Jelaskan apa yang dimaksud dengan gereja dalam masyarakat majemuk

I. Pendahuluan

Pokok pikiran yang perlu dicermati dengan baik dalam topik ini adalah: Bagaimana dan untuk apa Gereja Yang Misioner berada di tengah Masyarakat Yang Majemuk.

Gereja dalam sejarah sejak Kisah Para Rasul sampai saat ini nampaknya tidak dapat dipisahkan dengan Misi. Gereja bertumbuh dan berkembang sejak awal sampai saat ini adalah dibangun di dalam dan oleh Misi yang murni dan kudus dari umat Tuhan. Arie de Kuiper seorang pengajar misiolgi mengatakan bahwa Missio Ecclesiae (misi gereja) merupakan pekerjaan atau tanggungjawab jemaat Yesus Kristus sepanjang sejarah dunia yang penuh dengan kemajemukan.

Misi Gereja yang dimaksud adalah memanggil bangsa-bangsa agar bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus supaya mereka menjadi murid-Nya serta masuk dalam persekutuan orang-orang yang menanti Kerajaan Allah dengan di dasarkan pada anugerah Allah – Kerelaan kehendakNya – Menurut kekayaan kasih karuniaNya (Ef. 1:5-7).

Dalam kesempatan ini penulis hendak mengatakan bahwa Misi Gereja yang ideal dalam setiap masanya adalah misi yang dapat menjangkau masyarakat dalam konteksnya masing-masing yaitu masyarakat yang majemuk, pluralis dan heterogen untuk menjadi murid-Nya tanpa mengorbankan hakekat kebenaran di dalam Firman Tuhan. Firman Tuhan adalah di atas segalanya, berdaulat, ya dan amin. Beberapa pengamatan oleh penulis dalam pelayanan, kadang-kadang otoritas Firman Tuhan tergeser sangat jauh oleh kepentingan-kepentingan sesaat kelompok atau oknum tertentu dalam menggerakkan misi Gereja maupun bermasyarakat.

Dalam konteks masyarakat modern pertanyaan yang mengemuka adalah: Misi Gereja yang bagaimanakah yang dapat diandalkan untuk menjangkau masyarakat majemuk tersebut, khususnya yang ada di sekitar pelayanan kita. Sebagaimana yang dikatakan oleh Firman Tuhan bahwa Missio Ecclesiae (misi gereja) adalah ”menjadikan semua bangsa murid-Nya”; bangsa yang dimaksud adalah masyarakat yang majemuk dan heterogen.
Di dasarkan pada pengalaman pelayanan para rasul-rasul yang dicatat dalam Kitab Kisah Para Rasul, khusunya pada pasal dua (Kis. 2), maka penulis dapat memaparkan beberapa hal penting tentang Gereja Yang Misioner Di Tengah Masyarakat Yang Majemuk.

II. Gereja yang konsiten menyuara-kan kebenaran Yesus Kristus dan karyaNya.

Bila perkembangan Gereja diamati dengan objektif proporsinal di era informasi dan teknologi yang semakin pesat, maka dapat dikatakan bahwa Gereja akan mengalami tantangan yang sangat serius dalam pelaksanaan misinya. Dengan demikian Konsistensi Gereja menyuarakan kebenaran Yesus Krsitus adalah hal yang paling penting dan paling dibutuhkan Gereja-Gereja Tuhan masa kini.

Ukuran Gereja yang misioner terletak pada keberanian gereja tersebut secara konsisten dengan penuh hikmat dan bijaksana menyuarakan kebenaran Yesus Kristus dan karyaNya di tengah masyarakat yang majemuk dan pluralis. Petrus dan Rasul-rasul yang lain dalam Kisah Para Rasul 2 dengan berani berdiri di tengah orang banyak menyuarakan kebenaran: ”Barang Siapa yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan” (Kis. 2:18). Ayat berikut Petrus lebih tegas mengatakan di tengah masyarakat banyak bahwa ”Kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu menjadi Tuhan dan Kristus” (Kis. 2:36). Di kitab yang lain oleh Yohanes dan Matius, Kebenaran Yesus Kristus sangat jelas ketika Dia mengatakan ”Akulah jalan kebenaran dan Hidup tidak ada seorang pun yang sampai kepada Bapa bila tidak melalui Aku” (Yoh. 14:6). Marilah kepada-Ku hai kamu yang letih lesu Aku akan memberikan kelegaan kepadamu (Matius 11:28). Misi ini jelas bahwa para Rasul konsisten menyuarakan kebenaran Yesus Krsitus yaitu menyelamatkan umatNya dari belenggu dosa, belenggu kelaliman dan belenggu kemisikinan. Misi para Rasul di atas harus dengan konsisten disuarakan oleh Gereja Yang Misioner pada masa kini dan yang akan datang.

Bahwa gereja enggan dan kadang-kadang tidak berani menyuarakan kebenaran Yesus Kristus dengan penuh hikmat dan bijaksana merupakan kegagalan gereja dan keuntungan bagi dunia. Oleh karena itu tidaklah berlebihan bila semangat dan keberanian secara konsisten menyuarakan kebenaran Yesus Kristus harus dimiliki oleh warga Gereja KIBAID untuk menjadikan gereja ini ”Gereja Yang Misioner”

III. Gereja yang konsisten membangun kebersamaan dalam Kasih.

Kebersamaan dalam sebuah gereja yang misioner harus dijunjung tinggi dan menjadi prinsip-prinsip pelayanan. Prinsip kebersamaan yang terdapat dalam kitab Kisah Para Rasul 2 adalah kebersamaan yang saling mengutamakan satu dengan yang lain, saling mempedulikan satu dengan yang lain. Kisah Para Rasul 2:44 menjelaskan hal ini bahwa semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama. Kemudian pada ayat-ayat selanjutnya kebersamaan Gereja mula-mula ditopang dengan 3 hal yang sangat penting: – Ketekunan – Kesehatian

– Dan ketulusan.

Loading Preview

Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.

SHIFTKEY 2019

(JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN)

VOLUME 9 NOMOR 2

Page | 15

PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MASYARAKAT MAJEMUK

Talizaro Tafonao

(Dosen Tetap STT KADESI Yogyakarta; )

Abstract

This study departs from the writer's observation that the Theological Colleges in Indonesia

have one of the compulsory course in the Christian Education Program, namely Christian

Religion Major in Compound Communities. This course has a very central place in studying

and seeing various problems that occur in this nation. Based on these symptoms, the writer

discusses the role of Christian religion course in plural society. The author sees that the

presence of Christian Religion Course in the midst of a plural society becomes very important

so that believers can live and apply their faith in different areas. The writer wants to convey

that the followers of Christ should not be closed to differences, but believers must have the

courage to demonstrate God's love in the midst of the world as a manifestation of God's

presence itself since the condition of the Indonesian people is currently being shaken with

various issues that can destroy the integrity of the Indonesian Nation. One of the issues that

often occur today is terrorism, religious intolerance, hoaxes and politics.

A. PENDAHULUAN

Pendidikan agama Kristen adalah merupakan hal amat penting dalam kehidupan

Gereja dan umat-Nya. Sejak gereja yang paling tua hingga gereja di abad modern ini gereja

terus menggumuli peranan PAK dalam kehidupan Kristen. Pertama-tama bahwa PAK adalah

merupakan tugas utama gereja, kemudian berkembang keluar gereja, lingkungan keluarga,

masyarakat hingga lingkungan pendidikan. Dalam konteks Indonesia, PAK menjadi amat

penting karena penganut agama Kristen adalah minoritas ditengah-tengah masyarakat. Orang-

orang Kristen selalu bersentuhan dengan penganut gama-agama lain, bahkan sentuhan itu

terasa amat kuat dalam berbagai bidang kehidupan. Perlu diketahui bersama bahwa salah satu

ciri kemajemukan di Indonesia adalah memiliki beragam perbedaan suku, agama, adat istiadat

dan budaya.

1

Kehadiran PAK ditengah-tengah masyarakat majemuk menjadi amat penting agar

orang orang percaya dapat hidup dan mengaplikasikan imannya dalam hidup sehari-hari.

Pengikut-pengikut Kristus tidak boleh tertutup atau menghindarkan diri dari dunia sekitarnya,

malainkan dengan penuh keberanian dan berlandaskan kasih mendemonstrasikan kasih Allah

ditengah – tengah dunia. Kehadiran orang percaya haruslah dapat menjadi berkat dan garam

ditengah-tengah lingkungan hidupnya. Dengan demikian peranan Pendidikan agama Kristen

1

Djoys Anake Rantung, “PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN POLITIK

DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT MAJEMUK DI INDONESIA - Google Search,”

Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen 1, no. 2 (2017): 58–73.

SHIFTKEY 2019

(JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN)

VOLUME 9 NOMOR 2

Page | 16

dalam masyarkat majemuk saat ini sangat penting. Sebab kondisi bangsa Indonesia saat ini

sedang digoncang dengan berbagai isu-isu yang dapat menghancurkan keutuhan Bangsa

Indonesia. Salah satu isu-isu yang sering terjadi saat ini adalah terorisme, intoleransi

beragama, hoaks dan politik.

Isu-isu seperti ini menjadi salah satu pemecah antar umat beragama di Indonesia.

Bahkan Intoleransi dalam beragama di Indonesia sudah sering terjadi, pada hal kebebasan

beragama telah diatur dalam Pasal 28E Ayat (1), (2) UUD 1945 yang berbunyi: setiap

orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan

pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di

wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali dan Pasal 28E ayat (2)

menyatakan. “Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan

pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya”.

Selain itu dalam Peraturan Pemerintahan No. 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan

Agama Dan Pendidikan Keagamaan di Sekolah bahwa pendidikan agama berfungsi

membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

serta berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan dan

antar umat beragama (Pasal 2 Ayat (1). Oleh karena itu, pendidikan Agama Kristen yang

dilaksanakan di keluarga, sekolah maupun masyarakat sangat penting untuk mewujudkan

masyarakat yang aman, nyaman dan tentram. Dalam kenyataan hidup di dalam masyarakat

masih banyak permasalahan yang ada, seperti masalah agama dan itu sangat rawan sekali.

Pendidikan agama kristen perlu disampaikan dengan tujuan untuk membekali masyarakat

supaya iman percaya semakin kuat. Selain untuk membekali iman yang kuat bagi orang

percaya, PAK dapat menjadi alat untuk pemersatu bangsa di tengah masyarakat majemuk

yang berbeda-beda agama, suku, ras dan golongan. PAK juga harus terus maju, mengingat

akan kemajuan teknologi yang semakin canggih.

Di dalam Matius 28: 19-20, adalah sebagai Amanat Agung Tuhan Yesus dimana

orang percaya dapat menyampaikan kabar sukacita ditengah-tengah lingkungan masyarakat

majemuk, supaya banyak orang mengenal akan sosok pribadi yang tunggal, yang akan

membawa umat-nya menuju ke kehidupan kekal. Melalui Pendidikan Agama Kristen orang

dapat menilai bahwa dibalik ajaran semua itu membawa manusia lebih dekat dengan Tuhan,

dan lebih melihat akan kuasa dan mujizat Tuhan yang nyata didalam kehidupan orang

percaya. Tentunya tidak mudah bagi setiap orang percaya untuk dapat meyakinkan orang-

orang yang belum mengenal Dia. Mengacu pada perintah yang Tuhan Yesus di dalam

SHIFTKEY 2019

(JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN)

VOLUME 9 NOMOR 2

Page | 17

Injil Matius di atas sebaiknya pendidikan tersebut harus dilakukan dengan benar bukan

untuk menjadikan orang yang beragama Kristen tetapi menjadikan semua orang menjadi

murid Kristus.

Meskipun dalam menjalankan PAK Dalam Masyarakat Majemuk

mengalami banyak rintangan secara hukum dan perundang-undangan yang berlaku di

Indonesia, namun bukan berarti menyerah dengan kondisi seperti itu. Alkitab telah berpesan

bahwa setiap orang memberitakan Injil harus cerdik dan tulus. Pendidikan Agama Kristen

bertujuan untuk membina dan mendidik semua warganya mencapai tingkat kedewasaan

dalam iman, pengharapan, dan kasih , guna melaksanakan misinya di dunia ini sambil

menantikan kedatangan kedua dari Tuhan Yesus Kristus.

2

Sedangkan menurut Robert

Boiehlke, tujuan Pendidikan Agama Kristen agar peserta didik memahami dan

menghayati Kasih Allah dalam Yesus Kristus, yang dinyatakan dalam kehidupan

sehari-hari terhadap sesama dan lingkungan.

3

Werner Graendorf juga mengatakan

bahwa Pendidikan Agama Kristen adalah proses pengajaran yang membimbing setiap

pribadi pada semua tingkat pertumbuhan melalui pengajaran masa kini kearah

pengenalan dan pengalaman rencana dan kehendak Allah melalui Kristus dalam setiap

aspek kehidupan, dan memperlengkapi mereka bagi pelayanan yang efektif.

4

Itu sebabnya

menjadi guru adalah sebuah panggilan jiwa. Khoe Yao Tung menjelaskan bahwa “menjadi

pendidik Kristen bukanlah pilihan, melainkan panggilan untuk bersaksi”.

5

Keanekaragaman yang dimaksud adalah agama, budaya, suku, maupun

pekerjaan. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang Heterogen, hal itu dapat

dibuktikan salah satunya dengan keberagaman agama. Pendidikan Agama Kristen

harus memainkan peranan yang sangat penting karena generasi muda yang dididik

baik di gereja maupan di sekolah adalah generasi yang hidup dalam konteks

heterogenitas. Heterogenitas adalah keaneragaman yang ada dalam masyarakat.

6

Hal ini diaku

oleh, John Sydenham Furnivall mengemukakan Indonesia masuk ke dalam kategori

2

Andar Ismail, Ajarlah Mereka Melakukan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 201.

201

3

Robert Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran Dan Praktek Pendidikan Agama

Kristen ( Dari Yoh. Amos Comenius Sampai Perkembangan PAK Di Indonesia) (Jakarta:

BPK Gunung Mulia, 2005).802

4

Paulus lilik Kristanto, Prinsip Dan Praktek Pendidikan Agama Kristen (Yogyakarta:

Andi Offset, 2006). 4

5

Khoe Yao Tung, Terpanggil Menjadi Pendidik Kristen Yang Berhati Gembala

(Yogyakarta: Andi Offset, 2016). 2

6

“Arti Kata Heterogenitas - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online.”

SHIFTKEY 2019

(JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN)

VOLUME 9 NOMOR 2

Page | 18

masyarakat majemuk (plural society). Pendidikan Agama Kristen harus mampu membawa

peserta didik pada keterbukaan. Keterbukaan akan menghindarkan diri dari menjelek-

jelekan agama lain tetapi melihatn secara positif bahwa dalam agama lainpun terdapat

ajaran-ajaran baik yang dapat diterapkan dalam kehidupan bersama. Keterbukaan

memungkinkan orang-orang Kristen menjadi berkat bagi sesamanya.

7

Dengan berbagai persoalan-persoalan yang terjadi latar belakang makan penulis

mencoba menjelaskan Peran Pendidikan Agama Kristen dalam Masyarakat Majemuk. Karena

di Indonesia kaya akan aliran-aliran keagamaan yang diakui oleh pemerintah maupun

lembaga-lembaga keagamaan. Islam misalnya ada NU, Muhammadyah, dan lain-lain. Di

kristen ada Protestan, Metodhist, Advent, Bala Keselamatan, Baptis, Pentakosta, Injili

dan Kharismatik. Supaya mereka dapat rukun bersama dalam wadah kesatuan RI,

maka pemerintah pun mengatur pergaulan altar agama. Semua dilakukan agar

heterogenitas agama-agama di Indonesia dapat hidup rukun dan damai.

8

Dalam menjaga

perbedaan ini maka Pendidikan Agama Kristen harus hadir di sana untuk menjaga kesatuan

Bangsa Indonesia.

B. METODOLOGY

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode

kualitatif merupakan suatu usaha untuk menemukan data pada kualitas informasi dari objek yang

diteliti. Metode kualitatif merupakan suatu metode penelitian yang menitikberatkan pada kualitas data

dan metode kualitatif digunakan untuk memperoleh informasi tentang kondisi objek yang diteliti

secara mendalam.

9

Cara memperoleh data dalam penelitian ini adalah menggunakan metode

pengamatan pada dokumen atau literature.

C. PEMBAHASAN

Dalam menjalankan peranannya untuk ikut mencerdaskan kehidupan berbangsa

maka gereja dan guru-guru agama Kristen harus siap untuk menghadapi semua,

7

Daniel Stefanus, Pendidikan Agama Kristen Kemajemukan (Bandung: BMI, 2009).

10

8

John M. Nainggolan, PAK Dalam Masyarakat Majemuk (Bandung: Bina Media

Informasi, 2009). 44

9

Gidion, “Studi Biblika Korelasi Teologi Paulus Dan Teologi Yakobus Tentang Iman Dan

Perbuatan Iman,” Shift Key 8, no. 2 (2018): 1–15,

//jurnal.sttkao.ac.id/index.php/shiftkey/article/view/19.

SHIFTKEY 2019

(JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN)

VOLUME 9 NOMOR 2

Page | 19

termasuk aturan pemerintah yang secara tidak langsung membuat batasan dan larangan

untuk ornga kristen melakukan panggilannya; maka kita perlu memahami dasar teologi

PAK dalam masyarakat majemuk baik dalam kitab Perjanjian Lama maupun dalam

Kitab Perjanjian Baru secara mendalam dan mengedapankan kerukunan dalam

bermasyarakat. Dalam kerukunan tidak tertutup kemungkinan untuk kita dapat

memberitakan Injil sekalipun tidak ekstrem namun dengan nilai-niali kekristenan yang

kita tanamkan dalam bermasyarakat. Seorang guru Kristen, terutama guru Pendidikan

Agama Kristen, selalu dituntut darinya sesuatu yang berkaitan dengan kepribadian pribadi

yang diwujudkan dalam cara hidup, dengan pertanggung jawaban keagamaan dan moral.

Kualitas hidup serta kinerjanya diharapkan berbeda dari guru lain, karena pekerjaannya harus

dipertanggung jawabkan kepada Tuhan, Sang Guru Agung pemberi pekerjaan itu. Sebab,

pendidikan Kristen adalah memuridkan, menggerakkan anak-anak dekat dengan Tuhan.

Mendidik anak dalam Kristus adalah mendidik dalam kepemimpinan yang spiritual.

10

Guru

Kristen secara khusus guru Pendidikan Agama Kristen adalah hamba Tuhan, dipanggil untuk

melaksanakan kehendak-Nya, melalui tugas keguruan yang dipikul atau diembannya.

11

Tentulah tugas dan panggilan itu perlu dilaksanakan oleh setiap guru Pendidikan Agama

Kristen dengan taat dan gembira serta penuh tanggung jawab. Oleh karena itu, keterbukaan

dalam hidup guru dan peserta didik Kristen dalam menerapkan ajaran agama yang

baik yang dapat diterapkan dalam kehidupan bersama. Dan melihat orang lain bukan

sebagai musuh tetapi sebagai sahabat dalam kehidupan bersama dalam perbuatan

kebajikan. Keterbukaan menjadikan orang kristen menjadi berkat bagi sesamanya.

12

Iman Kristen harus siap untuk dinilai dan di perhatikan oleh semua orang

dalam berbagai kehidupan baik melalui perkataan dan perbuatan yang menyatakan

kehidupan Kristus di bumi ini. Guru-guru Agama Kristen harus mampu menjadi pionir

dalam mengarahkan anak didik untuk mampu memiliki ketetapan iman maupun

ketetapan hati meskipun lingkunganya sangat berbeda tetap mampu menempatkan diri

dalam pergaulan yang luwes dan tidak terpengaruh dengan lingkkungan dan tetap

menjaga kemandirian iman, yang mampu menolak tren-tren kehidupan yang

bertentangan dengan nilai-nilai iman yang di yakini. Oleh karena itu, implementasi

integrasi iman dan ilmu berpangkalan dari Allah sebagai pencipta, sumber kebenaran, sumber

10

Tung, Terpanggil Menjadi Pendidik Kristen Yang Berhati Gembala.

11

B. Samuel Sidjabat, Strategi Pendidikan Kristen Suatu Tinjauan Teologis-Filosofis

(Yogyakarta: Andi Offset, 1999). 163

12

Nainggolan, PAK Dalam Masyarakat Majemuk. 22-25

SHIFTKEY 2019

(JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN)

VOLUME 9 NOMOR 2

Page | 20

hikmat dan pengetahuan. Perkembangan pengetahuan harus menyatakan kedaulatan Allah

sebagai Pencipta.

13

Dalam Perjanjian Lama Allah telah mengajarkan bahwa anak-anak harus didik

untuk hidup benar dan mengenal Allah dan Hukum-hukum-Nya dengan benar, karena

dalam kitab Kejadian 12: 1-3 di jelaskan bahwa Allah merencanakan Bangsa Israel

menjadi bangsa yang besar dan menjadi umat pilihan Allah.

14

Nahumara mengatakan

bahwa gereja harus melakukan usaha untu menolong para orang tua dalam

memerankan perannya sebagai pendidik anak-anaknya, karena anak adalah karunia

Allah kepada orang tua dalam memelihara dan mendidiknya.

15

Oleh karena itu dalam melaksanakan Pendidikan Agama Kristen dalam

masyarakat majemuk kita perlu dasar teologis yang kuat sehingga dapat melaksanakan

yang Tuhan perintahkan dengan benar yaitu menjadikan semua bangsa murid Kristus.

Pendidikan Agama Kristen mengajarkan setiap orang Kristen untuk mengenal Tuhan Yesus

dengan dasar iman yang benar berdasarkan Alkitab. Sebab Pendidikan Agama Kristen dapat

mengimplementasikan Firman Tuhan menjadi bagian hidup setiap orang dan komunitas

masyarakat beragama Kristen di dalam seluruh dimensi kehidupan mereka.

16

Dasar Teologis Pendidikan Agama Kristen dalam masyarakat majemuk adalah

sebagai berikut:

i). Allah Sebagai Pencipta dan Manusia sebagai Ciptaan

Dalam Kejadian pasal 1-11, juga dalam bagian Alkitab lain masih banyak yang

dapat menjadi dasar teologis Pendidikan Agama Kristen dalam masyarakat

majemuk, yaitu pengakuan iman bahwa Allah adalah pencipta alam semesta dan

manusia adalah ciptaan-Nya. Adam diciptakan oleh Allah dan menempatkan dalam

taman eden dan memberi perintah untuk mengusahakan dan memelihara semua

ciptaan; Allah berfirman “ tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku

akan menjadikan penolong yang sepadan dengan dia” (Kejadian 2:18). Menyadari

sebagai makhluk ciptaan maka manusia harus mencari pertolongan dan perlindungan

dari Tuhan. Diciptakan sebagai mahkluk yang fana yang dapat mati karena berasal

13

Khoe Yao Tung, Menuju Sekolah Kristen Impian (Yogyakarta: Andi Offset, 2018).

35

14

Rida Gultom, Pendidikan Agama Kristen Kepada Anak-Anak, ed. Cv. Mitra (Medan,

n.d.). 15

15

Daniel Nuhamara, Pembimbing PAK (Bandung: Jurnal Info media, 2009). 63

16

Talizaro Tafona’o, Pendidikan Agama Kristen Dalam Masyarakat Majemuk

(Yogyakarta: illumiNation Publishing, 2016). 56

SHIFTKEY 2019

(JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN)

VOLUME 9 NOMOR 2

Page | 21

dari tanah dan disebut sebagai “daging” bukan untuk mengungkapan aspek

kejasmanian manusia, melainkan aspek kerapuhan yang ada pada manusia sebagai

mahluk yang fana dan dapat mati.

ii). Umat Allah sebagai Pelayan Kebersamaan Manusia

Pada akhir Injil Matius secara khusus pasal 25: 31-46, tentang penghakiman

terakhir, Tuhan Yesus mengidentifikasi pelayanan kepada-Nya dengan pelayanan

kepada mereka yang tersisih dalam masyarakat, dalam keadaan status sosial baik

perekonomian, pendidikan, maupun posisi dalam masyarakat yang ada. Pemahaman

mengenai umat Allah adalah sesuatu yang eksklusif, sifatnya Abrahan di panggil

keluar dari Ur-Kasdim supaya menjadi cikal bakal bangsa Israel (Kejadian 12:1-6),

sedangkan umat Israel di panggil keluar supaya menjadi umat kesayangan Tuhan.

Dalam Zefanya 3:12 umat Israel terluput dari hukuman Tuhan dan menjadi “ suatu

umat yang rendah hati dan lemah”. Menjadikan umat yang lemah dan tidak dapat

membanggakan status mereka sebagai umat yang terpilih.

iii). Gambaran Kristus sebagai Hamba-Messias

Bagaimana kita memandang Kristus sebagai Messias, dalam dialog antar agama

selalu mengalami jalan buntu karena agama lain tidak dapat menerima keilahian

Kristus. Gambar Kristus yang kita miliki adalah Kristus sebagai penguasa dan

penakluk dunia. Gambaran ini tidak sesuai kalau di terapkan pada keberadaan

agama-agama lain. Kristus adalah Hamba Messias maka ia bukanlah penakluk dan

penguasa bagi mereka yang lain.

iv). Makna keselamatan dalam kehidupan bersama dengan yang lain

Yang menjadi dasar teologis keselamatan adalah sesuatu yang sangat sensitive,

bagi orang-orang kristen di Indonesia dalam percakapan yang berkaitan dengan

kemajemukan agama. Keselamatan dalam Alkitab tidak bisa di artikan hanya

mutlak bersifat partikularistik. Alkitab juga tidak merelativekan bahwa keselamatan

dengan merumuskan bahwa Kristus menyelamatkan semua manusia di semua agama

yang percaya pada Kristus ( Yohanes 3:16) Alkitab juga menegaskan bahwa

SHIFTKEY 2019

(JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN)

VOLUME 9 NOMOR 2

Page | 22

pemahaman keselamatan dari yang Eksklusive ke pemahaman yang Inklusi.

Didalam Alkitab jelas bahwa keslamatan juga mengandung makna universalistik.

17

Dalam mengajarkan Pendidikan Agama Kristen dalam masyarakat majemuk

dapat berpedoman pada pemaparan diatas yaitu dasar teologis Pendidkan Agama

Kristen dalam masyarakat majemuk dengan cermat dan tidak salah dalam melaksanakan

melalui pendidikan yang ada. Sehingga peserta didik dapat kuat dalam pengenalan

akan Tuhan dan sadar sebagai mahluk ciptaan yang membuthkan Tuhan sebagai

penguasa dalam hidupna. Manusia tidak dapat hidup sendiri karena dijadikan sebagai

mahluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dalam menyelesaikan persoalan

hidupnya, atau manusia tidak dapat hidup sendiri. Untuk itu peranan guru agama

kristen sangat penting untuk dapat menjalankan tugasnya dalam mendidik karena:

i). Pendidikan Agama Kristen sebagai Bagian dari Tujuan Pendidikan Nasional.

Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan

Nasional BAB II pasal 3 disebutkan Pendidikan Nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yamg

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggungjawab. Itu menyangkut seluruh unsur pertumbuhan dan perkembangan

manusia yaitu aspek fisik, psikologi, intelektual, sosial, mental, spiritual dan semua

segi kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, guru sebagai pendidik akan mengalami

keberhasilan apabila mampu mengintegrasikan nilai-nilai Pendidikan Agama Kristen

dalam kehidupannya sehari-hari.

18

Disini pentingnya Pendidikan Agama Kristen

dalam masyarakat majemuk di ajarkan dengan tepat tanpa menimbulkan konflik

yang berdampak buruk bagi bangsa Indonesia.

ii). Pendidikan Agama Kristen sebagai Salah Satu Alat Pemersatu Bangsa

17

Stefanus, Pendidikan Agama Kristen Kemajemukan. 40-50

18

Talizaro Tafonao, “PERAN GURU AGAMA KRISTEN DALAM MEMBANGUN

KARAKTER SISWA DI ERA DIGITAL,” Journal BIJAK Basileia Indonesian Journal of

Kadesi 2, no. 1 (2018): 1–214.

SHIFTKEY 2019

(JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN)

VOLUME 9 NOMOR 2

Page | 23

Di tengah peradaban yang ada baik di Indonesia maupun negara-negara di seluruh

dunia, seringkali terjadi pertentangan yang menjurus perpecahan dan permusuhan

bahkan pertikaian serta pertumpahan darah. Kehadiran Pendidikan Agama Kristen

harus dapat meminimalisir semua persoalan tersebut; sehingga Pendidikan Agama

Kristen dalam masyarakat majemuk dapat membimbing peserta didik untuk

memahami kemajemukan yang ada di tengah masyarakat, memahami perbedaan

agama, suku, ras, golongan dan sebagainya. Pendidikan Agama Kristen harus

mampu menerapkan Firman Allah dalam semua aspek hidup dan kehidupannya

sehari-hari untuk membentuk jati dirinya sebagai manusia Indonesia yang

berwawasan kebangsaan, menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan serta mewujud

nyatakan kesetia kawanan sosial. Pendidikan Agama Kristen yang di laksanakan di

Sekolah Dasar, menengah maupun pendidikan Tinggi, perlu di beri muatan materi

dengan memperhatikan aspek-aspek hidup dan kehidupan masyarakat majemuk.

Pendidikan Agama Kristen tidak hanya menghasilkan orang-orang Kristen yang

mengasihi dirinya sendiri tetapi juga sesamanya bahkan orang-orang yang tidak

seiman dan semua orang yang berbeda keyakinan. Pendidikan Agama Kristen

harus mampu mengupayakan kedamaian di tengah-tengah masyarakat majemuk.

iii). Pendidikan Agama Kristen sebagai salah satu alat untuk meningkatkan kualitas

manusia Indonesia.

Salah satu fungsi orang tua di rumah adalah sebagai pendidik yaitu untuk

meningkatkan kualitas prinsip belajar sehingga guru di sekolah dan majelis, guru

agama, dan pendeta di gereja tidak mengalami kesulitan dalam membentuk sikap

dan mental anak, anak menjadi terampil dan militan dalam melakukan tugas

sebagai pelajar dan dalam hidup bermasyarakat memiliki perbedaan yang nyata.

Paul H, Vieth merumuskan tujuan-tujuan Pendidikan Agama Kristen yang

diambil oleh Internasional Council Of Religius Education pada tahun 1930, sebagai

berikut: Pertama, Meningkatkan dalam diri pribadi yang bertumbuh kesadaran akan

Allah sebagai realitas dalam pengalaman manusia dan rasa adanya hubungan pribadi

dengan Dia. Kedua, membimbing pribadi yang bertumbuh kepada pengertian dan

penghargaan akan kepribadian, kehidupan, dan pengajaran Yesus Kristus. Ketiga,

Meningkatkan dalam pribadi yang bertumbuh perkembangan progresif dan terus-

menerus dari watak Kristus. Keempat, Mengembang dalam pribadi yang bertumbuh

SHIFTKEY 2019

(JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN)

VOLUME 9 NOMOR 2

Page | 24

kemampuan dan kecenderungan untuk berpartisipasi dallam menyumbang secara

konstruktif kepada pembangunan tata sosial. Kelima, Membimbing pribadi yang

bertumbuh untuk membangun falsafah hidup berdasarkan tafsiran kristen tentang

kehidupan dan alam semesta. Keenam, Mengembangkan pribadi yang bertumbuh

kemampuan dan kecenderungan untuk berpartisipasi dalam gereja. Ketujuh,

Memungkinkan dalam pribadi yang bertumbuh mengasimilasikan pengalaman religius

yang terbaik dari bangsa sebagai bimbingan efektif bagi pengalaman kini.

19

D. KESIMPULAN

Indonesia adalah negara kepulauan yang terfiri dari beribu-ribu pulau dari

Sabang sampai Merauke, penduduknya berbagai latar belakang suku bangsa, bahasa,

budaya, adat istiadat, agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Rentan

dengan masalah dan konflik antar suku agama dan ras; dengan semboyan Bhineka

Tunggal Ika yang artinya berbeda-beda tapi tetap satu bangsa Indonesia tetap rukun

dan kokoh dalam kesatuan dan keragaman.

Pendidikan Agama Kristen dalam masyarakat majemuk hendaknya memiliki tempat

untuk mentransformasikan nilai-nilai Kekristenan kepada seluruh masyarakat termasuk

kepada peserta didik sebagai calon generasi penerus bangsa ini. Agar berakhlak mulia, dan

berkarakter Kristus, dapat menempatkan iman, percayanya di tengah-tengah masyarakat

yang majemuk, untuk tidak menilai kekurangan yang lain tapi dapat menempatkan

nilai-nilai kekristenan dalam kehidupan yang nyata, berdasarkan kebenaran firman

Allah.

Keluarga kristen juga turut serta dalam proses pendidikan karakter anak,

sehingga anak memiliki nilai-nilai dalam belajar dan sikap mental yang benar

sehingga guru-guru di sekolah, majelis gereja dan pendeta tidak mengalami kesulitan

dalam mengajar Pendidikan Agama Kristen dalam masyarakat majemuk, dan anak

didik dapat menempatkan diri dan memjadi anak yang mandiri, cerdas, maju, dan

memiliki sikap mental yang benar.

Dasar Teologis Pendidikan Agama Kristen dalam Masyarakat Majemuk akan

sangat menolong dan memberi arahan yang tepat dalam mengajarkan Pendidikan

Agama Kristen, hingga anak-anak didik tidak salah dalam menempatkan nilai-nilai

19

Marulak Pasaribu, Diktat S2 Teologi Dan PAK Dalam Masyarakat Majemuk,

(Yogyakarta: Sekolah Tinggi Teologi KADESI Yogyakarta, 2012). 23.

SHIFTKEY 2019

(JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN)

VOLUME 9 NOMOR 2

Page | 25

kristen. Dan tidak menjadi anak yang mudah terpengaruh dengan situasi yang tidak

baik. Dasar teologis yang benar membuat para guru dapat menyampaikan dengan

benar bahwa manusia adalah mahkluk ciptaan yang tidak dapat hidup sendiri,

karena sebagai mahkluk sosial yang membutuhkan orang lain termasuk yang

berbeda agama dan kepercayaan. Pengajaran tentang Keselamatan dalam Kristus

Yesus, menjadi pertentangan bagi agama lain namun dengan dasar teologis yang

benar tentang keselamatan dalam Kristus dapat menjadi tuntunan dalam

mengajarkan Pendidikan Agama Kristen dalam konteks masyarakat majemuk.

Memahami Kristus adalah hamba yang menyelamatkan, peserta didik

memiliki pemahaman yang benar tentang karya penyelamatan dalam Kristus,

orang yang di selanatkan pasti meneladani hidup sang Juru Selamat yaitu

Kristus. Peserta didik dapat menempatkan diri menjadi orang yang rela untuk

mengalah dan tidak menjelekan keberadaan orang lain. Pendidikan Agama Kristen

dalam masyarakat majemuk sangat memungkinkan untuk ikut serta dalam

mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kerukunan antar umat

beragama dalam berbangsa dan bernegara, menempatkan nilai-nilai kekristenan

menjdai tali pengikat kerukunan antar umat beragama, bangsa Indonesia menjadi

kuat dan damai.

Pendidikan Agama Kristen menjadi salah satu alat untuk meningkatkan

kualitas masyarakat Indonesia, dalam pengetahuan, sikap, spiritual dan kehidupan

sehari-hari. Manusia Indonesia memiliki pengenalan akan Tuhan dan iman yang

kuat dalam menjalani hidup setiap hari dalam hidup yang benar.

Jadi pendidikan Agama Kristen dalam masysrakat majemuk sangat

membutuhkan peranan dari keluarga, guru-guru agama kristen, majelis gereja,

pendeta yang memiliki dasar pemahaman yang benar mengenai kekristenan dan

kompentnsi yang memadai sebagai pengajar dan pendamping anak-anak dalam

menjalani hidup dalam masysrakat majemuk

SHIFTKEY 2019

(JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN)

VOLUME 9 NOMOR 2

Page | 26

DAFTAR PUSTAKA

Boehlke, Robert. Sejarah Perkembangan Pikiran Dan Praktek Pendidikan Agama Kristen

( Dari Yoh. Amos Comenius Sampai Perkembangan PAK Di Indonesia). Jakarta: BPK

Gunung Mulia, 2005.

Djoys Anake Rantung. “PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN POLITIK DALAM

KEHIDUPAN MASYARAKAT MAJEMUK DI INDONESIA - Google Search.”

Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen 1, no. 2 (2017).

Gidion. “Studi Biblika Korelasi Teologi Paulus Dan Teologi Yakobus Tentang Iman Dan

Perbuatan Iman.” Shift Key 8, no. 2 (2018): 1–15.

//jurnal.sttkao.ac.id/index.php/shiftkey/article/view/19.

Gultom, Rida. Pendidikan Agama Kristen Kepada Anak-Anak. Edited by Cv. Mitra. Medan,

n.d.

Ismail, Andar. Ajarlah Mereka Melakukan. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006.

Kristanto, Paulus lilik. Prinsip Dan Praktek Pendidikan Agama Kristen. Yogyakarta: Andi

Offset, 2006.

Nainggolan, John M. PAK Dalam Masyarakat Majemuk. Bandung: Bina Media Informasi,

2009.

Nuhamara, Daniel. Pembimbing PAK. Bandung: Jurnal Info media, 2009.

Pasaribu, Marulak. Diktat S2 Teologi Dan PAK Dalam Masyarakat Majemuk,. Yogyakarta:

Sekolah Tinggi Teologi KADESI Yogyakarta, 2012.

Sidjabat, B. Samuel. Strategi Pendidikan Kristen Suatu Tinjauan Teologis-Filosofis.

Yogyakarta: Andi Offset, 1999.

Stefanus, Daniel. Pendidikan Agama Kristen Kemajemukan. Bandung: BMI, 2009.

Tafona’o, Talizaro. Pendidikan Agama Kristen Dalam Masyarakat Majemuk. Yogyakarta:

illumiNation Publishing, 2016.

Tafonao, Talizaro. “PERAN GURU AGAMA KRISTEN DALAM MEMBANGUN

KARAKTER SISWA DI ERA DIGITAL.” Journal BIJAK Basileia Indonesian Journal

of Kadesi 2, no. 1 (2018): 1–214.

Tung, Khoe Yao. Menuju Sekolah Kristen Impian. Yogyakarta: Andi Offset, 2018.

———. Terpanggil Menjadi Pendidik Kristen Yang Berhati Gembala. Yogyakarta: Andi

Offset, 2016.

“Arti Kata Heterogenitas - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online.”

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA