IA SUDAH BERADA DI RUANG PRAKTEK DOKTER. TERLIHAT BERBAGAI ALAT ATAU HIASAN YANG SESUAI DENGAN SEBUAH RUANG DOKTER. RUANG ITU SEPI. TIDAK ADA APA-APA KECUALI ORANG ITU.  LALU  ORANG  ITU  BERANJAK.  IA  MENGAMATI  BENDA-BENDA  DI

RUANGAN ITU. KETIKA TENGAH KEASYIKAN MENGAMATI, DOKTER MASUK.

DOKTER Selamat sore! 

PASIEN (terkejut)

oh, maaf selamat sore! 

DOKTER

Ada yang bisa saya Bantu?

PASIEN

Anda dokter yang praktek di sini? 

DOKTER

Benar! 

PASIEN

Syukurlah! Saya sudah lama menunggu anda! 

DOKTER

O, (tersenyum maklum) silahkan duduk! 

PASIEN

Terima kasih (bergegas duduk) 

DOKTER

Nama anda siapa? 

PASIEN

Nama? Oh, nama saya (menyebut nama) 

DOKTER

Hmm. Apa keluhan anda? 

PASIEN

O, saya sedang butuh seorang dokter

DOKTER

Tentu saja, anda sudah datang kemari

PASIEN

Tetapi saya tidak sedang menderita penyakit dokter! 

DOKTER

Lantas? 

PASIEN

Saya kemari juga tidak minta untuk diobati dok! 

DOKTER

Ya, ya! Tapi coba ceritakan apa keluhan anda sebenarnya?

PASIEN

O, begini dokter, Muka saya ini terlalu umum dokter! Sama sekali tidak ada ciri yang khas dan istimewa. Coba amati muka saya… muka saya ini sama saja dengan berjuta-juta orang Indonesia lainnya. Mata saya tidak sipit seperti orang Jepang juga tidak lebar seperti orang Bule. Hidung saya ini dok, tidak mancung juga tidak dapat dikatakan pesek. Ah, kalau nama saya ini saya ganti yang aksi misalnya (menyebut satu atau dua nama) juga tidak membuat saya berbeda dokter. Itulah yang membuat saya merasa hambar dan seperti berjalan di jalan datar yang panjang dan membosankan. Pantas saja kalau saya melamar jadi

bintang film, tidak ada yang mau menerima.

DOKTER

O, jadi anda mau jadi bintang film? 

PASIEN

Begitulah! 

DOKTER

Jadi anda datang kemari mau dioperasi supaya bisa diterima jadi bintang film? 

PASIEN (mengangguk)

DOKTER

Itu mudah, sebentar. 

PASIEN

E…kenapa anda memandang seperti itu. Ada yang salah pada diri saya? 

DOKTER (tersenyum)

Jangan khawatir itu salah satu cara saya untuk mencari rumus dan kunci pada wajah anda. Sehingga nantinya saya mudah untuk melakukan operasi

PASIEN Oh. 

DOKTER

Ya. Saya sudah menemukannya. Anda mau dibuat cantik seperti siapa? 

PASIEN (terperanjat)

Apa dokter bilang? Cantik? Jangan dokter, jangan bikin saya cantik? 

DOKTER

Lantas? 

PASIEN

Kedatangan saya kemari adalah ingin menjadi orang yang berwajah jelek, bahkan terjelek di seluruh muka bumi ini!

DOKTER (tertawa) Anda bercanda! 

PASIEN

Saya tidak bercanda dan ini bukan lelucon. Ini serius dok! Saya benar-benar ingin menjadi orang yang paling jelek, jelek, dan jelek sekali. Kalau bisa lebih jelek dari si (menyebut satu atau dua nama) sudahlah siapa saja pokoknya jelek.

DOKTER

Jadi anda benar-benar serius? 

PASIEN

Ya. Buat wajah saya sejelek mungkin. Pesekkan hidung saya atau rusak mulut saya, ubah mata saya atau terserah dokter. Dokter kan tahu sendiri! Yang penting saya bisa komersil!

DOKTER (tampak kebingungan) 

PASIEN

Dokter kok kelihatannya bingung. 

DOKTER

Tentu saja saya bingung sebab selama ini belum ada yang datang kemari yang minta supaya mukanya dirusak. Rata-rata mereka minta supaya dibuat ganteng atau cantik. Lihat saja surat-surat pujian dan piagam penghargaan itu, atau lihat foto- foto itu, itu adalah hasil kerja saya dan rata-rata mereka puas.

PASIEN

Tapi  apa  susahnya  merusak?  Merusak  itu  lebih  mudah  daripada  membuat ganteng atau  cantik!

DOKTER

Saya tahu, tapi…

PASIEN

Tapi apa dokter? 

DOKTER

Saya tidak bisa menjamin nanti setelah operasi dan wajah anda rusak, anda bisa komersil!

PASIEN

Dokter tidak usah ragu-ragu, saya yakin, nanti kalau rusak pasti komersil! 


Sumber:  Kusmarwanti. 2019. Pendalaman Materi Bahasa Indonesia Modul 3  Kesastraan. Kemdikbud